Demi meraih keberkahan dan kebahagiaan bersama istrimu, perhatikanlah sejumlah etika jima' sebagaimana diatur oleh syari'at.
1. Persiapkan dirimu baik-baik
Yaitu dengan memperelok penampilan, dalam keadaan bersih, rapi dan berbau harum. Jangan sekali-kali mengajak istrimu berhubungan intim sementara keadaanmu kotor, awut-awutan dengan bau badan yang benar-benar merusak suasana.
Tanyakan pada dirimu,
Bukankah engkau suka istrimu mempersiapkan diri sungguh-sungguh untuk menyambutmu?
Bukankah engkau akan hilang selera dan enggan berhubungan jika mendapati istrimu dalam keadaan kotor dan bau?
Jika engkau jawab, “Ya.” Maka ketahuilah, istrimu juga punya perasaan yang sama.
2. Yakinkan tidak ada orang lain selain kalian berdua
Sebelum bermesraan dengan istri, yakinkan tidak ada seorangpun yang melihatnya, baik anak-anak apalagi selain mereka.
3. Mulailah dengan bisikan, sentuhan dan cumbu rayu
Engkau perlu tahu, karakter lelaki dan wanita dalam masalah ini sangat berbeda. Karakter lelaki adalah seperti api, mudah tersulut dan mudah pula mati (dingin kembali). Sedang wanita adalah seperti air, butuh waktu untuk memanaskan dan mendinginkannya. Karena itu sebelum melakukan hubungan, sebaiknya suami memulai dengan membisikkan kata-kata lembut di telinganya, disertai dengan sentuan dan cumbu rayu.
Rangsangan ini tidak pelak dapat menyenangkan hati istri, membangkitkan gairahnya, dan menjadikannya siap untuk meraih kenikmatan lebih sempurna.
Jangan sekali-kali melakukan hubungan, sementara istrimu dalam keadaan belum siap dan perasaannnya masih dingin. Berilah rangsangan seperti senda gurau, rabaan ciuman, dan dekapan, sehingga gairahnya bangkit dan jiwanya siap melakukan hubungan.
Hikmah dari perlakuan ini sangat jelas. Sebab apabila suami melakukan jima', sementara istri tidak siap, sering berakhir dengan kondisi, dimana ia telah merasa puas sementara istrinya belum mendapat apa-apa.
4. Membaca basmalah dan ta'awwudz
Ketika hendak menjima' istri, hendaknya memulai dengan basmallah dan meminta perlindungan Allah dari syaithan yang terkutuk, dengan mengucapkan doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ :
بِسْمِ اللَّهِ، اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀᴀʜ. ᴀʟʟᴀᴀʜᴜᴍᴍᴀ ᴊᴀɴɴɪʙɴᴀꜱʏ-ꜱʏᴀɪᴛʜᴏᴏɴᴀ ᴡᴀ ᴊᴀɴɴɪʙɪꜱʏ-ꜱʏᴀɪᴛʜᴏᴏɴᴀ ᴍᴀᴀ ʀᴏᴢᴀQᴛᴀɴᴀᴀ
“Dengan nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaithan dari (anak) yang Engkau rezekikan kepada kami."
Apabila dari hubungan itu ditakdirkan lahirnya anak, niscaya syaithan tidak akan mencelakainya selamanya. (HR Bukhari).
5. Jima' pada tempatnya yakni jima' harus dilakukan pada kemaluan.
Allah ﷻ berfirman:
فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ
“Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Haram hukumnya menyetubuhi istri pada duburnya, Rasulullah ﷺ bersabda, “Menyetubuhi kaum wanita pada dubur mereka adalah haram.” (Hadits riwayat An-Nasaa'i dalam Isyratun Nisaa". Silsilah ash-Shahiihah (873).
Boleh menyetubuhi istri dengan cara apapun selama masih pada farjinya. Boleh posisi atas, bawah atau miring, dari belakang, atau dari depan, dengan berdiri atau dengan duduk, dan lain-lain cara dengan syarat melalui kemaluan. Ambillah cara-cara yang disepakati bersama dan tidak menimbulkan kebosanan. Pandai-pandailah memberikan kepuasan kepada istrimu, karena ia pasti menginginkannya darimu sebagaimana engkau menginginkannya darinya.
Allah ﷻ berfirman:
نِسَاۤؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ ۖ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنّٰى شِئْتُمْ ۖ
Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dan dengan cara yang kamu sukai. (QS. Al-Baqarah : 223)
Demikian pula dilarang menyetubuhi istri ketika ia sedang haidh. Perilaku ini berbahaya dan dapat mendatangkan kerusakan bagi suami-istri, baik secara moral maupun medis.
Allah ﷻ berfirman:
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ ۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَ ۚ
Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. (QS. Al-Baqarah: 222)
Namun diperbolehkan bercumbu rayu dan melakukan apa saja dengan istri yang sedang haidh selain berhubungan intim. Para istri Rasulullah ﷺ menuturkan, “Apabila Rasulullah ﷺ menghendaki tubuh istrinya ketika haidh, beliau menutup farjinya dengan kain penutup, lalu melakukan apa yang dikehendaki." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud (272) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud).
6. Lakukanlah hingga puas
Ingatlah bahwa jima' bukan aktivitas satu pihak. Tetapi melibatkan kedua pasangan, suami-istri, yang mana keduanya memiliki kebutuhan dan kepentingan yang sama.
Suami wajib menyadari hal ini, tidak boleh egois dengan menyudahi jima' sebelum istrinya terpenuhi kebutuhannya. Yakinkanlah bahwa istrimu benar-benar telah meraih kepuasan. Apabila hajatmu telah terpenuhi dengan keluarnya mani, tahanlah hingga istrimu terpenuhi. Karena kadang ia terlambat meraihnya. Menyelesaikan hubungan ketika itu merupakan siksaan bagi istri.
7. Perbincangan ringan dan sentuhan-sentuhan halus setelahnya
Lakukanlah itu demi kesempurnaan kebahagiaan istrimu, dan untuk mengantisipasi munculnya ganjalan perasaan usai melakukan hubungan intim. Wanita, yang memiliki karakter seperti air, tentu tidak seperti laki-laki yang bisa padam seketika setelah terpancarnya mani. Maka hendaknya engkau kembali membisikkan kata-kata lembut dan memberikan sentuhan-sentuhan halus. Janganlah langsung berpaling dengan membiarkan istrimu merana.
8. Jangan menyakiti fisik dan melukai perasaannya
Jagalah perasan istrimu dan jangan melukainya. Jangan engkau memaksanya melakukan hal-hal yang tidak ia kehendaki demi kepuasan dirimu semata. Dan jangan pula memperkakukannya secara tidak hormat, hingga istrimu merasa dirinya hanyalah sebagai pemuas nafsunya belaka. Lakukanlah segala aktivitas jima' itu dengan suka sama suka.
Hindarilah hal-hal yang bisa menyakitinya. Seperti menyumbat nafasnya atau menindihnya dengan serampangan. Ini bahaya, apalagi bila suami memiliki tubuh yang berat, sementara istrinya berbadan kecil dan lemah.
Perhatikanlah wahai para suami, janganlah melakukan hubungan intim dengan berbuat aniaya. Jadikanlah hubungan jima' suatu yang membahagiakan istri, bukannya malah menakutkan.
Selain itu, tentu saja masih banyak hal-hal negatif yang tak layak diperbuat, dan itu telah dimaklumi oleh orang-orang yang memiliki pikiran.
9. Manfaatkanlah waktu yang tepat
Jadilah suami yang cerdas. Lakukanlah jima' pada saat yang pas, sehingga semakin sempurna kenikmatan dan kebahagiaan kalian berdua. Di antara waktu tersebut adalah:
a. Saat pulang bepergian
Lakukanlah jima' setelah pulang dari bepergian jauh, sebagai ganti dari perasaan sepi istrimu dan derita penantian yang menjemukan. Perasaan rindu dapat menjadi penghangat suasana hingga menjadikannya saat yang paling membahagiakan melebihi suasana malam pertama. Di antara bentuk bimbingan Rasulullah ﷺ beliau bersabda:
“Apabila engkau datang dari bepergian pada malam hari, janganlah langsung menemui istrimu, supaya ia dapat mencukur rambut kemaluannya dan merapikan dandanannya.” Rasulullah ﷺ berkata, “Jangan lupa lakukanlah jima', lakukanah jima” (Muttafaqun 'alaihi).
Al-Kais dalam hadits ini maksudnya adalah jima demikian dijelaskan oleh Ibnul A'rabi dan Ibnu Hajar. (lihat Fat-hul Baari (IX/254).
b. Malam-malam bahagia
Manfaatkanlah malam-malam bahagia, seperti malam walimah kerabat dan handai taulan. Karena malam-malam seperti ini biasanya membangkitkan kenangan indah dan membuncahkan rasa suka cita, sehingga siap untuk melakukan jima' dalam rangka mendapatkan kebahagiaan.
C. Damai setelah bertikai
Kadang, perselisihan terjadi di antara kalian berdua hingga mengeruhkan dan mengotori segarnya suasana dan merenggangkan jalinan cinta. Dengan anugerah Allah ﷻ beberapa saat kemudian perselisihanpun reda. Suasana kembali segar dan pikiran kembali jernih. Maka hiasilah malamnya dengan senda gurau, canda dan lakukan jima' untuk menyempurnakan keindahannya. Kikis habislah sisa-sisa luka yang masih ada, bukalah lembaran baru dengan hari-hari yang penuh suasana indah dan lupakan kenanga pahit saat-saat bertikai.
d. Saat-saat meraih kesuksesan
Ini termasuk waktu yang baik untuk melakukan jima'. Yaitu ketika kalian meraih kesuksesan, dalam pekerjaan misalnya. Sebab ketika itu kebahagiaan sedang meliputi jiwa pun terasa lapang, dan siap untuk meneguk madu kenikmatan dan kebahagiaan.
10. Berikan sentuhan-sentuhan mesra di luar jima'
Sebagian suami kurang memahami bahwa setiap wanita membutuhkan hal ini. Mereka hanya mau berlaku mesra dengan istrinya ketika ia menghendaki hubungan intim saja. Padahal bisa jadi seorang wanita lebih merasakan kebahagiaan dengan sentuhan-sentuhan hangat seperti ini daripada hubungan intim itu sendiri. Contohnya seperti, berbisik manja, membelai rambut, menggenggam tangan, mencium kening, merebahkan kepala di dada dan lain sebagainya. Ini perlu dijadikan 'kamus' agar hubungan suami istri makin intim dan mesra, makin berwarna dan berasa.
Buku: Surat Terbuka untuk Para Suami
Penulis: Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan Choiriyah Hafidzahumallah
Pustaka Darul Ilmi
Cetakan Kedua 2010
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم