بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Madrasah Ramadhan - Tarbiyah Sunnah
🎙️ Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid Umar bin Khathab Ma'had Tarbiyah Sunnah Bandung Barat
🗓️ Bandung, 27 Ramadhan 1446 / 27 Maret 2025
Kitab Miftah Daris Sa'adah: Poin ke-81
Karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah
Poin#81: Keutamaan ilmu itu diketahui dari mengetahui lawannya. Bagian-3
Qatadah berkata bahwa maksud ayat di atas adalah, "Mereka mengetahui bahwa engkau adalah seorang rasul, tetapi mereka mengingkarinya." Allah ﷻ berfirman,
وَجَحَدُوا۟ بِهَا وَٱسْتَيْقَنَتْهَآ أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ
"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan mereka padahal hati mereka meyakini kebenarannya." (an-Naml: 14)
يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَأَنتُمْ تَشْهَدُونَ. يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ لِمَ تَلْبِسُونَ ٱلْحَقَّ بِٱلْبَٰطِلِ وَتَكْتُمُونَ ٱلْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
"Hai ahli kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui kebenarannya. Hai ahli kitab, mengapa kamu mencampuradukan yang hak dengan yang batil dan menyembunyikan kebenaran padahal kamu mengetahuinya." (Ali Imran: 70-71)
Maksudnya, "Kalian mengingkari Al-Qur'an dan rasul yang membawanya, padahal kalian mengetahui kebenarannya. Maka, kekafiran kalian adalah karena pengingkaran dan penentangan atas apa yang kalian ketahui, bukannya karena kebodohan dan ketidaktahuan kalian."
Allah ﷻ berfirman tentang para tukang sihir dari kalangan Yahudi,
وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا۟ لَمَنِ ٱشْتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنْ خَلَٰقٍ ۚ
"Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, maka tiadalah baginya keuntungan di akhirat." (al-Baqarah: 102)
Maksudnya, para tukang sihir itu tahu bahwa orang yang mempelajari dan menerima ilmu sihir tidak akan mendapatkan keberuntungan di akhirat kelak. Meskipun mereka mengetahui hal itu, mereka tetap membeli, menerima, dan mempelajarinya.
Allah ﷻ berfirman,
ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَعْرِفُونَهُۥ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمْ
"Orang-orang yang telah Kami beri Al-kitab, mengenal (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri." (al-Baqarah: 146)
Al-Qur'an menyebutkan pengetahuan mereka tersebut dalam masalah kiblat dan dalam masalah tauhid, seperti dalam firman-Nya,
أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ ٱللَّهِ ءَالِهَةً أُخْرَىٰ ۚ قُل لَّآ أَشْهَدُ ۚ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ وَإِنَّنِى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ. ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَعْرِفُونَهُۥ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمُ
"Apakah kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah.' Katakanlah, 'Aku tidak mengakui.' Katakanlah: Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang maha esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa kamu persekutukan.' Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri." (al-An'am: 19-20)
Mereka mengetahui bahwa Al-Qur'an itu diturunkan dari sisi Allah ﷻ seperti dalam firman-Nya,
وَٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُۥ مُنَزَّلٌ مِّن رَّبِّكَ بِٱلْحَقِّ ۖ
"Dan orang-orang yang telah Kami berikan kitab mengetahui bahwa Al-Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya." (al-An'am: 114)
كَيْفَ يَهْدِى ٱللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا۟ بَعْدَ إِيمَٰنِهِمْ وَشَهِدُوٓا۟ أَنَّ ٱلرَّسُولَ حَقٌّ وَجَآءَهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ ۚ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman serta setelah mereka mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benarbenar rasul dan keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang zalim." (Ali Imran: 86)
Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma berkata, "Yang dimaksud ayat di atas adalah Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan orang-orang yang seagama dengan mereka yang tidak beriman kepada Rasulullah ﷺ setelah beliau diutus, padahal sebelum beliau diutus mereka beriman dan mengakui kenabian beliau. Mereka kafir kepada beliau karena kezaliman dan hasad mereka."
Catatan:
- Mereka menunggu kedatangan Nabi ﷺ hingga tahu dan mengetes tanda-tanda kenabian.
- Setelah datang dari bangsa Quraisy, mereka gengsi dan tidak mau mengakui. Maka, disebut kafir setelah beriman.
- Karakter Yahudi, tahu kebenaran tetapi diingkari. Maka dalam surat Al-Fatihah disebut ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ (Kaum yang dimurkai).
Az-Zajjaj berkata, "Dalam ayat di atas Allah ﷻ memberitahukan bahwa tidak ada lagi jalan untuk memberikan petunjuk kepada mereka, karena mereka memang layak tersesat dengan kekafiran tersebut disebabkan mereka kafir sesudah mengetahui kebenaran."
Maksud dari firman Allah, "Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir", bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka karena mereka telah mengetahui, mengakui, dan meyakini kebenaran itu, tapi mereka tetap mengingkarinya. Jadi bagaimana lagi hidayah itu dapat datang kepada mereka?
Orang yang bisa diharapkan mendapat hidayah adalah orang tersesat yang tidak mengetahui bahwa ia tersesat, dan ia mengira bahwa ia mendapat petunjuk. Apabila ia mengetahui petunjuk, tentu ia akan mengikutinya. Sedangkan orang yang mengetahui, meyakini, dan mengakui kebenaran dengan hatinya, lalu mereka memilih kekafiran dan kesesatan, maka bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepadanya? Allah ﷻ berfirman tentang orang Yahudi,
فَلَمَّا جَآءَهُم مَّا عَرَفُوا۟ كَفَرُوا۟ بِهِۦ ۚ فَلَعْنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ
"Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka, laknat Allahlah atas orang-orang yang ingkar itu." (al-Baqarah: 89)
Kemudian Allah berfirman,
بِئْسَمَا ٱشْتَرَوْا۟ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمْ أَن يَكْفُرُوا۟ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بَغْيًا أَن يُنَزِّلَ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۖ
"Alangkah buruknya (perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendakinya dari hamba-hamba-Nya." (al-Baqarah: 90)
Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma berkata, "Kekafiran mereka bukan karena ragu dan bimbang, tetapi karena kedengkian mereka lantaran kenabian berada di tangan putra Ismail."
Kemudian Allah ﷻ berfirman,
وَلَمَّا جَآءَهُمْ رَسُولٌ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَرَآءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
"Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang pada mereka, sebagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya seolaholah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)." (al-Baqarah: 101)
Dalam ayat di atas Allah menyerupakan perbuatan mereka seperti perbuatan orang yang tidak tahu. Jadi ini menunjukkan bahwa mereka membuang Kitab itu karena mengetahui kebenarannya. Seperti jika Anda mengatakan kepada orang yang dengan sengaja tidak mengikuti instruksi Anda, "Seakan-akan engkau tidak mengetahui apa yang engkau lakukan!", atau "Engkau seakan-akan tidak mengetahui larangan saya."
Dan firman Allah,
"jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir." (an-Nahl: 82-83)
As-Sadi berkata bahwa kata ganti dalam lafal 'alaika adalah Nabi Muhammad ﷺ , dan az-Zujjaj memilih pendapat ini.
Allah ﷻ berfirman,
وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱلَّذِىٓ ءَاتَيْنَٰهُ ءَايَٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلْغَاوِينَ. وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخْلَدَ إِلَى ٱلْأَرْضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ ۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلْكَلْبِ
"Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al- Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda). Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu. Tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing." (al-A'raaf: 175-176)
Dalam ayat ini Allah ﷻ memberitahukan bahwa Dia telah memberikan ayat-ayatnya kepada orang tersebut, lalu dia meniggalkan ayat itu dan lebih memilih kesesatan serta kekafiran.
Kisah di dalam ayat ini cukup terkenal, sampai-sampai dikatakan bahwa orang tersebut diberikan pengetahuan tentang Nama-Nya yang paling agung. Meskipun demikian, pengetahuannya itu tidak bermanfaat baginya, dan dia itu adalah orang yang sesat. Seandainya ilmu dan pengetahuan selalu disertai dengan hidayah, tentu orang tersebut akan pendapatkan petunjuk.
Bersambung InshaAllah bagian ke-4...
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم