بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Madrasah Ramadhan - Tarbiyah Sunnah
🎙️ Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid Umar bin Khathab Ma'had Tarbiyah Sunnah Bandung Barat
🗓️ Bandung, 26 Ramadhan 1446 / 26 Maret 2025
Kitab Miftah Daris Sa'adah: Poin ke-76-78
Karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah
Poin#76: Hati dan Ruh bisa hidup hanya dengan ilmu.
Keutamaan dan kemuliaan sesuatu terkadang nampak dari besarnya manfaat dan ketergantungan manusia kepadanya. Atau karena hilangnya kelemahan dan keburukan, atau terkadang karena mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan.
Semua ini tentunya karena sesuatu itu sangat mereka butuhkan, mereka cintai, dan mereka sukai. Sehingga, dengan mendapatkannya mereka merasakan kenikmatan yang tiada tara. Terkadang juga sesuatu dianggap mulia karena besarnya hasil yang diperoleh melaluinya. Yakni kemuliaan sebab dan keberadaannya yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebutuhan yang sangat berharga.
Kemuliaan ilmu dari segi ini dan semisalnya berangkat dari hal-hal luar yang berkaitan dengannya. Apabila tanpa melihat hal-hal luar yang berkaitan dengannya, ilmu itu sendiri sudah mulia. Dengan demikian, ilmu menggabungkan berbagai aspek kemuliaan dan keutamaan dalam dirinya beserta hal-hal yang berkaitan dengannya.
Manfaat ilmu itu yang sangat umum, banyak, dan abadi. Kebutuhan kepadanya melampaui kebutuhan jasad kepada makanan bahkan di atas kebutuhan bernafas. Sebab, kerugian yang terjadi dengan hilangnya kemampuan bernafas hanyalah hilangnya kehidupan jasad.
ٍوَأَمَّا فَقْدُ العِلْمِ فَفِيْهِ فَقْدُ حَيَاةِ القَلْبِ وَالرُّوْحِ فَلاَ غِنَاءً لِلْعَبْدِ عَنْهُ طَرْفَةَ عَيْن
Sedangkan, kehilangan ilmu akan berakibat pada hilangnya kehidupan hati dan ruh, sehingga seorang hamba tidak bisa lepas darinya walau sekejap.
Oleh karena itu, jika seseorang kehilangan ilmu, maka dia lebih buruk dari binatang. Bahkan, di sisi Allah ia lebih buruk lagi, sehingga tidak ada lagi yang lebih buruk darinya.
Adapun kebahagiaan dengan adanya ilmu disebabkan keutamaan yang ada padanya dan kecocokan manusia dengannya. Sedangkan, kebodohan adalah penyakit dan kesengsaraan yang sangat menyakitkan serta memilukan jiwa.
Barangsiapa yang tidak merasakan kesengsaraan dengan tidak adanya ilmu, maka ia sudah kehilangan perasaan dan jiwanya, karena orang mati tidak lagi merasakan perihnya luka.
Apabila seseorang mendapatkan ilmu, maka ia telah mendapatkan apa yang sangat ia cintai. Inilah puncak kebahagiaan dan kenikmatan. Dan, kebahagiaan serta kenikamatan ini sesuai dengan apa yang diketahui berdasarkan ilmu yang diperoleh tersebut. Sehingga, dalam hal ini ilmu dan hal-hal yang diketahui dengannya sangat bervariasi tingkatannya. Pengetahuan jiwa terhadap Sang Pencipta, Sang Pemelihara, dan Sang Pengasih, serta kecintaan dan kedekatan dengan-Nya tidaklah sama dengan pengetahuan tentang keadaan, sifat, kelestarian, kerusakan, dan gerak alam.
Poin#77: Ilmu yang paling utama adalah ilmu Mengenal Allah ﷻ.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
ٍأَنَّ شَرْفَ العِلْمِ تَابِعٌ لِشَرْفِ مَعْلُوْمِه
“Keagungan suatu ilmu dilihat dari keagungan yang dipelajari.”
Maka, tidak disangsikan bahwa pengetahuan yang paling mulia dan paling agung adalah pengetahuan tentang Allah ﷻ, Tuhan semesta alam, Yang mendirikan langit dan bumi, Yang Maha benar, Yang mempunyai segala sifat kesempurnaan, Yang suci dari segala kekurangan, Yang tidak ada sesuatu apa pun yang menyerupai-Nya dalam kesempurnaan.
Tidak disangsikan bahwa pengetahuan tentang nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya adalah ilmu yang paling tinggi nilainya. Jika dibandingkan dengan segala jenis pengetahuan, maka seperti perbandingan obyek yang diketahui dengan obyek-obyek lainnya. Ilmu tentang Allah ﷻ adalah asas dari segala pengetahuan. (Prima Causa).
Sebagaimana keberadaan segala sesuatu tergantung kepada keberadaan-Nya, Sang Maha Pencipta, maka semua jenis ilmu mengikuti ilmu tentang-Nya, dan membutuhkan-Nya untuk merealisasikan keberadaannya. Tidak disangsikan lagi bahwa pengetahuan tentang sebab awal dan penyebab utama berkonsekuensi pada pengetahuan tentang akibat dan efeknya. Keberadaan segala sesuatu selain Allah ﷻ, bergantung kepada-Nya, sebagaimana keberadaan sebuah benda yang tergantung pada pembuatnya dan obyek kepada subyeknya.
Maka ilmu tentang Zat, Sifat, dan perbuatan-perbuatan Allah ﷻ berimplikasi kepada pengetahuan tentang selain Allah. Barangsiapa tidak mengenal Tuhannya, maka dia lebih tidak mengetahui segala sesuatu selain Dia.
Allah ﷻ berfirman,
وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ نَسُوا۟ ٱللَّهَ فَأَنسَىٰهُمْ أَنفُسَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
"Janganlah kamu menjadi seperti orang yang melupakan Allah sehingga Allah melupakan mereka tentang dirinya." (al-Hasyr: 19)
Catatan: Makna lupa ada tiga:
- Lawan dari ingat.
- Tark lawan dari mengambil
- Mengabaikan
Perhatikanlah ayat ini dengan seksama, maka Anda akan temukan makna yang sangat indah. Yaitu, barangsiapa yang melupakan Tuhannya, niscaya Tuhan akan membuat mereka lupa tentang dirinya sendiri. Sehingga, dia tidak mengenal hakikat dirinya dan kemaslahatannya sendiri.
Bahkan, dia lupa apa yang menjadi kebaikan dan keberuntungannya di dunia dan di akhirat. Dengan demikian, dia pun menjadi rusak dan diabaikan seperti binatang. Bahkan, mungkin bintang lebih mengetahui kemashlahatannya karena mengikuti petunjuk yang diberikan Sang Pencipta kepadanya. Sedangkan, orang tersebut keluar dari fitrah penciptaannya. Sehingga, dia lupa akan Tuhannya dan Tuhan pun membuatnya lupa tentang dirinya dan tentang hal-hal yang membuat dia sempurna serta bahagia di dunia dan akhirat.
Allah ﷻ berfirman,
وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا
'Dan janganlah kamu mengikuti orang-orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta mengikuti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (al-Kahfi: 28)
Dia lalai mengingat Tuhannya, sehingga dia pun lupa akan hati dan keadaannya. Akhirnya, dia sama sekali tidak mempedulikan kemaslahatan, kesempurnaan, dan hal-hal yang membersihkan jiwa serta hatinya. Bahkan, dia kehilangan hatinya, kacau balau dan bingung, tanpa mendapatkan petunjuk sama sekali.
Kesimpulannya adalah bahwa pengetahuan tentang Allah ﷻ adalah asal segala ilmu. la adalah asas ilmu hamba tentang kebahagiaan, kesempurnaan, dan kemaslahatan dunia akhirat. Tidak adanya pengetahuan tentang Allah mengakibatkan ketidaktahuan tentang diri sendiri dan kemaslahatannya, serta apa yang membersihkan dan mendatangkan kebahagiaan baginya.
Karena itu, pengetahuan tentang Allah merupakan pangkal kebahagiaan hamba, sedangkan ketidaktahuannya tentang Allah merupakan pangkal penderitaan.
Hal ini akan lebih jelas dengan pembahasan berikut ini.
Poin#78: Ilmu adalah pintu pembuka untuk mendapatkan kelezatan dan kenikmatan dalam mencintai, mengingat, dan berusaha mencapai rida Allah.
Tidak ada sesuatu yang paling indah, paling mahal, dan paling nikmat bagi hati seorang hamba serta bagi kehidupannya daripada kecintaannya kepada Sang Pencipta dan Penjaganya. Tiada yang lebih ia sukai selain selalu berzikir mengingat-Nya dan berusaha mencapai ridha-Nya.
Inilah satu kesempurnaan yang tidak ada kesempurnaan lain bagi seorang hamba. Karena untuk semua itulah wahyu diturunkan, para rasul diutus, langit-bumi dan surga-neraka diciptakan. Untuk itu pula hukum-hukum syariat ditetapkan, Bait al-Haram (ka'bah) diletakkan, dan manusia diwajibkan menziarahinya untuk mengingat-Nya sebagai tanda kecintaan dan keikhlasan kepada-Nya. Demi itu pula Allah memerintahkan jihad dan menghinakan mereka yang enggan melakukannya serta lebih mengutamakan sesuatu yang lain, sehingga di akhirat Allah menjadikan untuknya tempat kehinaan dan dikekalkan di dalamnya. Atas dasar semua itulah agama ditegakkan dan kiblat didirikan.
Semua itu merupakan dasar penciptaan (kholqu) dan perintah (amru). Tidak ada jalan untuk mencapainya kecuali dengan ilmu, karena mencintai sesuatu merupakan cabang dari pengetahuan terhadap sesuatu itu. Dan, hamba Allah yang paling mengenal-Nya adalah orang yang paling tinggi kecintaannya kepada-Nya. Setiap orang yang mengenal Allah ﷻ maka dia akan mencintai-Nya. Barangsiapa yang mengetahui dunia dan isinya, maka dia tidak akan tamak terhadapnya (zuhud - lawan dari minat (rughbah). Jadi ilmulah yang membuka pintu tentang semua ini, yang semuanya merupakan rahasia penciptaan dan perintah.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم