Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بسم الله الرحمن الرحيم

📚┃Materi:"Al Qaul Al Mubin fi Huquqi An Nabiyyil Amin"
✍🏼┃Karya: Ustadz Mohammad Alif, Lc Hafidzahullah
🎙┃Pemateri: Ustadz Mohammad Alif, Lc Hafidzahullah (Pengajar Ilmu Syar'i Pondok Pesantren Imam Bukhari)
🗓┃Hari & Tanggal: Hari Jum'at, 15 Agustus 2025/ 21 Shafar 1447 H
🕰┃Waktu: Ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃Tempat: Masjid Al-Qomar - Jl. Slamet Riyadi No. 414 Rel Bengkong Purwosari, Solo, Jawa Tengah 57142



Telah berlalu pembahasan mengenai hak-hak Nabi ﷺ, yaitu:

  • Wajib mengenal Nabi ﷺ
  • Mengimani nabi
  • Mencintai Nabi ﷺ
  • Mentaati Nabi ﷺ
  • Meneladani Nabi ﷺ
  • Memuliakan Nabi ﷺ
  • Membela dan menolong Nabi ﷺ
  • Meninggalkan bid’ah
  • Mengagungkan sunnah-sunnah Nabi ﷺ
  • Larangan menyelisihi sunnah-sunnah Nabi ﷺ
  • Menghidupkan Sunnah-sunnah Nabi ﷺ
  • Haramnya Mencela Para Sahabat Nabi ﷺ
  • Kewajiban Mencintai Ahlul Bait Nabi ﷺ

باب التصديق بكل ما أخبر به النبي ﷺ

Bab: Membenarkan Apa yang telah Dikabarkan Nabi ﷺ

1. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى. اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ

“Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4)

2. Hadits Nabi ﷺ:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيدُ حِفْظَهُ فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ وَقَالُوا أَتَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا فَأَمْسَكْتُ عَنْ الْكِتَابِ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى فِيهِ فَقَالَ اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ] سنن أبي داوود# ٣٦٤٩ [

Dari [Abdullah bin 'Amru] ia berkata: “Dahulu aku menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah agar aku dapat menghafalkannya. Maka orang-orang Quraisy pun menegurku dan mengatakan: “Apakah kamu menulis seluruh yang kamu dengar dari Rasulullah, sedangkan dia adalah manusia yang terkadang berbicara sambal marah dan ridha.” Setelah itu, akupun berhenti menulis. Lalu aku menceritakan hal ini kepada Rasulullah. Maka beliau berisyarat dengan jarinya ke mulutnya, seraya bersabda: “Tulislah, demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, tidak ada yang keluar dari mulutku kecuai kebenaran.” - [H.R. Abu Dawud no. 3646 dan dishahihkan oleh Al-Albani.]

3. Hadits Nabi ﷺ:

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَوْمَ حُنَيْنٍ أَنَا النَّبِيُّ لَا كَذِبْ أَنَا ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ [رواه البخاري (٤٣١٦) ومسلم (١٧٧٦) باختصار]

Dari [Al Barra' bin Azib] ia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pada saat perang Hunain: "Aku adalah Nabi yang tidak akan berbohong, Aku adalah putranya Abdul Muthalib." - [HR. Bukhari no. 4316 dan Muslim no. 1776]

📃 Penjelasan:

Al-Sa'di rahimahullah berkata: وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya,” yakni ucapannya bukanlah berdasarkan hawa nafsunya. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌ يُوحَىٰ “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang disampaikan padanya” berupa hidayah, takwa dalam dirinya dan pada yang lain.

Hal ini menunjukkan bahwa As-Sunnah (hadist) adalah wahyu dari Allah untuk RasulNya, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah: (وَأَنْزَلَ اللهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ) “Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu,” -An-Nisa:113. Dan sesungguhnya Muhammad terjaga dari kesalahan (maksum) terhadap apa yang disampaikan dari Allah dan dari syariat, sebab perkataan beliau tidak bersumber dari hawa nafsu, namun bersumber dari wahyu. [Taysir al-Karim al-Rahman (hal. 818)].

Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya,” Artinya, beliau ﷺ tidak berbicara sesuatu berdasarkan hawa nafsunya dalam keadaan apa pun. Ia tidak memutuskan sesuatu berdasarkan hawa nafsunya. Sebaliknya, ia berbicara berdasarkan apa yang diturunkan kepadanya dari Al-Qur'an, apa yang diturunkan kepadanya dari Sunnah, dan apa yang ia ( ﷺ dan keluarganya) upayakan sendiri untuk mencapai kemaslahatan umum. Dengan demikian, ucapannya ( ﷺ ) terbagi menjadi tiga kategori:

  • Pertama: Bahwa ia berbicara dari Al-Qur'an.
  • Kedua: Bahwa ia berbicara dari Sunnah yang diturunkan kepadanya, yang Allah ﷻ telah tegaskan dengan lisan Nabi-Nya.
  • Ketiga: Bahwa ia berbicara dengan ijtihad sendiri kecuali pada hal yang mendatangkan manfaat.

Kita berbicara berdasarkan keinginan dan hawa nafsu kita sendiri. Apakah kita semua bebas dari hawa nafsu? Tidak. Ia bergantung dengan sahabatnya, kerabatnya, orang kaya, dan orang miskin. Namun, Nabi ﷺ tidak mungkin pernah berbicara berdasarkan hawa nafsu. Dan apa yang diucapkannya itu bukanlah keluar dari hawa nafsunya dan bukan pula karena dilatarbelakangi tujuan tertentu, maka beliau hanya akan berbicara kebenaran. (Tafsir al-Qur'an surat an-Najm, hlm. 206)

🏷 Fiqhul Hadits:

  1. Ibnu Abi al-'Izz rahimahullah berkata: Adapun makna beriman kepada Muhammad, yaitu beriman kepadanya dan mengikuti hukum-hukum yang dibawanya, baik secara umum maupun rinci. (Syarh al-'Aqidah al-Tahawiyyah, 2/424)
  2. Tidak halal bagi seorang Muslim mengingkari apa pun yang disampaikan oleh Nabi ﷺ, karena ia merupakan wahyu sekaligus hukum.
  3. Nabi ﷺ maksum dalam apa yang disampaikannya dari Tuhannya, Yang Mahakuasa, baik dalam keadaan ridha maupun marah. Salah satu haknya adalah engkau beriman kepadanya dan tidak mengingkarinya.
  4. Salah satu hak terbesar Nabi ﷺ adalah engkau membenarkan kepada segala sesuatu yang dibawanya, tanpa memilih.
  5. Para sahabat (radhiyallahu 'anhum) sangat gigih dalam menghafal dan menyampaikan hadits, dan menulis ilmu merupakan salah satu cara terpenting untuk melestarikan ilmu. [Faedah ke- 3-4 diambil dari situs web Ensiklopedia Hadits Nabi.] seperti Abdullah bin Amr Al-Ash radhiyallahu'anhuma.
  6. Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata: "Apa pun yang Rasulullah ﷺ sampaikan kepada kita dari Tuhannya, kita harus mengimaninya, baik kita mengetahuinya maupun tidak, karena Dia Maha Benar lagi Maha Terpercaya." (Majmu' al-Fatawa karya Ibnu Taimiyah (2/28).
  7. Imam Ahmad Rahimahullah berkata: "Barangsiapa mengingkari sebuah hadits Nabi ﷺ, maka ia berada di ambang kebinasaan." (Al-Ibanah al-Kubra karya Ibnu Battah (1/260)).
  8. Para sahabat radhiyallahu’anhum meyakini segala sesuatu yang disampaikan oleh Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) dengan iman yang benar (jujur), sebagaimana mereka meyakini apa yang mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri, atau bahkan lebih dari itu.

Alhamdulillah, zaman kita sekarang hadits telah dibukukan, kewajiban kita adalah tastabut terhadap kebenaran hadits yang telah sampai kepada kita.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

باب تحريم الكذب على النبي ﷺ

Bab: Diharamkannya Berdusta Atas Nama Nabi ﷺ

1. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

فَإِن كَذَّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ جَآءُو بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَٱلزُّبُرِ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلْمُنِيرِ

Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. - (QS Ali Imran ayat 184)

2. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

﴿فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَذَّبَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَصَدَفَ عَنْهَا ۗ سَنَجْزِى ٱلَّذِينَ يَصْدِفُونَ عَنْ ءَايَٰتِنَا سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ بِمَا كَانُوا۟ يَصْدِفُونَ﴾

Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya? Kelak Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksa yang buruk, disebabkan mereka selalu berpaling. - (QS Al-an'am ayat 157).

3. Hadits Nabi ﷺ:

عَنْ الْمُغِيرَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ) أخرجه البخاري (١٢٩١).

Dari al-Mughirah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya berdusta atasku tidak seperti berdusta atas orang yang lain. Barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat tinggalnya di Neraka.” - (HR. al-Bukhâri, no. 1291) 

📃 Penjelasan:

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: Selanjutnya Allah berfirman menghibur Nabi Muhammad melalui ayat berikut:

فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ جَاءُوا بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَالْكِتَابِ الْمُنِيرِ.

Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. (Ali Imran: 184)

Dengan kata lain, janganlah kamu menjadi lemah karena mereka mendustakan kamu. Engkau mempunyai teladan dan contoh dari rasul-rasul sebelum kamu yang didustakan mereka, padahal para rasul itu datang dengan membawa keterangan-keterangan, yakni hujah-hujah dan bukti-bukti yang nyata.

  • Az-Zabur [وَالزُّبُر], makna yang dimaksud ialah kitab-kitab yang berupa lembaran-lembaran yang diturunkan kepada rasul-rasul.
  • Al-Kitabul Munir [وَالْكِتَابِ الْمُنِيرِ] artinya Al-Kitab yang jelas dan gamblang. [Tasir Al-Quranil ’Adhim 3/284].

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: Ayat ini mengandung beberapa manfaat:

  1. Penghibur bagi Rasul.
  2. Bahwa Rasulullah ﷺ , dirugikan oleh kedustaan, dan aku tidak berpendapat bahwa ada sesuatu yang lebih berat bagi jiwa daripada kedustaan seseorang yang datang dengan kebenaran.
  3. Bahwa para Rasul harus didukung oleh bukti-bukti yang jelas, sebagaimana firman Allah: “Mereka datang dengan bukti-bukti yang jelas.”
  4. Bahwa semua Rasul sebelumnya datang dengan sebuah Kitab; tidak ada seorang Rasul pun kecuali dia memiliki sebuah Kitab.
  5. Bahwa Kitab-kitab sebelumnya, seperti Kitab kita, semuanya menerangi jalan bagi mereka yang ingin menempuh perjalanan, tetapi yang paling besar pencerahannya adalah Al-Qur’an yang Mulia ini, dan karena alasan inilah Al-Qur’an, Kitab ini memiliki keunggulan atas semua kitab sebelumnya. Semua kitab sebelumnya telah dihapuskan olehnya." (Tafsir Al-Qur'an, Surah Al-Imran (2/ 509-510).

Penyebab-penyebab berdusta atas nama Nabi ﷺ :

  1. Ibadah, mendekatkan diri kepada Allah ﷻ, maka banyak orang yang membuat hadits palsu untuk menarik orang beribadah, padahal sudah cukup Nabi ﷺ memberikan hadits yang shahih, terutama golongan karomiyah (bathiniyah).
  2. Untuk membela kelompoknya (madzhabnya), diantaranya Syiah Rafidhah untuk mengkultuskan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu.
  3. Mencela Islam, yang dilakukan oleh kelompok Zindiq munafik. Seperti Muhammad bin Sa'id Al-Maslub, “Zindiq, dia telah dipenggal lehernya. Dia telah memalsukan empat ribu hadis kepada golongan yang bodoh ini, maka berhati-hatilah daripadanya." [Perkataan Ahmad bin Salih al-Misri ]
  4. Mencari pujian dan kedudukan di sisi pemimpin.
    - Seperti Ghiyats bin Ibrahim an-Nakha’i al-Kufi tatkala menemui Khalifah al-Mahdi. Waktu itu, sang amirul mukminin sedang bermain-main dengan burung merpati kesayangannya. Berkatalah Ghiyats kepadanya bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Tidak ada perlombaan kecuali bermain pedang, pacuan, atau menggali atau sayap.” Kata “atau sayap” (aw janaah) itu sesungguhnya tidak berasal dari Nabi ﷺ. Ghiyats hanya menambahkannya demi menyenangkan hati al-Mahdi.
  5. Sebagai pekerjaan agar mendapatkan rezeki.
  6. Agar terkenal.

🏷 Fiqhul Hadits:

  1. Salah satu hak Nabi adalah membenarkannya dan tidak mendustakannya.
  2. Ibnu Hajar rahimahullah berkata: "Para ulama telah sepakat bahwa berdusta terhadap Rasulullah adalah dosa besar. Bahkan Syekh Abu Muhammad al-Juwaini berpendapat bahwa siapa pun yang melakukannya adalah kafir. Perkataan Abu Bakar bin al-Arabi cenderung ke arah ini. Fath al-Bari (6/499).
  3. Al-Munawi rahimahullah berkata: "Berbohong atas nama Nabi merupakan kebohongan yang paling buruk, karena dapat merusak fondasi agama, merusak syariat, dan memperpanjang hukum." (Fayd al-Qadir Sharh al-Jami al-Saghir, 2/476).
  4. Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata: “Menolak sebuah hadits dari Rasulullah ﷺ adalah kemunafikan.” [HR. Ibnu Majah (328) dan shahih oleh Al-Albani]

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم