Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

surat terbuka untuk para suamiSesungguhnya segala pujian hanyalah milik Allah semata. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan meminta ampun kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri-diri kami dan kejelekan amal-amal perbuatan kami. Barangsiapa diberi hidayah oleh Allah, niscaya tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah niscaya tiada seorangpun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya. Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad ﷺ adalah hamba dan utusan-Nya.

Amma ba’du,

Setiap orang tentu mengidamkan rumah tangga yang bahagia. Kita sepenuhnya menyadari bahwa terciptanya rumah tangga Islami merupakan tonggak berdirinya masyarakat rabbani. Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah ini. Islam telah meletakkan pedoman rumah tangga bagi suami maupun istri. Dengan mengamalkan pedoman itu kedua belah pihak dapat membangun mahligai pernikahan yang kokoh. Keberhasilan rumah tangga islami ini menjadi jaminan kebaikan bagi setiap individu masyarakat. Dan dari situ pula akan lahir generasi-generasi shalih dan shalihah yang kelak akan menjadi unsur pembentuk masyarakat Islami secara keseluruhan.

Saudaraku...

Berumah tangga adalah perkara sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa seorang muslim yang telah membina kehidupan rumah tangga berarti telah menyempurnakan separuh agamanya. Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفُ الدِّيْنِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي

“Apabila seorang hamba telah menikah berarti ia telah menyempurnakan setengah dari agamanya, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam menjaga setengahnya lagi.” (Hadits shahih riwayat Ath-Thabraani dalam Mu’jamul Aushat, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah nomor 625).

Abu Hatim menjelaskan maksud hadits ini, ia berkata, “Pada umumnya, perkara yang menegakkan agama seseorang adalah kemaluan dan perutnya. Dengan menikah ia bisa menegakkan salah satu dari keduanya." (lihat Faidhul Qadir (VI/103).

Iblis dan bala tentaranya juga mengetahui urgensi rumah tangga bahagia ini. Mereka memiliki ambisi yang sangat besar untuk mengganggu dan merusaknya. Sebab, tidak ada jurus yang lebih jitu untuk menghancurkan kehidupan manusia dan merampas kebahagiaan hidup mereka dunia dan akhirat selain memporakporandakan rumah tangga. Rasulullah ﷺ telah memperingatkannya jauh-jauh hari. Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu’anhu telah meriwayatkan dari Nabiy bahwa beliau bersabda:

عن جابر رضي الله عنه ، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «إنَّ إبليسَ يضعُ عرْشَه على الماء، ثم يَبْعَث سَراياه، فأدْناهم منه منزِلةً أعظمُهم فتنةً، يجيء أحدهم فيقول: فعلتُ كذا وكذا، فيقول: ما صنعتَ شيئًا. قال: ثم يجيء أحدهم فيقول: ما تركتُه حتى فَرَّقتُ بينه وبين امرأتِه، قال: فيُدْنِيه منه ويقول: نعم أنت». قال الأعمش: أراه قال: «فيَلْتَزِمُه»

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas lautan kemudian ia mengirim bala tentaranya. Orang yang paling dekat kedudukannya dengan Iblis adalah orang yang paling besar godaannya terhadap bani Adam. Salah seorang dari mereka datang dan berkata, ‘Aku telah melakukan ini dan itu. Iblis mengatakan, ‘Engkau belum melakukan apa-apa!’ Kemudian datang lagi yang lain dan berkata, ‘Tiada aku tinggalkan mereka (bani Adam) hingga aku berhasil memisahkan suami dari istrinya’ Maka Iblis menyuruhnya supaya mendekat dan berkata, ‘Sungguh hebat engkau!’ Maka iapun terus mendekatinya. (Hadits shahih riwayat Muslim dan lainnya).

Saudaraku ...

Kita sebagai pemimpin rumah tangga, harus sadar bahwa iblis beserta bala tentaranya terus merongrong keutuhan rumah tangga kita. Mereka akan terus mengintai setiap celah dan kesempatan yang mungkin bisa mereka manfaatkan untuk mengobrak-abrik kebahagiaan kita. Mereka menggunakan segala cara untuk mencapainya. Dan mereka akan bersuka cita apabila berhasil meretakkan hubungan cinta kasih sepasang suami istri, yang merupakan lentera penerang bagi bahtera rumah tangga mereka.

Saudaraku, para suami yang mulia ...

Sebagai insan yang lemah, kita sangat membutuhkan nasihat. Dan sungguh, tak ada yang dapat menyelamatkan mahligai perkawinan kita kecuali taqwa kepada Allah dan ilmu yang benar.

Maka dengan memohon pertolongan Allah ﷻ, saya mencoba menorehkan pena dan mempersembahkan risalah ini. Pertama untuk diriku sendiri. Dan kedua, untuk para pemuda yang akan melangkah menuju jenjang pernikahan. Dan ketiga, untuk segenap suami yang ingin meraih ridha ilahi. Mudah-mudahan buku yang sederhana ini dapat menjadi nasihat yang berguna dan bekal yang berharga dalam mengarungi samudera kehidupan rumah tangga. Sehingga kita dapat menuai kesuksesan di dunia dan meraih kebahagiaan nan abadi di akhirat.

Akhir kalam, saya memanjatkan rasa syukur kepada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa yang telah memberikan kekuatan dan pertolongan kepada saya untuk menyelesaikan tulisan ini. Segala puji hanyalah milik-Nya di awal dan di akhir, lahir maupun bathin.

Selanjutnya saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tulisan ini, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan pahala.

Ya Allah, jadikaniah amal ini ikhlas semata-mata mengharap wajah-Mu, berguna bagi hamba-hamba-Mu serta menjadi buah ketaatan dan tabungan pahala bagi kami, Yaa Hayyu Yaa Qayyum Yaa Dzal Jalaali wal Ikram.

Ditulis oleh:
Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan Choiriyah Medan, 4 April 2009


Buku: Surat Terbuka untuk Para Suami
Penulis: Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan Choiriyah Hafidzahumallah
Pustaka Darul Ilmi
Cetakan Kedua 2010