Hubungan Cinta Kasih Sepasang Suami Isteri
Saudaraku para suami yang mulia...
Cinta kasih sepasang suami istri adalah sesuatu yang sangat bernilai. Sebab ia ibarat ruh dalam kehidupan berumah tangga. Yaitu perasaan cinta dan kasih sayang yang dipendam oleh kedua belah pihak terhadap pasangannya. Cinta ibarat lokomotif penggerak bagi gerbong-gerbong kebahagiaan dan kedamaian. Bahkan cinta ibarat cahaya yang menerangi bahtera mereka berdua. Cinta adalah magnet yang bisa merekatkan sepasang suami istri hingga keduanya merasa seolah jiwa dan raga mereka satu. Bahkan hati mereka seolah satu dan begitu padu. Cinta adalah perasaan jiwa yang penuh kerelaan terhadap pasangannya, ridha kepada pasangannya dan keterpesonaan kepada sifat, perbuatan serta perilakunya.
Oleh karena itu...
Pandai-pandailah engkau menyemai benih-benih cinta dalam hati istrimu. Sehingga seiring bertambahnya usia pernikahan, semakin bertambah pula cintanya kepadamu.
Rawat dan siramilah pohon-pohon cinta dan kasih sayang itu hingga ia terus bersemi, berkembang dan tidak layu ataupun mengering.
Aku Muliakan Keluarganya Sebagaimana Aku Suka Ia Memuliakan Keluargaku
Aku Muliakan Keluarganya Sebagaimana Aku Suka Ia Memuliakan Keluargaku
Islam berisi ajaran yang menganjurkan kebajikan, kasih sayang, dan persaudaraan. Suami idaman selalu memenuhi seruan agama ini. Dia memuliakan istrinya, kedua orang tua, serta kerabat dan sahabat-sahabatnya, sebagaimana ia suka istrinya melakukan hal itu untuknya. Dengan perilaku itu terciptalah dalam keluarga besarnya iklim persaudaraan yang hangat, yang dapat menumbuhkan kebahagiaan rumah tangga akhirnya.
Rasulullah ﷺ memberi bimbingan kepada kita dalam memuliakan istri-istrinya, beliau memuliakan keluarga serta sahabat-sahabatnya, baik ketika mereka masih hidup maupun sudah meninggal. Di samping itu, beliau juga menghimbau kita agar selalu menyambung talu silaturrahmi. Beliau bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hubungkanlah silaturrahmi." (Muttafaq alaihi).
Anjuran Nabi ﷺ ini ditujukan kepada semua orang, laki-laki maupun perempuan. Maka suami idaman selalu berusaha menegakkan kebaikan ini dalam keluarga istrinya. la mengunjungi keluarga istri bersamanya atau seorang diri. Berbakti kepada kedua orang tuanya dan arahkan istri untuk berbuat serupa. Membantu istri mengirimkan hadiah-hadiah di momen-momen penting mereka. Menghubungi mereka dengan telepon atau surat dan menanyakan kabar mereka. Serta memberikan perhatian dan bantuan apabila mereka memerlukan.
Allah ﷻ berfirman:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maa'idah: 2)
Aku Suka Berhias untuk Istriku Sebagaimana Aku Suka Ia Berhias Untukku
Aku Suka Berhias untuk Istriku Sebagaimana Aku Suka Ia Berhias Untukku
Suami idaman, tidak sekedar menuntut istrinya untuk selalu berpenampilan cantik di hadapannya. Selalu dalam keadaan bersih, rapi dan aroma yang wangi dan seterusnya. Tetapi ia juga suka melakukan hal yang sama, yaitu berhias demi kebahagiaan istrinya. Ia selalu memperhatikan dandananya, penampilannya, dan aroma tubuhnya. Serta menjauhi hal-hal yang tidak sedap dipandang mata.
Dia bukanlah sosok yang egois yang mementingkan diri sendiri. Tertanam benar dalam hatinya firman Allah ﷻ :
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf” (QS. Al-Baqarah: 228)
Sebab, sebagaimana suami tidak suka melihat dan berdekatan dengan istrinya yang kusut, kotor dan awut-awutan, demikian juga istri pasti tidak suka melihat dan berdekatan dengan suami yang seperti itu keadaannya.
Berdandan dan berhias diri merupakan sesuatu yang dicintai Allah ﷻ dan Rasul-Nya.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits:
إن الله جميلٌ يحب الجمال، الكبر بطر الحق وغمط الناس
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR Muslim).
Berdandan dan berhias juga termasuk fitrah!
Berdandan dan berhias juga termasuk fitrah!
Islam menghimbau setiap muslim agar selalu dalam eadaan rapi, bersih, indah, serta berbadan harum. Itu emua termasuk tradisi fitrah dan petunjuk para rasul.
Rasulullah ﷺ melarang seseorang menolak wewangian, karena wewangian itu menambah keindahan dan kecantikan dandanan. Beliau bersabda:
مَنْ عُرِضَ عَلَيْهِ طِيبٌ فَلاَ يَرُدَّهُ فَإِنَّهُ خَفِيفُ الْمَحْمَلِ طَيِّبُ الرَّائِحَةِ
“Barangsiapa ditawarkan kepadanya minyak raihan, maka janganlah menolaknya, karena ia harum baunya dan mudah dibawanya". (HR Muslim).
Rasulullah ﷺ adalah sosok suami yang sangat memperhatikan kebersihan saat menemui istri. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih, bahwasanya hal pertama yang beliau lakukan sebelum menemui istrinya adalah bersiwak. (HR Muslim dari Aisyah Radhiyallahu’anha).
Berdandannya suami untuk istrinya tak pelak menambah rasa cinta, sehingga menjadikannya betah untuk selalu memandang dan berada di sampingnya. Dengan demikian, semakin kokohlah jalinan cinta dan kasih sayang, serta bertaburlah bunga-bunga kebahagiaan dalam rumah tangga.
Sebaliknya, keengganan suami untuk berdandan, dapat menyebabkan istri menjauhinya dan enggan berada di sisinya, atau bahkan menyebabkan ia menuntut cerai.
Suatu saat, masuklah seseorang yang bertampang semrawut dan acak-acakan kepada Amirul Mu'minin 'Umar Radhiyallahu’anhu. Orang itu datang bersama istrinya. Berkatalah sang istri, “Saya tidak dapat berkumpul dengan orang ini, wahai Amirul Mu'minin.” Ia melihat perempuan itu begitu benci kepada suaminya. Lalu disuruhlah laki-laki itu untuk mandi, berdandan, dan memotong kukunya. Ketika kembali, Amirul Mu'minin menyuruhnya untuk menemui istrinya. Ketika menemuinya, kagetlah sang istri lalu menjauh dari padanya. Namun, akhirnya ia tahu siapa yang ada di hadapannya itu, lalu dengan senang hati ia pun menyambutnya. Setelah itu ia mencabut tuntutannya. Berkatalah 'Umar Radhiyallahu’anhu, “Demikian ini, lakukanlah untuk mereka (para istri), karena demi Allah, mereka suka kalian berdandan untuk mereka, sebagaimana kalian suka bila mereka berdandan untuk kalian.”
Pertemuan yang Menyenangkan
Pertemuan yang Menyenangkan
Suami idaman selalu berupaya menciptakan pertemuan yang menyenangkan dengan istrinya, saat ia pulang ke rumah. Baik pulang dari tempat kerja maupun pulang dari berpergian karena kepentingan lain.
Pertama, menebarkan salam. Inilah petunjuk Islam dan bimbingan nabawi. Allah ﷻ berfirman:
فَاِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوْتًا فَسَلِّمُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُبٰرَكَةً طَيِّبَةً ۗ
“Apabila kalian memasuki rumah, hendaklah memberi salam (kepada penghuninya), yang berarti memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam dari sisi Allah, yang mengandung berkah lagi kebijakan.” (QS. An: Nuur: 61)
Dengan ucapan salam itu, ia menebar berkah, menabur kedamaian dan menguatkan ikatan cinta. Rasulullah ﷺ bersabda:
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk Surga hingga beriman, kalian tidak beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim).
Kedua, jabat tangan.
Yaitu jabat tangan yang dibarengi kehangatan sikap dan perasaan suka cita karena pertemuan itu. Pertemuan seperti ini sungguh menyenangkan hati, sekaligus membangun kebahagiaan. Maka semakin kokohlah ikatan perasaan, semakin abadi jalinan cinta, dan berlipat ganda pahala Allah ﷻ bagi mereka berdua. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu keduanya berjabat tangan melainkan Allah akan mengampuni dosa keduanya hingga mereka berpisah.”
Ketiga, menunjukkan sikap manis dan wajah berseri. Memang, bahasa mimik muka bisa lebih tajam dari pada bahasa lisan. Pengaruhnya bagi hati juga sangat besar Wajah berseri dapat menciptakan kebahagiaan dan menghilangkan keruhnya perasaan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ.
"Janganlah kamu mengabaikan kebaikan sekecil apapun, meskipun sekedar wajah berseri yang kau tunjukan kepada saudaramu ketika bertemu.”
Dan suami yang shalih menyadari bahwa orang pertama yang layak ia suguhi muka manis dan wajah berseri adalah istrinya tercinta.
Mesra di Tengah Kesibukan
Mesra di Tengah Kesibukan
Yakni kesibukan dalam menunaikan segenap tugas dan tanggung jawab tidak menghalanginya untuk bersikap hangat dan mesra terhadap istrinya. Rasulullah ﷺ adalah teladan utama dalam hal ini. Di tengah kesibukan mengemban tugas dan tanggung jawab yang begitu berat, beliau selalu menciptakan kebahagiaan bagi istri, memberikan suasana segar dan suka cita dengan lemah lembut dan penuh kemesraan. Dalam berbagai kondisi, beliau adalah sebaik-baik suami. Yang selalu menciptakan suasana mesra baik ketika bepergian, di rumah, menjelang tidur, saat menyantap hidangan dan bahkan ketika mandi. “Aisyah Radhiyallahu’anha mengisahkan:
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَرَأْسُهُ فِى حَجْرِى وَأَنَا حَائِضٌ
“Rasulullah ﷺ pada suatu ketika, pernah membaca Al-Ouran, sementara kepala beliau ada di pangkuanku dan pada saat itu aku sedang haidh.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (7549) dan Muslim (halaman 246).
Suasana di meja makan juga bisa digunakan untuk menunjukkan rasa kasih sayang. Demikian juga Rasulullah ﷺ saat menyantap hidangan dengan istrinya. la mengambilkan makanan, menyuapkannya dan demikian sebaliknya. la meminumkan air dengan gelas di tempat mana istrinya minum. Demikian pula sang istri, ia berbuat yang sama.
“Aisyah Radhiyallahu’anha berkata:
“Suatu saat, ketika saya haidh, saya minum dengan gelas Rasulullah ﷺ, kemudian beliau minum pada (bagian gelas) tempat saya meletakkan mulut. Ketika saya haidh dan tubuh saya berkeringat, saya memberikan gelas kepada Rasulullah dan beliau meminum dari tempat mana saya meminum.” (Hadits riwayat Muslim).
Rasulullah ﷺ juga kadang mandi dalam satu bak mandi dengan istri, mendahului mengambil air dan istri pun terkadang mendahuluinya. Beliau menyiramkan air ke tubuh istrinya demikian pula sang istri secara bergantian, saling menggosok badan dengan tangannya, dan demikian seterusnya dalam rangka mewujudkan kebahagiaan rumah tangganya. “Aisyah berkata: Saya mandi dengan Rasulullah ﷺ dalam satu bak mandi. Kami saling menggosokkan badan dengan tangan. Ia mendahului saya, hingga saya katakan, “Tinggalkan untukku, tinggalkan untukku.”
Selanjutnya ia berkata, “Keduanya dalam keadaan junub". (Muttafaq alaihi).
Demikianlah, beliau adalah sosok panutan bagi setiap suami idaman.
Memanggil dengan Manja
Memanggil dengan Manja
la memanggil istrinya dengan panggilan kesukaannya, sebagai ungkapan kasih sayang dan penguat jalinan cinta. la memanggil istrinya dengan panggilan manja, sehingga hal itu menumbuhkan pohon cinta dan hormat lebih subur, membangkitkan kebahagiaan, melapangkan dada, dan mendendangkan irama merdu pada pendengarannya. Dengan rangsangan serupa itu lahirlah berbagai kebajikan dari pihak istri sebagai reaksinya.
Ingatlah!
Sikap memanjakan adalah bagian dari hiburan yang menyenangkan hati dan dibenarkan dalam Islam, sebagaimana perilaku Rasulullah ﷺ dalam memanjakan istri-istrinya. Beliau selalu memanggil “Aisyah dengan suara lembut untuk memanjakannya. “Aisyah Radhiyallahu’anha menuturkan: Suatu hari Rasulullah ﷺ berkata, “Wahai Aisy (yang hidup), Jibril menyampaikan salam untukmu.” Saya menjawab, “Wa'alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh, engkau melihat apa-apa yang tidak bisa aku lihat.” Maksudnya adalah Rasulullah ﷺ. (HR Bukhari)
Sungguh,...
Dengan mengindahkan bimbingan nabawi ini, niscaya tembok pembatas hubungan menjadi runtuh, sikap saling terbuka pun terjalin, dan benang keruwetan pun terurai. Selanjutnya, ia menjadikan hubungan suami-istri penuh dengan kehangatan, kelembutan, dan kasih sayang. Dengan menapaki jalan ini, seorang suami idaman mampu menebarkan perasaan cinta dan memekarkan bunga-bunga kebahagiaan dalam rumah tangga untuk bekal mengarungi samudera kehidupan.
Memahami Kondisi Kejiwaan Istri
Memahami Kondisi Kejiwaan Istri
Seorang suami idaman akan selalu berusaha memahami kondisi kejiwaan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Sehingga hal itu dapat membantunya dalam memilih sikap yang paling tepat dalam bermu'amalah dengan mereka. Dan dapat menghindari sikap-sikap yang menyusahkan mereka dan perbuatan yang membuat mereka kesal.
Dan orang pertama yang harus kamu pahami kondisi kejiwaannya adalah istrimu. Karena ia hidup bersamamu dan berbagi kehidupan denganmu... Kerahkanlah segala kemampuanmu untuk mengetahui kondisi kejiwaannya, apakah ia sedang gembira, bersedih, bingung, atau sedang panyak masalah dan seterusnya. Sebab, apabila hal ini tidak engkau perhatikan, niscaya akan berakibat buruk bagi dirimu dan juga istrimu.
Termasuk dalam hal ini adalah memahami perasaan bila ketika istri sedang haidh. Allah ﷻ berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran.” (OS. Al-Baqarah : 222)
Memang benar bahwa haidh mengandung kotoran dan penyakit. Termasuk di antaranya adalah perubahan-perubahan emosi yang berpengaruh besar pada tingkah laku dan akhlak. Antara lain, mudah pusing, mudah capai, tulang linu, syaraf tegang, pencernaan tidak lancar, rasa sakit di sekitar dada, sulit berkonsentrasi, rasa malas, dan lain sebagainya. Suami yang shalih hendaknya memahami dan memperhatikan dampak ini. Tahanlah emosi saat menghadapi munculnya sikap yang boleh jadi menyakitkan hati pada saat seperti ini.
Kunjungan yang Mendatangkan Kebahagian
Kunjungan yang Mendatangkan Kebahagian
Yaitu mengadakan kunjungan bersama istri. Mengunjungi sahabat, sanak kerabat, handai taulan dan orang-orang shalih. Selain hal ini akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri, juga mendatangkan pahala yang agung dan faedah-faedah kebajikan yang banyak. Mengunjugi saudara karena Allah termasuk perkara yang dianjurkan dalam Islam.
Rasulullah ﷺ bersabda: Pernah ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di suatu kampung dekat tempat tinggalnya. Lalu Allah ﷻ mengirimkan seorang Malaikat untuk menjaga perjalanannya. Ketika sampai kepadanya, Malaikat bertanya, “Mau kemana kamu?” Ia berkata, “Saya mau menemui saudaraku di kampung ini.” Malaikat bertanya lagi, “Apakah ada nikmat yang kau harapkan darinya?” Ia menjawab, “Tidak ada, kecuali semata-mata karena saya mencintainya karena Allah.” Kemudian Malaikat itu berkata, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, bahwasanya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah.” (HR Muslim).
Dalam hadits lain Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, berserulah seorang penyeru, 'Kebaikan semoga tetap atasmu dan menyertai perjalananmu dan engkau telah mendapatkan Surga sebagai tempat tinggal.”
Hadits riwayat At-Tirmidzi (2008) dan Ibnu Majah (1443). DiHasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi dan Shahih Sunan ibnu Majah.
Sesungguhnya kunjungan seperti ini akan membuahkan dampak yang positif, antara lain, pemenuhan kebutuhan dasar hidup bermasyarakat dan menghilangkan rasa jenuh bagi sang istri serta mengusir rasa kesepian lantaran tugas-tugas harian yang monoton. Kunjungan juga membangkitkan semangat baru dan menumbuhkan berbagai kreasi amal kebajikan.
Agar kunjungan ini benar-benar membuahkan hasil serta menjadikannya faktor kebahagiaan, hendaklah seorang suami menyertai istrinya atau mengizinkan ia pergi sendiri selama masih dalam batas-batas syar'i.
Jadikan acara kunjungan sesuatu yang dibutuhkan oleh suami istri, dan mengantarkan keduanya untuk meraih kebahagiaan, mengurai benang kusut perasaan serta mengokohkan hubungan mereka dengan Sang Pencipta. Hal itu bisa di lakukan dengan saling bercerita yang menarik, saling menukar informasi, serta nasehat menasehati karena Allah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Suami juga harus pandai dalam memilih orang yang akan dikunjungi. Sebab perumpamaan kawan yang baik dan yang buruk adalah seperti yang gambarkan oleh Rasulullah ﷺ :
“Sesungguhnya perumpamaan kawan yang shalih dan kawan yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, maka engkau akan mendapatkannya secara cuma-cuma atau engkau akan membelinya atau paling tidak engkau akan mencium aroma wanginya. Sedangkan pandai besi, maka kalau apinya tidak membakar bajumu, maka paling tidak engkau akan mencium baunya yang tidak sedap". (Muttafaq alaihi).
Dengan demikian, pertemuan dan kunjungan akan menjadi acara yang mendatangkan kebajikan, berkah, jalinan ukhuwah, serta manfaat-manfaat lainnya.
Adab Bepergian
Adab Bepergian
Kadang, karena suatu keperluan suami harus pergi untuk sementara waktu meninggalkan orang-orang yang dicintai. Istri, anak dan karib kerabat harus berpisah dengannya. Suami yang shalih selalu memperhatikan perkara-perkara yang dapat meringankan perasaan mereka dan mendatangkan kebahagiaan. Sehingga kepergiannya semakin memupuk rasa rindu dan cinta yang mendalam.
Sebelum berangkat, ia menyempatkan diri duduk-duduk bersama istri. Berbincang dalam suasana hangat dan penuh kasih sayang. Bisikkanlah nasehat dan wasiat kepadanya agar selalu menjaga diri dan menjaga amanah Allah ﷻ. Sebaliknya meminta didoakan istri semoga Allah senantiasa menjaganya dan memudahkan segala urusannya.
Untuk menambah kehangatan, berikan di tengah perbincangan itu sekedar ciuman dan pelukan hangat sembari berjanji untuk selalu setia padanya dan cepat kembali, seraya mengucapkan doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ :
اسْتَودِعْتُكَ اللَّهُ الَّذِي لَا بُضَِيِّعُ وَدَائِبَهُ
“Saya titipkan kalian kepada Allah yang titipan-Nya tidak akan disia-siakan.” Hadits riwayat Ahmad (9230) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam m3 Silsilah ash-Shahihah (2547).
Di antara adab yang harus diperhatikan suami apabila hendak bepergian adalah menitipkan keluarganya kepada sahabat yang terpercaya dan bertaqwa, serta membekali istri dengan nafkah secukupnya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama kepergiannya. Di samping hal itu merupakan bentuk perhatian kepada mereka.
Demikianlah yang biasa dilakukan oleh Rasulullah ﷺ apabila hendak mengadakan perjalanan, baik untuk berjihad maupun untuk keperluan lainnya. Beliau memerintahkan dan mewasiatkan kepada sahabat dekat beliau untuk mengurus urusan kaum wanita dan anak-anak.
Disebutkan bahwa pada perang Tabuk, beliau meninggalkan “Ali bin Abi Thalib di Madinah. Maka Ali berkata, "Wahai Rasulullah, engkau tinggalkan aku untuk menjaga Para perempuan dan anak-anak?”
Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidakkah engkau rela bila engkau di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa? Hanya saja tidak ada Nabi setelahku.” (Muttafaqun 'alaihi.)
Selama berjauhan, tetaplah jalin hubungan dengannya meski hanya sekedar menanyakan kabar dan berbincang ringan. Bukankah hal itu mudah saja! Apalagi dengan alat telekomuikasi berupa HP atau yang lainnya.
Apabila telah selesai urusan, segeralah kembali dan jangan mengulur-ulur waktu. Sebab istrimu tentu sangat merindukanmu. Rasulullah ﷺ telah bersabda:
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ ، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ ، فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
“Safar adalah sepotong adzab. Seseorang dihalangi dari makan, minum, dan tidur. Maka apabila telah selesai urusan, cepatlah kembali kepada keluarganya.” ( Muttafaqun 'alaihi)
Bawalah oleh-oleh yang disenangi istri. Hadiah yang diberikan saat berjumpa setelah lama berpisah tentu akan memberikan kesan mendalam, mendatangkan kebahagiaan serta menambah rasa cinta dan kasih sayang.
Kabarkanlah kepulanganmu dan jangan mengagetkan: Janganlah datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan, apalagi di malam hari. Hal itu perlu diperhatikan untuk menghindari kecurigaan dan hal-hal yang tidak diinginkan. Di samping itu istri dapat mempersiapkan diri menyambut kedangan suami tercinta, seperti merapikan dandanan, mempercantik solekan dan mencukur bulu kemaluan, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apabila engkau datang dari bepergian pada malam hari, janganlah langsung menemui istrimu, supaya ia dapat mencukur rambut kemaluannya dan merapikan dandanannya. Rasulullah ﷺ berkata, “Jangan lupa lakukanlah jima', lakukanah jima” (Muttafaqun 'alaihi)
Dan apabila memungkinkan, ada bagusnya sesekali mengajak istri bepergian bersama. Ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Karena itu Nabi ﷺ, apabila hendak bepergian biasanya beliau mengundi para istrinya. Siapa yang keluar namanya maka dialah yang akan menyertai beliau dalam perjalanan.
Selain mendatangkan kebagiaan, hal itu juga dapat menghilangkan rasa jenuh dan bosan dengan suasana keseharian. Keduanya dapat lebih mengenal satu sama lain, saling mendekatkan hubungan, menjernihkan pikiran dan semakin menambah rasa syukur kepada Allah ﷻ.
Buku: Surat Terbuka untuk Para Suami
Penulis: Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan Choiriyah Hafidzahumallah
Pustaka Darul Ilmi
Cetakan Kedua 2010
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم