Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Madrasah Ramadhan - Tarbiyah Sunnah
🎙️ Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid Umar bin Khathab Ma'had Tarbiyah Sunnah Bandung Barat
🗓️ Bandung, 23 Ramadhan 1446 / 23 Maret 2025


Kitab Miftah Daris Sa'adah: Poin ke-66 sampai 68
Karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah

Poin #66: Ilmu itu Akar Pohon, Tashdiq itu Rantingnya, Sedangkan Amal itu Buahnya.

Ilmu merupakan pemutusan (hakim) dan penentu bagi hal-hal lain, dan tidak ada yang dapat menjadi pemutus baginya. Ini disebabkan segala sesuatu yang diperselisihkan, baik keberadaannya, bagus dan rusaknya, manfaat dan bahayanya, kelebihan dan kekurangannya, kesempurnaan dan ketidak-sempurnaannya, dipuji atau dicela, derajat kebaikannya, dekat dan jauhnya, sesuatu yang membuat seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan atau tidak, semua itu diputuskan dan ditentukan oleh ilmu.

Apabila ilmu sudah memutuskannya, maka semua perselisihan selesai dan keputusan itu wajib diikuti.

Ilmu adalah pengatur bagi kekuasaan, politik, harta benda, dan gerakan pena (tulisan). Kekuasaan yang tidak didukung oleh ilmu tidak akan bertahan, senjata tanpa ilmu akan menjadi alat pemusnah liar, pena tanpa ilmu menjadi gerakan yang sia-sia. Ilmulah yang menguasai semua itu, tidak ada satu pun dari hal itu yang menguasainya.

Mana yang lebih utama: Ulama atau Syuhada?

Orang-orang berbeda pendapat mengenai apakah tinta pena ulama lebih utama dari darah syuhada, ataukah sebaliknya. Masing-masing pendapat ini didukung oleh argumentasi. Perselisihan ini sendiri merupakan bukti keutamaan dan martabat ilmu. Pemutus dalam masalah ini juga adalah ilmu, karena dengannya dan berdasarkan padanya hal itu diputuskan. Maka, yang diutamakan di antara keduanya adalah orang yang menurut ilmu memiliki keutamaan.

Apabila ada pertanyaan, "Bagaimana ilmu menerima hukum untuk dirinya sendiri?" Jawabnya, ini juga merupakan tanda keutamaan, ketinggian derajat, dan kemuliaan ilmu. Seorang hakim tidak boleh menetapkan hukum untuk dirinya sendiri sebab ia bisa dituduh dengan pemalsuan hukum, sedangkan ilmu tidak bisa dituduh dengan apa pun. Karena, apabila ilmu menetapkan suatu hukum, maka ia menetapkannya sejalan dengan kesaksian akal, kebenaran nalar yang dapat diterima, dan hasilnya mustahil mengandung cacat. Dan apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan adanya cacat, maka ilmu akan menjauh darinya dan martabatnya pun akan jatuh. Ilmu adalah saksi yang bersih dan adil. Ia adalah hakim yang tidak zalim dan akan selalu diikuti.

Seseorang bertanya kembali, "Jadi mana yang lebih utama antara tinta pena ulama dan darah para syuhada?" Maka, kami jawab bahwa dalam permasalahan ini banyak terjadi perbedaan dan permasalahannya akan melebar, karena masing-masing pihak mengemukakan argumentasinya.

Adapun hal yang dapat menyelesaikan pertentangan ini dan membawa masalah ini kepada kesepakatan bersama adalah:
1. Membicarakan jenis-jenis tingkatan kesempurnaan.
2. Menganalisa mana yang paling utama dari kedua hal ini.
3. Dengan langkah-langkah tersebut, dapat diperoleh pendapat yang benar dan dari situlah terjadi penyelesaian masalah.

Adapun tingkatan manusia dalam bingkai kesempurnaan ada empat, yaitu:
1. Para nabi.
2. Orang-orang yang teguh keyakinannya (ash-shiddiiqiin).
3. Orang-orang yang syahid (asy-syuhadaa').
4. Orang-orang yang saleh (ash-Shalihiin).

Allah ﷻ telah menyebutkan keempat hal ini dalam firman-Nya,

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا. ذَٰلِكَ ٱلْفَضْلُ مِنَ ٱللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ عَلِيمًا

Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersamasama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, ash-shiddiqiin (orang-orang yang keimanannya dijamin selamat), orang-orang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman baik yang sebaikbaiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah cukup mengetahui." (an-Nisa': 69-70)

Allah ﷻ juga menyebutkan keempat golongan ini dalam surah al-Hadiid, di mana Allah ﷻ menyebutkan keimanan kepada-Nya, kepada Rasul-Nya dan menganjurkan orang-orang mukmin agar hatinya khusyu menerima kitab dan wahyuNya. Kemudian Allah menyebutkan tingkatan manusia, yaitu yang menderita dan yang bahagia. Allah ﷻ berfirman,

ِإِنَّ ٱلْمُصَّدِّقِينَ وَٱلْمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقْرَضُوا۟ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

ِوَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦٓ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصِّدِّيقُونَ ۖ وَٱلشُّهَدَآءُ عِندَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَكَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَآ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَحِيمِ

“Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al-Hadid: 18-19)

Catatan:
- Maksud dari pinjaman dalam ayat ini adalah Infak dan sedekah, karena Allah ﷻ akan membalas di akhirat.
- Cahaya dalam ayat ini adalah cahaya yang sangat dibutuhkan pada saat menyeberangi shirat yang kecil seperti mata pedang, licin, tajam dan gelap. Inilah cahaya yang dibutuhkan semua makhluk.

Sebelum ayat ini Allah ﷻ menyinggung tentang orang-orang munafik, dan ayat ini mencakup orang menderita dan orang bahagia. Jadi ayat-ayat di atas menyebutkan empat tingkatan manusia, yaitu:
- para rasul,
- orang-orang yang teguh keyakinannya (ash-shiddiiqiin),
- orang-orang yang syahid (asy-syuhadaa')
- orang-orang yang saleh (ash-Sholihiin).

Yang tertinggi dari derajat ini adalah para nabi dan para rasul, kemudian disusul oleh orang-orang yang teguh imannya.

Catatan:
- Penentunya adalah tasdiq (membenarkan ilmu yang diyakini) dan ini tergantung tingkat ilmu).
- Di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan ‘yakin’ itu dengan beberapa nama yang menunjukkan tingkatannya. Ada yang namanya ilmul yaqin, ‘ainul yaqin, ada haqqul yaqin.

Para siddiqiin adalah orang-orang yang teguh dalam mengikuti para rasul. Mereka adalah golongan yang derajatnya paling tinggi sesudah para rasul. Apabila pena ulama berjalan dalam tingkatan ash-shiddiiqiin dan tintanya mengalir dengannya, maka tinta itu adalah lebih baik daripada darah seorang syahid yang tidak mencapai derajat ash-shiddiiqiin. Dan apabila darah seorang syahid mengalir dan kala itu ia dalam tingkatan ash-shiddiiqiin, maka darahnya itu lebih mulia daripada tinta ulama yang tidak mencapai derajat ash-shiddiqiin. Maka, yang terbaik adalah yang shiddiiq dari keduanya. Apabila keduanya setingkat dalam ash-shiddiqah (keyakinan), maka keduanya sama dalam derajat. Wallaahu a'lam.

Ash-shiddiiqah adalah keimanan yang sempurna terhadap apa yang dibawa Rasulullah ﷺ, baik dalam ilmu maupun amal. Semua itu kembali kepada ilmu. Barangsiapa yang paling mengetahui apa yang dibawa Rasul dan paling sempurna keimanannya, maka dia adalah orang yang paling sempurna tingkat shiddiiqah-nya.

Jadi shiddiiqah adalah pohon yang berakarkan ilmu dan cabangnya adalah pembenaran serta buahnya adalah amal. Ini adalah ulasan yang cukup komprehensif mengenai masalah ulama dan syuhada' serta siapa yang lebih mulia.

Poin #67: Kita bisa beriman dengan benar dengan adanya ilmu.

Hadits-hadits Nabi ﷺ secara mutawatir mengabarkan bahwa amal perbuatan yang paling mulia adalah iman kepada Allah ﷻ. Karena Iman adalah penghulu segala perkara, dan amal perbuatan datang sesudahnya sesuai dengan tingkatan dan posisinya.

Iman kepada Allah memiliki dua rukun.
- Pertama, mengetahui dan mengerti apa yang dibawa Rasulullah ﷺ (ilmu).
- Kedua, membenarkannya dengan ucapan dan perbuatan. (Tasdiq - membenarkan ilmu).

Perbuatan dan pembenaran tanpa ilmu adalah mustahil, karena pembenaran adalah cabang dari pengetahuan terhadap apa yang dibenarkan.

Dengan demikian, ilmu bagi iman laksana ruh bagi jasad. Pohon iman tidak dapat tegak kecuali di atas landasan ilmu dan pengetahuan. Jadi ilmu adalah sesuatu yang paling mulia dan anugerah yang paling berharga.

Setiap lafadzh iman maka ada Ilmu di dalamnya. Karena iman yang benar adalah lahir dari ilmu.

Poin #68: Seluruh sifat kebaikan sempurna diperoleh karena bergabungnya tiga hal, yaitu ilmu, irodah (keinginan), dan qudroh (kemampuan). Irodah dan qudroh sangat bergantung kepada ilmu.

Sesungguhnya semua sifat kesempurnaan pada Zat Allah ﷻ berpulang kepada al-Ilmu (pengetahuan), al-Qudrah dan iraadah (will). Iraadah merupakan cabang dari al-ilmu, karena al-iraadah itu membutuhkan adanya kecenderungan kepada sesuatu yang diinginkan.

Dengan demikian, al-iraadah ini membutuhkan al-ilmu (pengetahuan) tentang zat dan hakikat sesuatu. Dan al-qudrah sendiri tidak akan mempunyai pengaruh kecuali melalui al-iraadah.

Sedangkan, al'ilm dalam keterkaitannya dengan obyek tidak membutuhkan salah satu dari aliraadah dan al-qudrah, Al-iraadah dan al-qudrah, masing-masing membutuhkan al'ilmu dalam keterkaitannya dengan obyek. Ini semua menunjukkan keutamaan dan kemuliaan ilmu.

Catatan:
Contoh dalam hal ini adalah puasa, seseorang yang tahu akan keutamaan ilmu, dosa digugurkan, menjadi sehat, pahala besar dll... Karena tahu ilmunya, maka timbul iradah (keinginan) dan qudroh (kemampuan) timbul setelah ada iradah, maka menghasilkan amal.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم