بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Tematik: Meneladani Generasi Terbaik
Hari/Tanggal: Kamis, 20 Shafar 1446 / 14 Agustus 2025
Bersama Ustadz Mohammad Alif, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 - Staff Pengajar Ma'had Imam Bukhari Solo
Tempat: Masjid Abdurrahman bin Auf Bantul - Yogyakarta
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Alhamdulillah dimalam yang berbahagia dan di tempat yang mulia ini, kita masih dipertemukan dalam majelis ilmuini, semoga dicatat sebagai amal ibadah dan menjadikan ilmu kita bermanfaat.
Generasi terbaik telah disebutkan oleh Nabi ﷺ:
خَيْرُ الْقُرُونِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik–baik manusia adalah generasiku, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang setelah mereka.” (HR. al-Bukhari dari Ibnu Mas’ud dan Muslim dari Imran bin Hushain. Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1118; dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 1743)
Merekalah Qurun Mufadhdhalah atau "generasi yang memiliki keutamaan": Sahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in.
Kita sebagai generasi akhir zaman, dituntut untuk mencontoh dan meniru mereka. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Luqman Ayat 15:
وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam menafsirkan ayat ini berkata, dan semua sahabat nabi adalah orang yang kembali kepada Allah ﷻ maka wajib untuk mengikuti ucapan, amaliah dan akidahnya. Inilah yang disebut meneladani generasi terbaik.
Dalam Surat At-Taubah Ayat 119:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
Ibnu Mas'ud radhiallahu'anhu berkata, jika ada ayat 'Hai orang-orang yang beriman' maka pasang telinga kalian baik-baik, karena ada sesuatu yang penting yang akan disampaikan.
Dalam ayat ini disuruh bergabunglah bersama orang-orang yang jujur dalam keimanan, ucapan, dan perbuatannya. Karena tidak ada keselamatan bagi kalian kecuali di dalam kejujuran. Merekalah para sahabat Nabi ﷺ.
Dalam Surat An-Nisa Ayat 115:
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
Allah ta'aala menjelaskan barangsiapa yang memusuhi Rasul dengan keluar dari agama Islam dan penampakan permusuhan terhadapnya setelah ia mengucapkan kalimat hidayah dan telah mendapatkan hujjah, kemudian mengikuti selain jalan yang benar, niscaya Kami akan meninggalkannya bersama apa yang dipilihnya serta membiarkannya bergantung pada siapa yang ia mau, kemudian Kami akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam dan menyiksanya dengan siksaan yang Pedih; sebab ia lebih memilih kesesatan daripada petunjuk, melawan kebenaran dan mengikuti hawa nafsu. Betapa buruknya balasan tersebut bagi orang yang memikirkan dan menghayati.
عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ : فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
Dari Abu Najih Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, "Sungguh, orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, wajib atas kalian berpegang teguh pada sunnahku dan Sunnah khulafaur rosyidin al-mahdiyyin (yang mendapatkan petunjuk dalam ilmu dan amal). Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, serta jauhilah setiap perkara yang diada-adakan, karena setiap bidah adalah sesat.”
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, ia berkata bahwa hadits ini hasan sahih). [HR. Abu Daud, no. 4607 dan Tirmidzi, no. 2676. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih].
Merekalah Qurun Mufadhdhalah" atau "generasi yang memiliki keutamaan":
- Sahabat: Orang-orang yang langsung bertemu dengan Nabi, melihat dan mendengar ajarannya, serta beriman kepadanya hingga wafat.
- Tabi'in: Generasi setelah sahabat, yang belajar dari para sahabat.
- Tabi'ut Tabi'in: Generasi setelah tabi'in, yang belajar dari para tabi'in.
Kenapa kita harus meneladani mereka? Karena ini perintah Allah ﷻ.
Merekalah contoh terbaik, umat terbaik dan saksi wahyu yang turun kepada Nabi-Nya dan mempraktekkan langsung.
Merekalah umat pilihan. Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ، فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ، فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ، فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَوَجَدَ قُلُوبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ، فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala melihat ke dalam hati hamba-hambaNya, maka Dia menemukan bahwa hati Muhammad merupakan sebaik-baik hati manusia. Maka Allah pun memilihnya dan mengutusnya dengan risalahNya. Kemudian Allah melihat ke dalam hati-hati manusia setelah hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Allah pun menemukan hati para sahabat Nabi merupakan sebaik-baik hati manusia, sehingga Allah menjadikan mereka sebagai pendamping NabiNya.”
(HR al-Baihaqi, ath-Thabrani, Ahmad, dan sanad hadits ini hasan.)
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata, siapa yang ingin meneladani seseorang, maka contohlah para sahabat. Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang paling tinggi ilmunya. Merekalah yang paling paham perkataan dan perilaku Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah manusia yang paling paham tentang Al-Qur’an, karena mereka telah mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala wahyu diturunkan, sehingga para sahabat benar-benar mengetahui apa yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Surat Al-Ahqaf Ayat 35:
فَٱصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ ۚ
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar.
Ulul ‘Azmi adalah para rasul yang memiliki keteguhan yang kokoh. Dan para rasul yang termasuk dalam ulul ‘azmi ada lima, yaitu: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad; mereka adalah rasul-rasul yang membawa syari’at-syari’at tersendiri, dan tidak termasuk dari mereka Nabi Yunus dan Adam.
Surat Ali ‘Imran Ayat 133:
۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
Dan bersegeralah dengan ketaatan kalian kepada Allah dan rosulNya supaya kalian bisa meraih ampunan yang agung dari tuhan kalian dan surga yang luas, luasnya seluas langit dan bumi, Allah menyiapkannya untuk orang-orang yang bertaqwa.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 148:
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ
Maka, berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.
Barangsiapa yang ketika di dunia ia gemar berlomba dalam kebaikan, maka kelak di akhirat ia akan mendapat kesempatan menjadi golongan yang lebih dahulu ke surga dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 72)
فَفِرُّوْٓا اِلَى اللّٰهِ
"Maka segeralah kembali (berlari) kepada Allah". - Surat Az-Zariyat ayat 50.
Jika kita melihat sebagian orang begitu menggebu mengejar cita-cita dunia, maka seharusnya seorang muslim jauh lebih bersemangat dalam mengerjakan kebaikan (fastabiqul khairat). Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
احْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ. وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Bersemangatlah dalam menggapai hal yang bermanfaat untukmu.Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” (HR. Muslim no. 2664)
Jadikan surga sebagai cita-cita tertinggi. Panjatkanlah doa-doa Anda di sepanjang hari, terutama nanti di sepertiga malam terakhir. Mintalah Surga Firdaus yang paling tinggi, dan berusahalah untuk meraihnya dengan bukti keimanan dan amalan shaleh di dunia.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ، وَأَعْلَى الْجَنَّةِ …
“Apabila kalian memohon kepada Allah, maka mohonlah surga Firdaus, karena ia adalah surga yang terletak paling tengah dan paling tinggi”. (HR. Bukhari, no. 2790).
Kisah Sahabat dalam Mencari Hadits
- Jabir bin Abdillah Radhiyallohu'anhu dalam Mencari Hadits
Jabir bin Abdillah menjadi salah satu sahabat yang memiliki pemahaman agama yang mendalam. Salah satu kisah Jabir bin Abdillah di dalam menuntut ilmu adalah kisah Jabir radhiyallahu ‘anhu melakukan perjalanan untuk mendengarkan satu hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Perjalanan panjang yang sangat menakjubkan. Satu bulan perjalanan ditempuh hanya untuk sebuah hadis. Hal ini demi mendengarkan hadis tersebut secara lengkap melalui sumber yang langsung mendengar dari lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jabir mengencangkan ikat pinggang, menembus panasnya gurun, kemudian meninggalkan kota Madinah menuju negeri Syam. Ia menjumpai Abdullah bin Unais radhiyallahu ‘anhu, sang pemilik hadis.
Abdullah bin Unais berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Seluruh manusia atau hamba nanti akan dikumpulkan di hari kiamat dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan, dan buhma.’ Kami bertanya, ‘Apa itu buhma?’ Beliau menjawab, ‘Tidak membawa apa pun.’....
Imam Ahmad dalam Al-Musnad, 3: 495; Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, no. 970; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 4: 574.
- Kisah Sahabat Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu
Peristiwa seperti di atas dialami oleh Sahabat Abu Ayyub al-Anshari. Ia melakukan perjalanan dari Madinah menuju Mesir agar bisa bertemu dengan Uqbah bin Amir, karena ada satu Hadits yang tidak ada yang mendengar dari Rasulullah SAW kecuali kedua Sahabat itu.. Yakni Hadits tentang menutup aib seorang Mukmin.
Uqbah bertanya, “Apa yang membuat engkau datang, wahai Abu Ayyub?” Abu Ayyub menjawab, “Sebuah Hadits yang aku telah mendengarnya dari Rasulullah ﷺ , yang tidak ada yang mendengarnya selain aku dan dirimu, mengenai menutup aib seorang Mukmin.” Uqbah pun menjawab, “Benar, aku telah mendengar dari Rasulullah ﷺ, dimana beliau bersabda, ’Barangsiapa menutupi seorang Mukmin di dunia dari aib, maka Allah akan menutupnya di hari kiamat.’
Abu Ayyub pun menjawab, “Engkau benar.” Kemudian ia pun pergi menuju hewan tunggangannya dan kembali ke Madinah. (ar-Rihlah fi Thalab al-Hadits, hal 81, 82, 86).
Maka, betapa mulia dan mahalnya hadits Nabi ﷺ yang merupakan wahyu yang dengannya kita mengetahui halal dan haram.
- Kisah Sahabat Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
Apabila terdapat suatu hadits yang ia ketahui ada pada seorang Sahabat Nabi, Ibnu Abbas akan mendatangi rumahnya berdiam di dekat pintunya pada saat Sahabat itu istirahat siang. Ibnu Abbas menyatakan:
فَأَتَوَسَّدُ رِدَائِي عَلَى بَابِهِ يَسْفِي الرِّيحُ عَلَيَّ مِنَ التُّرَابِ
Aku hamparkan kain rida’ ku di dekat pintunya, (duduk menunggu di sana) meskipun angin yang menerbangkan debu menerpa tubuhku
Saat Sahabat Nabi itu keluar melihat Ibnu Abbas di dekat pintu rumahnya, ia terkejut dan berkata: Anak paman Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, apa yang membuatmu tiba sini?
Tidakkah sebaiknya engkau kirim utusan (jika ada keperluan denganku) kemudian aku yang akan mendatangimu? Ibnu Abbas menjawab: Tidak, Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi anda. Maka Ibnu Abbas pun bertanya kepada Sahabat itu tentang hadits.
Laki-laki Anshar itu suatu saat melihat Ibnu Abbas telah dikelilingi banyak orang untuk bertanya ilmu kepada beliau, maka ia pun berkata: Pemuda ini lebih berakal dari aku. Kisah tersebut diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak.
- Abu Muhammad, Sa’id bin Al-Musayyib Rahimahullah (penghulunya para tabi'in) berkata, “Aku benar-benar menempuh perjalanan sehari semalam demi memperoleh satu Hadits.”
- Abu Zur'ah pernah mengatakan kepada Abdillah, putra Imam Ahmad, "Ayahmu (Ahmad) hafal satu juta hadits." Pernyataan ini menunjukkan keluasan ilmu Imam Ahmad dalam bidang hadits.
- Para ulama menyebutkan bahwa Imam Bukhari berguru kepada lebih dari seribu orang syaikh atau guru. Imam Bukhari sendiri mengatakan bahwa ia menulis (hadis) dari lebih dari seribu syaikh, dan dari setiap syaikh itu, ia menulis sepuluh ribu riwayat bahkan lebih.
- Sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu pernah tertinggal dari shalat isya’ berjamaah, akhirnya beliau shalat isya pada malam itu hingga muncul fajar.
Kisah bengkaknya kaki Nabi Muhammad ﷺ akibat semangatnya beliau melaksanakan shalat dan ibadah tersebut diceritakan oleh sahabat Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu’anhu sebagai berikut.
عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- صَلَّى حَتَّى انْتَفَخَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ أَتَكَلَّفُ هَذَا وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ». رواه مسلم.
Dari Mughirah bin Syu’bah, bahwasannya Nabi saw. melaksanakan shalat hingga kedua mata kakinya bengkak. Lalu dikatakan kepadanya, “Mengapa engkau membebani dirimu, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab, “Bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?.” (HR. Muslim).
Istri beliau yakni Aisyah Radhiyallahu’anha pun pernah menyaksikan kejadian yang sama, Nabi ﷺ shalat hingga bengkak kedua kakinya.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ». رواه مسلم.
Aisyah Radhiyallahu’anha berkata, Rasulullah ﷺ ketika melaksanakan shalat maka beliau berdiri hingga kedua kakinya bengkak. Aisyah Radhiyallahu’anha bertanya, “Wahai Rasulullah, Apa yang engkau perbuat, sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni.” Lalu beliau menjawab, “Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?”. (HR. Muslim).
- Abu Bakar adalah orang yang paling bersemangat dalam beramal
Dan dikatakan tentang keutamaan Khalifah (pengganti) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah manusia terbaik dan terpilih sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menugaskan sahabat ‘Amru bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu untuk memimpin pasukan Dzatus Salasil, maka ia pun menghampiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya,
أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ : عَائِشَةُ، فَقُلْتُ : مِنَ الرِّجَالِ؟ فَقَالَ : أَبُوهَا، قُلْتُ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ, فَعَدَّ رِجَالًا
“Siapakah orang yang paling engkau cintai? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Aisyah.’ Aku bertanya, ‘(Maksudku) dari kaum laki-laki?’ Beliau pun menjawab, ‘Ayahnya (yaitu Abu Bakar)’. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Umar bin Khattab.’ Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan beberapa orang yang dicintainya. (HR. Bukhari, no. 3662 dan Muslim, no. 2384)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya (kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa?” Abu Bakar berkata, “Saya.”
Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?” Maka Abu Bakar berkata, “Saya.”
Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?” Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.”
Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.” Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim, no. 1028).
Sahabat selalu meminta Surga sebagai prioritas
Menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Surga, telah disebutkan dalam riwayat berikut ini. Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami radhiyallahu’anhu, beliau berkata,
” كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَقَالَ لِي : سَلْ ، فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ ، قَالَ : أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ ، قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ ، قَالَ : فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ “. رواه مسلم في ” صحيحه“(489).
Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menyiapkan air wudhu` dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Mintalah sesuatu!’ Maka sayapun menjawab, ‘Aku meminta kepadamu agar memberi petunjuk kepadaku tentang sebab-sebab agar aku bisa menemanimu di Surga’. Beliau menjawab, ‘Ada lagi selain itu?’. ‘Itu saja cukup ya Rasulullah’, jawabku. Maka Rasulullah bersabda, ‘Jika demikian, bantulah aku atas dirimu (untuk mewujudkan permintaanmu) dengan memperbanyak sujud (dalam shalat)‘” (HR. Muslim, no. 489).
- Nenek tua minta Masuk surga
Hadits berikut dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam Asy Syamail Muhammadiyah pada Bab “Sifat Candaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
عَنِ الحَسَنِ قَالَ : أَتَتْ عَجُوْزٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ! اُدْعُ اللهَ أَنْ يُدْخِلُنِي الجَنَّةَ .فَقَالَ : ” ياَ أُمَّ فُلاَن ! إِنَّ الجَنَّةَ لاَ تَدْخُلُهَا عَجُوْزٌ ” . قَالَ : فَوَلَّتْ تَبْكِي . فَقَالَ : “أَخْبِرُوْهَا أَنَّهَا لاَ تَدْخُلُهَا وَ هِيَ عَجُوْزٌ ، إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْل إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (35) فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37)
Dari Al Hasan, ada seorang sepuh datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Seorang nenek tua pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, “Wahai Rasulullah, berdo’alah pada Allah agar Dia memasukkanku dalam surga.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Ummu Fulan, Surga tak mungkin dimasuki oleh nenek tua.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Kabarilah dia bahwa surga tidaklah mungkin dimasuki dia sedangkan ia dalam keadaan tua. Karena Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqi’ah: 35-37). (HR. Tirmidzi dalam Asy Syamail Muhammadiyah no. 205, hadits hasan menurut Syaikh Al Albani. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 2987)
Artinya, memang yang masuk surga tidak ada yang tua. Karena semua ketika itu kembali muda.
- Dua pemuda pembela Nabi ﷺ
Abdurrahman bin Auf didatangi dua orang remaja dari kaum anshar, yaitu Muaz bin Amr Al-jamuh, 14 tahun dan Muawwiz bin Afra berumur 13 tahun. Kedua-duanya bersenjatakan pedang.
Dalam kondisi kerusuhan pertempuran, Abdurrahman bin Auf berteriak ,” Wahai anak, kamu masih terlalu muda untuk terlibat di peperangan ini, sebaiknya engkau menjauhlah dari tempat ini.” “Kami mendapat izin daripada ibu dan ayah kami bagi menyertai pasukan Muhammad,” teriak Muaz. “Saya datang kesini hanya untuk membunuh Abu Jahal. Tunjukkan dimana dia?” Kata Muawwiz dengan penuh semangat.
Pada mulanya Abdurrahman bin Auf tidak menghiraukan kata kata dua remaja itu, tetapi Muaz dan Muawwiz terus mendesaknya supaya menunjukkan dimana Abu Jahal maka akhirnya Abdurrahman terpaksa menyetujuinya.
“Paman akan tunjukkan kepada kamu dimana Abu Jahal, boleh tahu apa yang akan kamu lakukan apabila berjumpa dengannya? Tanya Abdurrahman bin Auf pula.
“Ibu saya berpesan jangan pulang ke rumah selagi kepala Abu Jahal tidak diceraikan dari badannya,” jawab Muaz bersungguh sungguh.
“Abu Jahal menghina serta menyakiti Rasulullah, saya ingin membunuhnya,” kata Muawwiz pula.
Abdurrahman bin Auf tersenyum mendengar kata-kata dari dua orang remaja yang berani itu. Dia berjanji akan menunjukkan Abu Jahal apabila berjumpa. Tiba-tiba seorang tentara quraisy menyerang Abdurrahman bin auf dari belakang. Muaz dan Muawwiz yang melihat kejadian itu segera bertindak melindunginya. Muaz dengan cepat menebas kaki tentara Quraisy menyebabkan dia tersungkur dan Muawwaiz pula menikamnya hingga mati. Melihat itu Abdurrahman bin Auf berasa kagum dengan kehidupan dua remaja itu.
“Tunjukkan kepada kami di mana Abu Jahal,” kata Muaz seolah-olah tidak sabar lagi hendak bertemu dengan ketua pasukan Quraisy itu.
Tiba tiba Abdurrahman bin Auf melihat Abu Jahal sedang berada dibawah sepohon kayu yang rindang. Dia menunggang kuda sambil berteriak memberi kata-kata semangat kepada pasukannya agar terus berjuang.
“Itulah lelaki yang kamu cari. Tetapi kamu haruslah berhati-hati karena dia juga seorang perwira Quraisy” kata Abdurrahman bin Auf
“Terima kasih paman. Saya akan dapatkan dia sekarang,” ujar Muaz sambil berlari ke arah Abu Jahal.
“Saya akan membantunya membunuh lelaki yang memusuhi Allah dan RasulNya itu,” kata Muawwiz juga.
“Berhati hati karena dia dilindungi oleh pasukan Quraisy,” pesan Abdurrahman bin Auf. Dia sendiri tidak dapat membantu karena sedang berhadapan dengan tentara Quraisy yang menyerangnya.
Muaz dan Muawwiz terus berlari ke arah Abu Jahal yang masih berada di atas kudanya, mereka berlari tanpa menghiraukan keselamatan mereka. Ketika itu Abu Jahal tidak menyadari kedatangan dua remaja tersebut. Muaz tiba lebih dahulu, dia tidak mencapai menebas kaki abu Jahal, maka yang ia tebas adalah kaki kanan kuda yang dinaiki Abu Jahal, seketika kuda tersebut jatuh tersungkur, Abu Jahal pun tersungkur.
- Menuntut ilmu Syar'i : Hingga kita paham akan keutamaan dan kewajiban meneladani mereka.
- Meneladani dan menjadikan sahabat ahli ilmu.: karena agama kita tergantung sahabat kita.
- Berusaha untuk kontinu beramal meskipun sedikit.: inilah amalan yang terbaik sesuai petuah Nabi ﷺ.
- Memohon pertolongan kepada Allah ﷻ: karena segala hal akan tercapai jika mendapat pertolongan Allah ﷻ.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم