Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Madrasah Ramadhan - Tarbiyah Sunnah
🎙️ Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid Umar bin Khathab Mahad Tarbiyah Sunnah Cimahi
🗓️ Bandung, 21 Ramadhan 1446 / 21 Maret 2025


 

Kitab Miftah Daris Sa'adah
Karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah

Pendahuluan

Kajian ini adalah lanjutan dari kajian setiap Ramadhan sejak dua tahun lalu.

Makna dari judul kitab ini adalah Kunci Agar bisa masuk ke dalam surga, yaitu tempat Adam dan Hawa pertama kali ditempatkan di surga.

Hingga setan menyesatkan Adam dan Hawa, dengan menggoda mereka agar memakan buah Khuldi (Buah Keabadian). Setan membuat sesuatu yang indah padahal itu terlarang dan sebaliknya membuat sesuatu dengan konotasi buruk, padahal ia baik.

Akhirnya, Adam dan Hawa terperdaya hingga melanggar pantangan dan Allah ﷻ menghukum mereka. Adam dan Hawa bertaubat dan diterima taubatnya, tetapi hukuman tetap berjalan. Yaitu beribadah kepada-Nya.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.  (QS. Az-Zariyat Ayat 56).

Untuk bisa kembali ke surga, ada kunci yang menghantarkan ke surga. Yaitu ilmu dan Keutamaan ilmu. Inilah yang dibahas dalam kitab ini.

Pada pertemuan sebelumnya ada 50 poin keutamaan Ilmu. Selanjutnya...

Poin #51: Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga 

  • Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Mahmud bin Ghailan, dari Abu Usamah, dari al-A'masy dari Abi Shalih, dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

"Barangsiapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, niscaya Allah memudahkan baginya jalan menuju surga."

Imam Tirmidzi berkata, "Ini adalah hadits hasan." Beberapa ahli hadits berkata, "Imam tirmidzi tidak mengatakan bahwa hadits ini shahih sebab dalam sanadnya terdapat al-A'masy yang melakukan tadlis.

Dan mengenai hal ini juga telah disebutkan dalam hadits Abu Darda'. Hadits ini adalah mahfuzh dan ada asalnya.

Telah jelas dalam syariat dan qadar bahwa balasan bagi seseorang tergantung pada jenis perbuatannya. Jika seseorang menempuh jalan di mana ia mencari kehidupan dan keselamatan hatinya, maka Allah ﷻ memberinya jalan untuk memperoleh itu semua.

📃 Penjelasan:

Maka Al-Qur’an disebut ruh, Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syura Ayat 52:

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًا مِّنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنتَ تَدْرِى مَا ٱلْكِتَٰبُ وَلَا ٱلْإِيمَٰنُ وَلَٰكِن جَعَلْنَٰهُ نُورًا نَّهْدِى بِهِۦ مَن نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِىٓ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Yakni Kami mewahyukan al-Qur’an kepadamu yang merupakan perintah Allah dan ruh karena ia membawa petunjuk yang mengandung kehidupan dari kematian akibat kekafiran.

Dan sumber seluruh keburukan adalah karena kebodohan. Tidaklah seorang terjerumus ke dalam dosa dan maksiat, karena kebodohan. Dan obat kebodohan adalah ilmu, orang yang mencari ilmu adalah untuk mencari kebahagiaan berupa jalan-jalan menuju surga yaitu hidupnya hati dan keselamatan dari keterjerumusan. 

  • Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Telah diriwayatkan oleh Ibnu Adi dari Muhammad bin AdulMalik al-Anshari, dari Ibnu Syihab az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah ﷻ telah mewahyukan kepadaku bahwa barangsiapa yang menempuh perjalanan menuntut ilmu, niscaya Aku memudahkan jalannya ke surga. " (HR Tirmidzi)

📃 Penjelasan:

Allah ﷻ akan memberikan hidayah taufik untuk menelusuri jalan menuju surga Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 82:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.

  • Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Poin #52: Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

Rasulullah ﷺ mendoakan orang yang mendengarkan, menjaga, dan menyampaikan apa yang ia dengar dari beliau agar mendapatkan cahaya, yaitu keceriaan dan keindahan wajah. Dalam Sunan Tirmidzi dan yang lainnya diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu’anhu, disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ، ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ : إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ ، وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ ، وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ ، فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ

"Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya di wajah) kepada orang yang mendengarkan ucapanku, memperhatikannya, menjaganya, dan menyampaikannya. Sering sekali orang yang membawa ilmu menyampaikannya kepada orang yang lebih faham dari dia. Ada tiga perkara yang dengannya tidak ada kedengkian dalam hati seorang muslim."

  1. Pertama: ikhlas dalam beramal untuk Allah semata.
  2. Kedua: para imam yang saling menasehati.
  3. Ketiga: selalu bersama orang-orang muslim, karena sesungguhnya ajakan mereka selalu mengelilinginya.

📃 Penjelasan:

Nabi memberi penjelasan bagi penuntut ilmu dengan mengkhabarkan Mendengar, memahami, menghafal dan menyampaikan.

Dalam hadits di atas menggunakan kata nadhoro bisa mendo'akan atau memberitahukan. Kata memberitahukan lebih kuat karena memberi kabar maknanya sudah pasti. Kalau mendoakan belum tentu diterima doanya. Ada beberapa do'a Nabi ﷺ yang tidak dikabulkan (sebagian kecil).

  • Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Asal hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Abu Darda', Jubair bin Math'am, Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit, dan Nu'man bin Basyir. Imam Tirmidzi berkata, "Hadits Ibnu Mas'ud hasan shahih, hadits Zaid bin Tsabit hasan." Al-Hakim meriwayatkan dalam kitab Mustadrak-nya dari riwayat Jubair bin Math'am dan Nu'man bin Basyir, kemudian berkata, "Ini adalah hadits shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim."

Seandainya tidak ada penghargaan lain bagi keutamaan ilmu selain yang disebutkan dalam hadits di atas, tentulah itu sudah cukup. Karena Rasulullah ﷺ telah mendoakan orang yang mendengar, memperhatikan, menjaga, dan menyampaikannya. Ini adalah tingkatan dalam mencari ilmu.

  •  Tingkatan pertama dan kedua adalah mendengar dan memahami.

Apabila seseorang mendengarkan ilmu, maka dia akan memahaminya dengan akalnya. Sehingga, ilmu tersebut akan terpatri di dalam hatinya, seperti terjaganya sesuatu yang di dalam tempat penyimpanan. Akal seperti tali pengikat seekor unta atau binatang ternak lainnya, agar binatang tersebut tidak lepas dan pergi. Karena itu, penalaran dan pemahaman merupakan nilai lebih dari sekedar mengetahui.

  • Ketiga, menjaga dan menghafalnya agar tidak lupa dan hilang.
  • Keempat, menyampaikan dan menyebarkannya kepada umat supaya hasil dan tujuannya terwujud.

Ilmu bagaikan harta yang tersembunyi di dalam tanah, yang apabila tidak dinafkahkan (didakwahkan), maka ia terancam hilang. Demikian juga dengan ilmu; apabila tidak diamalkan dan tidak diajarkan, maka ia bisa hilang. Apabila harta atau ilmu itu dinafkahkan, maka ia akan tumbuh dan berkembang.

Orang yang menunaikan keempat tingkatan di atas, maka ia masuk dalam do'a Nabi ﷺ yang mencakup keindahan lahir dan batin.

Sesungguhnya nadhrah (cahaya di wajah) itu adalah berserinya wajah karena keimanan, kebahagiaan, kegembiraan, dan kesenangan hati. Apabila hati dipenuhi dengan keimanan, kebahagiaan, dan kegembiraan maka nampaklah keceriaan, kegembiraan dan kebahagiaan di muka seseorang. Oleh karena itu, Allah ﷻ di dalam firman-Nya mengumpulkan antara keceriaan, kebahagiaan, dan berseri-serinya wajah, yaitu dalam firman-Nya,

فَوَقَىٰهُمُ ٱللَّهُ شَرَّ ذَٰلِكَ ٱلْيَوْمِ وَلَقَّىٰهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا

"Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati." (al-lnsaan: 11)

Kejernihan di ayat ini adalah kejernihan di wajah dan kegembiraan adalah di dalam hati. Karena kebahagiaan hati menampakkan keceriaan dan kejernihan di wajah, sebagaimana difirmankan Allah ﷻ,

تَعْرِفُ فِى وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ ٱلنَّعِيمِ

"Kamu dapat mengetahui dan wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan." (al-Muthaffifiin: 24)

Intinya bahwa kejernihan di wajah orang yang mendengarkan, memahami, menjaga, dan menyampaikan sunnah Rasulullah saw. merupakan pengaruh kebahagiaan, keceriaan, dan kegembiraan yang ada dalam hati dan batinnya.

Adapun sabda Rasulullah ﷺ, "Seringkali orang yang membawa ilmu menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya," menunjukkan faidah dalam menyampaikan ilmu kepada orang lain. Seseorang yang disampaikan kepadanya sebuah ilmu terkadang lebih paham daripada orang yang menyampaikannya. Sehingga, ia dapat menyimpulkan sesuatu yang tidak didapatkan oleh orang yang menyampaikannya. Atau bisa dikatakan juga bahwa seseorang yang disampaikan kepadanya sebuah ilmu dan ia lebih pandai dari orang yang menyampaikannya, maka ia akan membawanya kepada pemahaman yang lebih baik. Sehingga, ia dapat menyimpulkan satu hukum dan menarik maksud darinya.

Adapun maksud dari sabda Rasulullah ﷺ , "Ada tiga hal yang dengannya tidak ada rasa dengki di dalam hati seorang muslim........", bahwa tidak akan ada rasa dengki di dalam hati dengan adanya ketiga hal tersebut. Ketiga hal itu akan menghilangkan kedengkian dan ketidaksukaan yang merupakan penyakit hati manusia.

Seseorang yang dalam perbuatannya selalu ikhlas demi Allah semata, maka keikhlasan itu menghalangi, mengeluarkan, dan menghilangkan kedengkian dari dalam hatinya secara keseluruhan. Hal ini disebabkan keinginan hatinya hanya untuk mencari ridha Allah ﷻ. Sebab itu, tidak ada tempat dalam hatinya untuk rasa dengki dan rasa benci kepada orang lain. Allah ﷻ berfirman,

كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ ۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ

Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusufitu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih." (Yusuf: 24)

Ketika seseorang ikhlas hanya untuk Tuhannya, maka Allah ﷻ memalingkan darinya semua ajakan keburukan dan kejahatan, sehingga ia pun terhindar dari hal-hal tersebut.

Oleh karena itulah, tatkala iblis mengetahui bahwa dia tidak mendapatkan jalan untuk menggoda orang-orang ikhlas, maka dia mengecualikan mereka. Allah ﷻ berfirman tentang kata-kata iblis,

إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ. قَالَ فَٱلْحَقُّ وَٱلْحَقَّ أَقُولُ

Iblis menjawab, 'Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (Shaad: 82-83)

Note: Ada dua huruf taukid la dan nun serta sumpah pada ayat ini (Demi kekuasaan Engkau), ini menunjukkan usaha setan yang sungguh-sungguh.

Allah ﷻ berfirman,

إِنَّ عِبَادِى لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَٰنٌ إِلَّا مَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلْغَاوِينَ

"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat." (al-Hijr: 42)I

khlas adalah kendaraan menuju pembebasan, Islam adalah kendaraan keselamatan, dan Iman adalah stempel keamanan.

Sabda Nabi ﷺ , "Para pemimpin umat yang saling menasehati" , hal ini juga dapat menghapus kedengkian dan kebencian. Pasalnya nasehat tidak mungkin berbaur dengan kedengkian karena keduanya berlawanan. Orang yang menasehati para pemimpin dan umatnya maka tidak ada rasa dengki dalam hatinya.

Sabda beliau, "Senantiasa bersama jamaah." Ini adalah faktor yang membersihkan hati dari kedengkian dan kebencian. Seseorang yang senantiasa bersama dengan jamaah muslim maka ia akan mencintai mereka sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Ia tidak menyukai jika sesuatu menimpa mereka sebagaimana ia tidak suka jika itu menimpa dirinya sendiri. Apa yang menyakiti mereka juga menyakiti dirinya, dan apa membuat mereka gembira juga membuatnya gembira.

Lain halnya dengan orang yang jauh dari jamaah umat dan sibuk mencari kekurangan serta mencela mereka, seperti yang dilakukan golongan Rafidhah, Khawarij, Mu'tazilah dan sebagainya. Hati mereka dipenuhi rasa dengki dan kebencian. Karena itu, kita dapat melihat bahwa orang-orang Rafidhah adalah orangorang yang paling jauh dari keikhlasan. Mereka adalah orang-orang yang paling tinggi kebenciannya kepada para pemimpin umat, sebagaimana menurut kesaksian Rasulullah ﷺ, umat, dan kesaksian mereka sendiri. Mereka itu adalah orang-orang yang paling jauh dari jamaah kaum muslimin. Mereka hanya menjadi penolong orangorang yang menyerang umat Islam. Karena setiap musuh yang ingin mencelakakan umat, maka mereka akan menolong dan berteman dengan mereka. Dan umat telah menyaksikan hal ini, sedangkan orang-orang yang tidak menyaksikannya, tentulah telah mendengar sesuatu yang menyakitkan telinga dan mengiris hati.

Adapun sabda Nabi, "Sesungguhnya dakwah mereka mengelilingi mereka," merupakan ucapan yang indah, singkat, dan kaya makna. Nabi ﷺ mengumpamakan dakwah orang-orang muslim sebagai pagar yang mengelilingi mereka dan menghalangi musuh-musuh mereka. Tatkala dakwah Islam, yang di dalamnya terdapat orang-orang muslim, seperti pagar dan benteng yang mengelilingi umat dan menjaga mereka dari musuh, maka orang yang selalu bersama jamaah tersebut akan dikelilingi oleh dakwah itu sebagaimana jamaah itu mengelilinginya. Jadi dakwah itu menghimpun dan menyatukan serta mengelilingi umat. Barangsiapa yang masuk ke dalam jamaah Islam, maka jamaah itu akan mengelilingi dan menghimpun mereka.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم