Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Madrasah Ramadhan - Tarbiyah Sunnah
🎙️ Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid Umar bin Khathab Mahad Tarbiyah Sunnah Bandung Barat
🗓️ Bandung, 22 Ramadhan 1446 / 22 Maret 2025



Kitab Miftah Daris Sa'adah: Poin ke-53 sampai 56
Karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah

Poin #53: Perintah Menyampaikan Ilmu dan Bahayanya Berdusta atas Nama Nabi ﷺ.

Rasulullah ﷺ memerintahkan agar orang-orang menyampaikan ilmu dari beliau. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

بَلِّغُوْا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوْا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ وَلاَ حَرَجَ وَمَنْ كَذَّبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Berkisahlah tentang Bani Israil dan tidak apa-apa. Barangsiapa berdusta atas namaku, maka bersiaplah mendapatkan kursinya dari api neraka.”. (HR. Bukhari, Tirmidzi, dan Ahmad)

Rasulullah ﷺ juga bersabda, Ilmu & Kemauan serta Perannya Dalam Mencapai Kebahagiaan.

لبلّغ الشاهد منكم الغائب

"Hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir." (HR Bukhari dan Muslim).

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakrah, Wabishah bin Ma'bad, Ammar bin Yasir, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Asma' binti Yazid bin as-Sakan, Hujair, Abu Qurai', Sirriy binti Nabhan, Muawiyah bin Haidah al-Qusyairi, Ummu Abu Hurrah, dan orang lain.

Rasulullah ﷺ memerintahkan umatnya agar menyampaikan apa yang berasal dari beliau. Sebab, dengan hal itu, seluruh umat dapat menerima petunjuk dari beliau. Rasulullah ﷺ mendapatkan pahala berkat orang yang menyampaikan petunjuk tersebut dan mendapatkan pahala dari orang yang menerimanya. Setiap kali petunjuk beliau disampaikan kepada orang lain, maka pahala beliau semakin berlipat ganda sebanyak orang yang menyampaikan petunjuk dan sebanyak orang yang menerima petunjuk tersebut. Ini di luar pahala amal perbuatan yang khusus untuk beliau.

Note:

  • Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, tidak perlu meniatkan amalan agar Allah ﷻ memberikan pahala kepada Nabi ﷺ, karena hal ini sudah otomatis terjadi.
  • Tanda mencintai seseorang adalah dengan membuat orang yang dicintai bahagia, maka jika orang menyampaikan ilmu dari beliau, maka orang tersebut telah menjadi bagian dari orang yang dicintai Rasulullah ﷺ dan paling dekat dengan beliau di akhirat.

Jadi Rasulullah ﷺ selalu mendapatkan pahala dari setiap orang yang memberi petunjuk dan menerima petunjuk tersebut, karena beliaulah penyeru kepada petunjuk tersebut. Seandainya dalam menyampaikan ilmu seseorang hanya mendapatkan cinta Rasulullah ﷺ, maka hal itu sudah merupakan keutamaan yang tiada tara. Tanda pencinta yang hakiki adalah berusaha memperoleh sesuatu yang dicintai kekasihnya dan berkorban untuk mendapatkanya.

Sebagaimana diketahui bahwa tidak ada sesuatu yang dicintai Rasulullah ﷺ kecuali sampainya petunjuk beliau kepada seluruh umat. Maka, orang yang menyampaikan petunjuk beliau adalah orang yang berusaha mendapatkan cinta beliau. Dengan demikian, orang tersebut menjadi orang yang paling dekat dan paling beliau cintai. Dan, dialah pengganti beliau untuk umat. Maka, ini cukup menunjukkan kemuliaan ilmu dan orang yang memilikinya.

Hadits ke-54: Keutamaan Ilmu atas Orang yang Lebih dulu Masuk Islam atau Hijrah

Sesungguhnya Rasulullah ﷺ mengedepankan kelebihan ilmu dalam jabatan keagamaan. Beliau juga mengedepankan orang yang paling banyak ilmunya atas orang yang berilmu lainnya. Dalam shahihnya, Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Mas'ud al-Badri bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَائَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ إسلاما أو سِنًّا...

"Yang menjadi imam dalam shalat bagi satu kaum adalah orang yang paling baik bacaan Al-Qur'annya. Jika dalam bacaan mereka sederajat, maka yang menjadi imam adalah yang paling banyak pengetahuannya tentang sunnah. Dan jika dalam hal ini mereka juga setingkat, maka orang yang paling dahulu masuk Islam atau yang paling tua umurnya." (HR Muslim dan Abu Daud)

Dalam hadits ini Rasulullah ﷺ mendahulukan orang yang memiliki keutamaan ilmu atas orang yang lebih dulu masuk Islam atau hijrah. Hal ini dikarenakan mengetahui Al-Qur'an itu lebih utama daripada mengetahui sunnah, karena kemuliaan isinya daripada isi as-Sunnah.

Note:
Keutamaan suatu ilmu tergantung dari apa yang dibahas dari ilmu tersebut. Maka ilmu Al-Qur’an lebih didahulukan dari pada sunnah.

Maka, pengetahuan tentang Al-Qur'an didahulukan atas sunnah dan pengetahuan akan as-Sunnah didahulukan atas keutamaan hijrah. Padahal, dalam hijrah terdapat kelebihan pada amal perbuatan dan ini merupakan keistimewaan bagi yang turut hijrah. Akan tetapi, Rasulullah ﷺ mendahulukan ilmu atas amal dan mendahulukan suatu ilmu atas ilmu yang lain. Ini menunjukkan keutamaan dan kemuliaan ilmu. Orang yang memiliki ilmu adalah orang yang menempati posisi terdepan dalam kedudukan keagamaan. 

Hadits ke-55: Sebaik-baik Manusia adalah mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya

Sebuah hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari, yang diriwayatkan dari Utsman bin Affan Radhiyallahu’anhu, menyebutkan bahwa Nabi ﷺ bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

"Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR Bukhari dan Abu Daud)

Mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an mencakup mempelajari dan mengajarkan huruf-huruf dan makna-maknanya. Ini merupakan bagian termulia dalam mempelajari dan mengajarkan Al-Qur'an, karena makna adalah maksud dan lafal adalah wasilah untuk memahami makna. Maka, mempelajari dan mengajarkan makna Al-Qur'an adalah mempelajari dan mengajarkan tujuan. Sedangkan, mempelajari dan mengajarkan lafalnya adalah mempelajari dan mengajarkan wasilah. Jadi antara lafal dan maknanya seperti antara wasilah dan tujuan.

Note:
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata:
1. Tilawah Lafdhiyah: mempelajari bacaan Al-Qur'an dan ini berpahala.

Contoh kemuliaan lafdhiyah:

  • Pahala satu huruf satu pahala:

Dari Abdulloh bin Mas’ud, dia berkata: Rosululloh sholallohu ‘alaihi was sallam bersabda:

“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Alloh, maka dia mendapatkan satu kebaikan dengannya. Dan satu kebaikan itu (dibalas) sepuluh lipatnya.
Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.”

(HR. Tirmidzi no: 2910. Dishahihkan Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shohihah, no. 3327; dan Syaikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin 2/229)

  •  Pahala satu ayat satu ekor unta

Dari ‘Uqbah bin ‘Āmir raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam keluar sementara kami sedang berada di Ṣuffah (tempat berteduhnya para fukara dari kalangan Muhajirin), kemudian beliau bertanya, ‘Siapakah di antara kalian yang suka pergi ke Buṭḥān atau ke ‘Aqīq, lalu ia pulang dengan membawa dua ekor unta yang gemuk-gemuk dengan tanpa membawa dosa dan tidak pula memutuskan silaturahim’? Kami pun menjawab, ‘Kami semua menyukai hal itu, wahai Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam’. Beliau melanjutkan sabdanya, ‘Sungguh, tidaklah salah seorang dari kalian pergi ke masjid lalu ia mempelajari atau membaca dua ayat dari kitabullah ‘azza wa jalla, (melainkan itu) lebih baik baginya daripada dua unta. Tiga (ayat) lebih baik dari tiga ekor unta, empat ayat lebih baik daripada empat ekor unta, dan setiap hitungannya dari unta tersebut’.”

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya, al-Ṣaḥīḥ, kitab al-Masājid wa Mawāḍi’ al-Ṣalāḥ, bab “Keutamaan Membaca Al-Qur’an pada waktu Salat dan Mempelajarinya”, no. 803.

  • Pahala amalan berpuasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ

Amalan puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan Al-Qur’an berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” [HR. Ahmad, Shahih At-Targhib: 1429]

  • Keutamaan Al-Qur’an dibandingkan shalat dan zakat.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Fatir Ayat 29:

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,

Syaikh As-Sa'di menjelaskan bahwa didahulukannya membaca Al-Qur’an dibandingkan shalat dan zakat, menunjukkan keutamaannya.

2. Tilawah hukmiyah: membenarkan berita dalam Al-Qur’an meskipun tidak masuk akal (Seperti lautan terbelah, selamatnya Ibrahim dari api, menghidupkan orang mati, kematian 100 tahun, surga neraka, kulit dan anggota badan berbicara, dll), menjalankan perintah yang ada dalam Al-Qur’an. Dan ini adalah inti diturunkannya Al-Qur’an.

Imam Atsauri berkata “Sesungguhnya ilmu itu dipelajari hanya agar seseorang bertakwa kepada Allah” Jami' Bayanil Ilmi wa Fadhlihi, hlm. 1159.

Hadits ke-56: Seorang mukmin tidak akan puas dengan hal baik yang ia dengar

Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi dan para muhaddits lainnya dari Amru bin al-Harits, dari Darraj, dari Abil Haitsam, dari Abi Sa'id al-Khudri menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, 

لَنْ يَشْبَعَ الْمُؤْمِنُ مِنْ خَيْرٍ يَسْمَعُهُ حَتَّى يَكُونَ مُنْتَهَاهُ الْجَنَّةُ

"Seorang mukmin tidak akan puas dengan hal baik yang ia dengar, hingga akhirnya ia mendengar tentang surga." (HR Tirmidzi)

Imam Tirmidzi berkata, "Ini adalah hadits hasan gharib." Hadits ini diriwayatkan lebih dari satu orang. Imam Ahmad menyebutkan sebagian atau sebagian besar dari riwayatnya, dan hadits ini memiliki beberapa hadits pendukung.

Dalam hadits di atas Nabi ﷺ menjadikan ketamakan dan ketidakpuasan dalam mencari ilmu sebagai tanda dari keimanan dan sifat-sifat orang mukmin. Nabi mengatakan bahwa ini merupakan aktivitas rutin seorang mukmin hingga ia masuk surga. Karena itulah jika para ulama ditanya, "Sampai kapan Anda menuntut ilmu?" Maka mereka menjawab, "Sampai mati."

Nu'aim bin Hammad berkata bahwa Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah diejek orang-orang sekampungnya karena terlalu banyak mencari hadits, namun ia tetap berkata, "Saya akan mencari hadits sampai mati." Al-Hasan bin Manshur al-Jashshash berkata kepada Ahmad bin Hambal rahimahullah , "Sampai kapan seseorang menulis hadits?" Dia menjawab, "Sampai mati." Abdullah bin Muhammad al-Baghawi berkata bahwa dia mendengar Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata, "Aku akan menuntut ilmu hingga aku masuk liang kubur."

Muhammad bin Ismail ash-Shaigh berkata, "Saya menempa emas bersama ayahku di Baghdad, lalu Ahmad bin Hambal lewat dan berlari dengan kedua sandal berada di tangan. Lalu ayahku memegang pakaiannya dan berkata, 'Wahai Abu Abdillah, apakah Anda tidak malu, sampai kapan Anda berlari-berlari bersama mereka?' Ahmad bin Hanbal menjawab, 'Sampai mati.'"

Abdullah bin Basyar ath-Thalliqani berkata, "Saya berharap panggilan Allah mendatangiku pada saat tinta berada di hadapanku, dan ilmu serta tinta tidak pernah berpisah denganku." Hamid bin Muhammad bin Yazid al-Bashri berkata bahwa Bustham al-Hafizh datang kepadanya dan menanyakan sebuah hadits, lalu Hamid bin Muhammad berkata kepadanya, "Alangkah kerasnya keinginanmu mencari hadits!" Dia menjawab, "Karena aku suka berada dalam rombongan keluarga Rasulullah ﷺ."

Beberapa ulama ditanya, "Sebaiknya kapan seseorang belajar?" Mereka menjawab, "Selama hidupnya masih baik." Hasan al-Bashri pernah ditanya tentang seorang lelaki yang berumur delapan puluh tahun, "Apakah dia masih layak menuntut ilmu?" Dia menjawab, "Ya, jika ia masih layak hidup." 

Note:

Benarlah apa yang disampaikan Nabi ﷺ. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا

وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Sesungguhnya ulama adalah ahli waris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”

(Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641).

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم