Saudaraku...
Suami adalah pemimpin. Ia bertanggung jawab menyelamatkan diri dan keluarganya dari keburukan hidup di dunia maupun di akhirat. Allah ﷻ berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (OS. At-Tahrim: 6)
Berkenaan dengan tafsir ayat ini, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu berkata, “Yaitu ajarkanlah nilai-nilai kebaikan kepada diri dan keluargamu.” (Atsar ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (11/494), ia menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabiy).
Penjagaan ini tidak mungkin dilakukan kecuali dengan pengajaran dan nasehat. Karena itulah, Islam memerintahkan kepada suami untuk memberikan pangajaran dan nasehat kepada istrinya. Dengan pengajaran dan nasehat itu diharapkan rumah tangga mereka akan terhindar dari kebodohan yang gelap gulita. Sebaliknya ia akan terang benderang oleh cahaya ilmu dan akhlak yang mulia sesuai ajaran yang disyari'atkan Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman, “Peringatkanlah anggota keluargamu yang terdekat". (OS. Asy-Syu'ara: 214)
Ingatlah, keluargamu yang terdekat adalah istrimu. Rasulullah adalah teladan utama bagimu dalam masalah ini. Apabila berada di rumah beliau membagi waktunya menjadi tiga bagian: Untuk Allah, untuk keluarga dan untuk umat. Bagian untuk keluarga itu beliau manfaatkan untuk memberikan hiburan, perlakuan baik, pemenuhan kebutuhan, perhatian, pembinaan dan pengajaran kepada istri-istrinya dengan pelajaran yang mereka butuhkan.
Rasulullah ﷺ sangat memperhatikan pendidikan istri-istrinya. Beliau mengajari mereka membaca dan menulis agar mudah menerima ilmu dan memahaminya. Karena itulah beliau melarang siapapun yang menghalangi kaum wanita datang ke masjid apabila ia menghendaki, dengan syarat dapat menjaga etika dan adab Islam. Beliau bersabda:
إِذَا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوا لَهُنَّ
“Apabila istri-istrimu minta izin untuk datang ke masjid pada malam hari, izinkanlah". (Muttafaqun 'alaih)
Dalam satu riwayat disebutkan:
لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ
“Janganlah kalian menghalang-halangi hamba-hamba Allah pergi ke masjid Allah.” (Muttafaqun 'alaih)
Banyak hadits-hadits yang mengisahkan bagaimana beliau memberikan pengajaran dan nasehat yang berharga kepada para istri beliau dan juga para muslimah secara umum. Misalnya sabda beliau:
“Wahai wanita muslimah, janganlah seseorang merendahkan hadiah tetangganya meskipun hanya sepotong kuku kambing.” (Muttafaqun 'alaih)
Demikian juga pengajaran beliau kepada kaum wanita tentang shalat, bersuci, zakat, haji, akhlak, doa, dzikir dan lain sebagainya.
Beliau juga sering memerintahkan para sahabat agar menyampaikan pengajaran dan nasehat kepada para istri, dengan mengatakan: “Hendaklah yang hadir di antara kalian menyampaikannya kepada mereka yang tidak hadir.” (HR Ahmad).
Yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan yang merek dapat dari Rasulullah. Dan para sahabat adalah orang yang paling antusias melakukan pesan nabi tersebut. Mereka sangat memperhatikan pengajaran istri-istrinya. Mereka mengajarkan apa yang didapat dari Rasulullah ﷺ baik ayat-ayat Al-Our'an atau hadits-hadits Nabi.
Shafiyyah binti Syaibah Radhiyallahu’anha berkata: Ketika kami tengah bersama-sama, “Aisyah Radhiyallahu’anha menyebut-nyebut keutamaan perempuan Quraisy, berkatalah ia, “Sesungguhnya perempuan Quraisy itu memiliki keutamaan. Demi Allah saya tidak melihat perempuan seperti perempuan Ashar dalam hal membenarkan kitab Allah dan iman kepadanya Ketika turun surat an-Nuur: 31: Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak padanya" Kaum lelaki langsung membacakan ayat ini kepada istri, saudara perempuan, anak-anak dan kerabat mereka. Setelah itu tidak ada seorang perempuan pun kecuali mengambi kain dan menutupkannya di kepalanya, sebagai wujud pembenaran dan iman kepada wahyu yang diturunkan Allah. Jadilah mereka di belakang Rasulullah berkerudung, seolah-olah di atas kepalanya seperti ada burung gagak.”
'Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu’anhu berkata, saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Seseorang itu, apabila ia memberikan minum istrinya, ia berpahala". la berkata, “Maka saya langsung mendatangi istri saya, memberinya minum dan menceritakan kepadanya hadits yang saya dengar dari Rasulullah ﷺ itu". (HR Thabrani - sahih).
Jadilah Teladan Terbaik
Jadilah seorang suami sekaligus teladan bagi istrimu dalam kebaikan. Jadilah orang pertama yang melakukan apa yang engkau nasehatkan kepadanya, sehingga pengajaranmu benar-benar mengena di hatinya. Bahkan contoh nyata pengaruhnya lebih besar daripada nasehat dengan kata-kata.
Di antara perangai yang dibenci adalah manusia adalah sifat pandai mengajari orang lain tapi melupakan dirinya sendiri. Ini juga sifat yang dibenci oleh Allah ﷻ Dia berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? (iu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan (QS. As-Saff ayat 2-3).
Allah ﷻ juga berfirman:
۞ اَتَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ اَنْفُسَكُمْ وَاَنْتُمْ تَتْلُوْنَ الْكِتٰبَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti? (Al-Baqarah ayat 44).
Sampaikanlah nasehat dan pengajaran itu dengan kata-kata yang lemah lembut. Tunjukkan bahwa engkau mencintainya dan menghendaki kebaikan baginya. Dan iringilah nasehat itu dengan bukti dan contoh yang nyata!?
Bekerja Sama Dalam Ketaatan
Bentuk kerjasama ini, yang pertama adalah menghidupkan amar ma'ruf nahi munkar. Apabila suami mendapati penyimpangan pada diri istrinya, ia segera meluruskan dan memperingatkannya. Demikian pula ketika istri mendapati penyimpangan pada diri suaminya. Jadilah seorang kesatria yang suka mendapat nasehat, lapang menerima kritikan, dan bersegera memperbaiki kesalahan. Buang jauh-jauh sifat egois dan jadilah teladan terbaik bagi istri dan keluargamu.
Para suami yang shalih,...
Jadikanlah istrimu sebagai mitra setia untuk tolong menolong dan nasehat-menasehati dalam menegakkan ketaatan kepada Allah ﷻ. Sambutlah seruan Rabbmu:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (OS. Al-Maa 'idah: 2)
Sesungguhnya manusia akan senantiasa berada dalam kerugian kecuali mereka yang suka bekerja sama dalam mentaati Allah dan saling berwasiat untuk itu. Allah ﷻ berfirman:
وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (OS. Al-Ashr: 1-3)
Ajaklah istrimu melaksanakan ketaatan maupun ibadah bersama-sama. Baik ibadah khusus seperti shalat, dzikir, puasa, membaca Al-Qur'an dan semisalnya. Ataupun ibadah yang bersifat umum seperti mendidik, berdakwah, membantu orang lain, dan semisalnya. Sesungguhnya itu mendatangkan pahala agung dan dampak positif dalam kehidupan, dunia maupun akhirat.
Rasulullah ﷺ memuji suami-istri yang bahu membahu dalam mentaati Rabbnya, ruku' dan sujud di tengah gelapnya malam, ketika kebanyakan manusia terlelap dalam tidurnya Beliau bersabda:
“Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun malam mengerjakan shalat dan membangunkan istrinya. Apabila istrinya enggan bangun, ia percikkan air di wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun malam mengerjakan shalat dan membangunkan suaminya. Apabila suaminya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Abu Hurairah & dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud 1308).
Alangkah indahnya saat-saat seperti itu wahai saudaraku...
Sepasang suami istri bangun di malam hari mengerjakan shalat, saling memperdengarkan bacaan Al-Qur'an, menyantap sahur dan berbuka bersama.
Bagaimana mungkin sepasang suami istri yang seperi ini keadaannya bertikai karena masalah sepele, sedangkan perhatian mereka terfokus kepada perkara yang lebih utama.
Istri Shalihah Mencintai Ilmu
Saudaraku, para suami yang shalih...
Ingatlah bahwa salah satu tanda istri yang shalihah adalah penuh perhatian dan cinta kepada ilmu. Bila sifat itu belum ada pada istrimu maka doronglah ia kepadanya. Dan jika sudah, maka usahakanlah untuk memberi kelapangan jalan untuk menuju ke sana. Memang, pada ilmu terdapat kenikmatan dan pada kebodohan bersemayam segudang penderitaan.
“Aisyah Radhiyallahu’anha telah memuji perempuan Anshar karena cinta mereka kepada ilmu. Ia berkata:
نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ اْلأَنْصَارِ ، لَـمْ يَمْنَعْهُنَّ الْـحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِـي الدِّيْنِ
"Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka memperdalam agama.” (HR Bukhari).
Karena itu bantulah ia dan berikanlah kesempatan serta fasilitas untuk menambah khazanah ilmunya. Temanilah ia dan tak ada salahnya engkau menggantikan tugasnya menjaga anak-anak agar istrimu bisa menghadiri majelis ilmu dan mendengarkan nasehat yang berharga.
Untuk memenuhi anjuran ini usahakan agar di rumahmu ada perpustakaan, meskipun sederhana. Milikilah sarana pengetahuan yang bervariasi, seperti buku, radio, tape recorder, ataupun CD-CD yang bermanfaat.
Ingatlah, semakin bertambah ketaqwaan dan keshalihahan istrimu, maka engkaulah orang pertama yang akan menikmatinya.
Sungguh mengherankan, ada suami yang sepertinya merasa takut apabila istrinya lebih berilmu daripada dirinya. Ada juga suami yang giat berda'wah dan menyebarkan ilmu di tengah masyarakat, sementara ia biarkan istrinya hidup dalam kebodohan. Ia merana dan merugi serta tidak berkembang pengetahuannya.
Apakah Rasulullah ﷺ memang mengajari kita seperti itu? Sekali-kali tidak, bahkan beliau adalah sosok suami yang memberikan perhatian penuh kepada keluarganya. Beliau membagi waktunya, sebagian untuk Rabb-nya, sebagaian untuk keluarganya, dan sebagian lagi untuk umatnya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya istrimu punya hak atasmu, tamumu punya hak atasmu dan jasadmu juga punya hak atasmu."' (HR Muslim no. 2787 dari Abdullah bin Amr).
Nabi ﷺ juga membenarkan ucapan Salman yang berkata: “Sesungguhnya Rabbmu punya hak atasmu, dirimu punya hak atasmu, keluargamu juga punya hak atasmu maka berilah setiap orang haknya.” (HR Bukhari no. 1968).
Ambillah petunjuk Nabi ini, karena beliau adalah sebaik-baik teladan bagimu. Hati-hatilah terhadap tipu daya syaithan, berikanlah kepada setiap orang haknya masing-masing. Dengan demikian jadilah engkau sebaik-baik suami.
Ketahuilah bahwa pondasi yang kuat akan mengokohkan bangunan yang tegak di atasnya.
Hukuman Yang Diperbolehkan
Saudaraku, para suami yang shalih...
Aku ingin mengingatkanmu dengan hadits Rasulullah ﷺ : “Perlakukanlah kaum wanita dengan baik. Karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Sedangkan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Apabila engkau luruskan ia patah, sedangkan bila engkau biarkan ia tetap bengkok. Maka perlakukanlah kaum Wanita dengan baik.” (Muttafaq alaihi)
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak dapat diluruskan dengan satu jalan. Kalau engkau dapat menikmatinya, engkau akan menikmatinya, tapi ia tetap bengkok. Tetapi bila engkau luruskan, engkau akan mematahkannya. Patahnya berarti cerai.” (Muttafaq alaihi).
Hadits ini sekali-kali bukan bermaksud merendahkan kaum wanita. Ini hanyalah gambaran konkrit dan realistis dari watak seorang wanita.
Maka hendaknya engkau lebih mengedepankan kelemah-lembutan dalam membina dan mendidik istrimu Apalagi jika ia memiliki latar belakang masa lalu yang jauh dari didikan agama. Tuntunlah ia secara bertahap untuk meningkatkan pemahaman agamanya, berusahalah memprosesnya menjadi lebih baik dengan penuh kesabaran dan dengan cara yang bijak. Antarkanlah istrimu menuju kesungguhan memegang teguh setiap perintah Allah, meskipun melalui tahapan panjang.
Apabila segala cara telah dilakukan, dari yang lembut hingga yang sedikit kasar, namun perangai negatif tetap saja tidak berubah, silakah engkau mengambil tindakan sanksi. Dengan catatan engkau harus memperhatikan batasan-batasan syari'at sehingga sanksi yang dijatuhkan itu masih dalam kerangka kasih sayang.
Bentuk sanksi adalah pemisahan tempat tidur dan pukulan yang tidak menyakitkan. Allah ﷻ berfirman,
وَٱلَّـٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهْجُرُوهُنَّ فِى ٱلْمَضَاجِعِ وَٱضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا۟ عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (OS. An-Nisaa': 34)
Maksud memisahkan tempat tidur yaitu meninggal kan jima'. Agar sanksi ini dapat berpengaruh secara efektif dalam pemecahan persoalan, janganlah istri dipisahkan secara total dengan memindahkan kamar tidur atau suami meninggalkan kamarnya. Tetaplah tidur berdua dalam satu tempat tidur, hanya tidak berdekatan. Belakangilah ia dengan penuh kejantanan dan tekad yang kuat unutuk meredam keinginan menikmati hubungan intim. Dengan cara seperti Ini, diharapkan mendorong istri instropeksi diri dan akhirnyz meluruskan sikap-sikapnya yang keliru.
Dan tidak benarkan memutuskan komunikasi yaity tutup mulut, sebab itu adalah perilaku anak kecil, dan dikha, watirkan hanya akan menambah panasnya api perteng. karan.
Adapun pukulan yang dimaksud adalah pukulan yang tidak sampai menyakitkan. Yaitu pukulan yang tidak keras dan tidak sampai menyebabkan luka. Karena pukulan tersebut lebih dimaksudkan untuk menyakiti jiwanya, bukan fisiknya. Dan bukan juga sebagai pelampiasan kejengkelan secara kejam.
Ketika memukul hindarilah wajah, karena memukul wajah itu berarti merendahkan martabat dan melukai harga diri. Hindarilah memukul bagian tubuh yang sensitif, lemah dan mudah sakit. Jangan pula memukul dengan alat yang menghinakan seperti sandal atau menyepak dengan kaki, sebab itu adalah perilaku yang tidak pantas.
Singkat kata, tujuan memukul istri adalah untuk memperbaikinya, bukan membalas dendam dan bertindak semena-mena disertai dengan syarat-syarat berikut:
Perlu diingat bahwa pemukulan bukanlah satu-satunya alternatif yang harus dilakukan oleh suami. Karena kehalusan, kesabaran, dan kelembutan merupakan cara seorang muslim untuk memperbaiki dan meluruskan perilaku.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الله رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ, وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَالَايُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ.
“Sesungguhnya Allah Mahalembut yang menyukai dan meridhai kelembutan. Dan Dia mau memberikan pertolongan kepada orang yang lemah-lembut yang tidak diberikannya kepada orang yang kasar.“ (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Kabiir. Silahkan melihat AsSilsilah ash-Shahiihah (11/364) (1770) dan Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (III/16) (2668).
Beliau juga bersabda:
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut yang menyukai kelembutan. Dan Dia memberi karena kelembutan apa-apa yang tidak Dia beri karena kekasaran.” (Hadits riwayat Muslim (6766).
Dan satu hal penting yaitu hindarilah kata-kata umpatan. Apalagi umpatan yang merendahkan harga diri dan melukai hati. Rasulullah ﷺ telah bersabda:
“Seorang mu' min bukanlah orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji dan berkata kotor.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi (1977) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami' (5381).
Demikianlah etika Islam yang harus dipegang teguh oleh seorang muslim dalam menghadapi berbagai persoalan. la memiliki kesabaran dan kelapangan dada dalam menyikapi, hingga bagaimana cara memberikan sanksi bila hal itu harus dilakukan. Sungguh, penerapan bimbingan Islan ini akan menyumbat luka sebelum terlanjur menganga, menutup aurat sebelum terlanjur tersingkap, dan akhirnya menjaga bangunan rumah tangga dari keruntuhan dan kehancuran.
Adapun suami yang tidak mau mengikuti bimbingan ini, dikhawatirkan akan menjadi orang yang mudah marah hanya karena sebab yang sepele. Mudah memberi sanksi, mendiamkan atau bahkan memisahkan, tanpa sebab yang jelas, juga perilaku buruk lainnya. Seolah-olah ia robohkan bangunan rumah tangga itu dengan tangannya sendiri, naudzu billahi min dzalik.
Ketahuilah, bahwa sebaik-baik suami adalah Rasulullah ﷺ. Beliau tak sekalipun pernah memukul istri dan tak pernah membalas perlakuan buruk yang berhubungan dengan pribadinya, selama menjalani hidup berumah tangga bersama istri-istrinya. “Aisyah Radhiyallahu’anha menuturkan, “Rasulullah ﷺ tidak pernah sekalipun memukul dengan tangannya, baik istri maupun pembantu, kecuali dalam jihad fi sabilillah. Beliau sama sekali tidak pernah membalas perlakuan buruk terhadap dirinya kecuali bila hal itu berkaitan dengan hal-hal yang diharamkan Allah. Maka ia membalasnya karena Allah.” (Hadits riwayat Muslim).
Beliaulah teladan kita, hadirkan selalu sosoknya dan ikuti jejaknya untuk membangun rumah tangga nan bahagia.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
Buku: Surat Terbuka untuk Para Suami
Penulis: Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan Choiriyah Hafidzahumallah
Pustaka Darul Ilmi
Cetakan Kedua 2010
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم