Wahai saudaraku. Perlu engkau ketahui bahwa kebahagiaan istri tidak hanya terletak pada limpahan nafkah lahir atau terpenuhinya kebutuhan materi. Ada faktor lain yang berperan sangat penting dalam menciptakan kebahagiaan istri, yaitu sikap dan perlakuan yang baik terhadapnya.
Suami Shalih, yang memiliki perilaku baik, kepribadian elok, karakter menawan lagi dermawan akan memberikan kebahagiaan kepada istri dan keluarganya, walau apa pun yang terjadi di antara mereka. Sekalipun mereka hidup serba pas-pasan atau bahkan kekurangan, namun hati mereka merasakan kebahagiaan, dan bibir mereka menyunggingkan senyuman.
Sebaliknya, betapa banyak wanita menangis dan merintih sepanjang hidupnya disebabkan buruknya sifat dan perlakuan suami terhadap dirinya padahal mereka hidup dalam kemewahan dan kemegahan.
Istri bukan seperti hewan piaraan yang cukup diberi kandang dan makan kenyang. Ia adalah makhluk lemah yang memiliki hati dan perasaan. Kedamaian dan kepuasan hatilah kunci kebahagiaan. Dan Itu sangat ia harapkan darimu sebagai suaminya.
Karena itulah manusia yang paling baik adalah yang paling baik perilakunya terhadap keluarga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَكْمَلُ المُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan orang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya terhadap istrinya.” [Hadits riwayat at-Tirmidzi (no. 1162). Dishahihkan oleh al-Albani dalam kitabnya, Silsilah ash-Shahihah (no. 284).]
Kata-kata yang baik dan sikap Penuh perhatian
Suami yang shalih terkumpul pada dirinya berbagai macam akhlak yang Mulia. Tidak keluar dari lisannya kecuali kata-kata yang baik dan enak didengar. Ia jauh dari sifat suka mencela, suka melaknat, suka berbuat keji dan jahat. Pepatah mengatakan: ‘Lidah tak bertulang tapi bisa lebih tajam daripada pedang’. Terkadang seorang suami jarang menyakiti istri dengan tangannya, namun kerap kali ia menyakiti istri dengan lisannya. Ingatlah, menjaga lisan adalah jalan pintas untuk meraih akhlak mulia.
Di dunia, perkataan yang baik akan membuahkan rasa suka dan jalinan Cinta yang lebih erat. Sedangkan di akhirat, perkataan yang baik akan menghindarkan seseorang dari api neraka menuju surga Allah subhanahu wata’ala. Istrilah orang yang paling banyak berinteraksi denganmu. Maka itu, saat berbicara dengannya, gunakan kata-kata yang baik dan ungkapan yang menarik. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
كُلٌّ كَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ صَدَقَةٌ.
“Setiap kata-kata yang baik Itu adalah sedekah.” [Hadits riwayat al-Bukhari dalam Adabul Mufrad. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah (no. 576).]
Di samping Itu, pandai-pandailah menumbuhkan kesan bahwa engkau begitu perhatian terhadap istrimu. Hadapkan wajahmu kepadanya, pandang dengan pandangan tulus, berbicara dengan nada yang enak di dengar, serta hiasi bibirmu dengan senyuman.
Panggillah istrimu Dengan panggilan kesayangan. Termasuk berkata kasar pada istri adalah memanggilnya dengan sebutan-sebutan yang menyakitkan hati atau sebutan yang bernada ejekan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan kepada umatnya teladan yang baik. Beliau selalu memanggil istri dengan panggilan kesayangan, beliau memanggil Aisyah dengan nama kesayangan. Aisyah radhiallahu ‘anha menuturkan: “Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkata kepadanya: “Wahai Aisy (panggilan kesayangan Aisyah), Malaikat Jibril alaihissalam tadi menyampaikan salam buatmu.” [ Muttafaq ‘alaih]
Beliau juga memanggil Aisyah dengan sebutan Humaira’. Beliau berkata kepadanya:
“Ya Huamira’,[Humaira’ artinya gadis Kecil yang putih kemerah-merahan kulitnya] sukakah engkau melihat permainan mereka?” Yakni permainan dan pertunjukan yang dilakukan oleh Kaum Habasyah di masjid. Aisyah menjawab: “Ya!” [Dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah (no. 3277).]
Lemah lembut dan menjaga perasaan
Wahai para suami. Janganlah engkau kehilangan kelemahlembutan dan kehalusan perasaanmu karena keseriusan, keegoisan dan kekerasan hatimu hingga membuat istrimu merana dan menderita. Rasulullah adalah sosok kesatria. Namun demikian, beliau begitu lembut dalam memperlakukan wanita.
Ada suami yang tak mau peduli dengan suaminya. Ketika berjalan bersama, ia tidak mau tahu apakah istrinya masih berjalan bersamanya atau sudah tertinggal jauh, atau bahkan mungkin terjatuh dan terseok-seok mengikutinya.
Coba lihat bagaimana perhatian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap istri beliau. Ketika Rasulullah kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huhaiy radhiallahu ‘anha. Beliau mengulurkan tirai di dekat unta yang akan ditunggangi Shafiyyah untuk melindunginya dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada salah satu lututnya di sisi unta tersebut, beliau persilahkan Shafiyyah untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau yang lain.[Muttafaq ‘alaih.]
Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan ketawadhuan beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan teladan kepada para suami bahwa bersikap tawadhu terhadap istri bukanlah suatu hal yang tabu dan tidak merendahkan martabat suami. Beliau merelakan lututnya dijadikan pijakan bagi istri tercinta, selain membantu menyelesaikan pekerjaan rumah dan membahagiakannya. Dan Itu semua sama sekali tidak mengurangi derajat dan kedudukan beliau.
Suami yang shalih harus memiliki hati yang lembut dan perasaan yang peka, serta dapat memahami perasaan istri. Ia senantiasa merasakan penderitaan istri dan berusaha meringankan bebannya tanpa diminta. Ia obati Luka derita Itu dengan kata-katanya yang indah, senyumnya yang tulus, serta hadiah-hadiah yang menarik. Akhlak ini Wajib dimiliki suami agar dapat menciptakan kebahagiaan di rumah tangganya.
Ciptakan suasana yang harmonis dengan senda gurau dan canda ria
Bermain-main dan bercanda ria dengan istri adalah salah satu bentuk permainan yang dianjurkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Segala sesuatu selain dzikrullah adalah permainan dan kesia-siaan belaka, kecuali empat hal: suami yang mencandai istrinya, seseorang yang melatih kudanya, seseorang yang berjalan menuju dua sasaran (dalam permainan memanah), dan seseorang yang berlatih Renang.” [Hadits riwayat an-Nasa-i, dishahihkan oleh al-Albani dalam kitabnya, Shahih al-Jâmi’ (no. 4534).]
Termasuk petunjuk nabawi dalam mempergauli istri yaitu menciptakan suasana santai, penuh kegurauan, canda, serta main-main sebagai perwujudan rasa kasih sayang dan penumbuh subur pohon kebahagiaan.
Kehidupan ini sarat dengan beban dan masalah, oleh karena itu dirimu dan juga istrimu membutuhkan sesuatu yang dapat memperbarui semangat, menghilangkan rasa jenuh dan bosan, menyirnakan rasa penat, dan menggantikan semua itu dengan suasana segar.
Demikianlah Islam pernah memperkenankan senda gurau untuk mewujudkan dan mengokohkan tali kasih sayang antara suami istri. Ini adalah aroma parfum nubuwah yang semerbak dalam membangun hubungan suami istri.
Manfaatkanlah setiap momen yang bisa digunakan untuk menciptakan kemesraan. Lihatlah bagiamana Rasulullah pernah menciptakan kemesraan di meja makan, Aisyah menuturkan:
“Pernah pada suatu ketika Aku minum saat sedang haidh, lalu aku memberikan gelasku kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliaupun meminumnya tepat dari bibir gelas tempat aku minum. Pada kesempatan lain pernah Aku makan daging dengan cara menggigitnya, lalu beliau menggigit dan memakannya tepat di tempat aku menggigitnya.” [Hadits riwayat Muslim.]
Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan sebuah pilar penting yang dapat menyangga bangunan kebahagiaan hidup rumah tangga; yaitu senda gurau, senyum dan Tawa, serta menciptakan suasana yang dapat menghibur. Bila pilar ini rapuh, maka dapat mempengaruhi suasana hati, akhirnya menggerogoti dan mengguncang bangunan rumah tangga.
Dusta yang diperbolehkan
Betapa besar perhatian Islam terhadap kebahagiaan hidup rumah tangga. Bahkan, seseorang dibolehkan berdusta jika tujuannya hanya untuk mendatangkan kebahagiaan istri, atau meredam perselisihan, bukan untuk berbuat aniaya. Seseuatu yang dapat melukai perasaan dan mengeruhkan pikiran seharusnya disembunyikan dan ditutupi. Tentunya dengan penuturan yang baik.Ummu Kultsum binti Uqbah radhiallahu ‘anhuma berkata: “Aku tidak sekalipun mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membenarkan dusta kecuali pada tiga kondisi: 1) ketika seseorang berdusta demi mendamaikan perselisihan, 2) atau seseorang berdusta sebagai taktik perang, 3) atau seorang suami yang berdusta kepada istrinya dan seorang istri berdusta kepada suaminya (demi membahagiakannya).”[Hadits riwayat Muslim.]
Kadang kala kita perlu berbasa-basi dan menjalankan siasat yang bijak
Khususnya terhadap istri, maksudnya adalah pura-pura tidak mengetahui kesalahan ringan yang dilakukan istri serta kekurangan yang ada pada dirinya. Apa jadinya Jika kita terlalu cerewet menegur setiap kesalahannya, walaupun hanya sebuah kesalahan ringat? Tentu kita akan dicap sebagai suami yang bawel. Dan apa jadinya Jika kita selalu berterus terang padanya tentang kekurangan yang ada pada dirinya?
Kita harus ingat bahwasanya manusia tidak ada yang sempurna, pasti ada kekurangan dan kesalahan yang dimilikinya. Dan diri kita juga tidak lepas dari hal itu. Karena itu, seorang suami harus penuh pengertian dan banyak menahan diri; jangan terlalu membesar-besarkan aib atau kekurangan yang kecil.
Selayaknya suami menyadari bahwa wanita tidak mungkin lurus dan sempurna sepenuhnya seperti yang diidam-idamkan kaum pria. Pasti ada kebengkokan pada dirinya. Karena Allah telah menciptakannya seperti itu, ia harus bersabar selama kekurangannya masih bisa ditolerir. Oleh karena Itu, pintar-pintarlah dlam menyiasati kaum wanita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “sesungguhnya wanita tercipta dari tulang rusuk (yang Bengkok). Jika engkau meluruskannya, ia akan patah. Oleh karena Itu, siasatilah ia secara bijak, niscaya engkau bisa hidup dengan harmonis dengannya.”[ Hadits riwayat Ahmad (V/8), Ibnu Hibban (VI/189) dan selainnya dari Samurah, lihat Shahihul Jami’ (no. 1944).]
Komunikasi yang lancar
Buruknya komunikasi antara suami istri dapat memicu munculnya banyak masalah. Suami enggan mengutarakan isi hatinya kepada istrinya, demikian pula sebaliknya. Maka itu, ciptakanlah komunikasi yang lancar sehingga istri dapat berbincang denganmu dalam suasana yang hangat tentang harapan-harapan, kendala-kendala, cerita-cerita manis yang membangkitkan kenangan dan menumbuhkan pohon-pohon cinta; bisa juga tentang pekerjaan sehari-hari serta berbagai masalah kehidupan lainnya.
Tanyakan pula tentang kondisi kesehatan, suasana hati, serta hal lain yang kiranya dapat menghubungkan tali keharmonisan di antara kalian berdua.
Komunikasi dua arah ini penting dilakukan untuk menjernihkan kekeruhan suasana dan mencairkan kebekuan sikap yang mungkin terjadi di antara keduanya.
Sifat santun dan sabar
Di antara perangan yang disukai Allah dan Rasul-Nya, serta dapat menjaga kebahagiaan dan melestarikan jalinan kasih sayang adalah sifat sabar, santun, pemaaf dan menahan diri.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَٱلْكَـٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yagn menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat Kebaikan.” (QS. Ali Imran: 134)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Asyaj Abdul Qais:
إِنَّ فِيكَ لَخَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ
“Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, yakni santun dan penyabar.” [Hadits riwayat Muslim (no. 127).]
Sebab, mustahil kehidupan rumah tangga berjalan tanpa bumbu perselisihan, masalah, kesahalan dan kekurangan. Itu adalah mimpi kosong yang bertentangan dengan realita. Suatu saat kegoncangan pasti terjadi, baik dipicu oleh faktor eksternal maupun internal. Pada dasarnya, perselisihan yang terjadi bukanlah suatu hal yang Tercela. Ia baru menjadi aib apabila persoalan yang dihadapi tak kunjung selesai, atau bahkan semakin berkembang hingga menyebabkan jalinan cinta kasih merenggang, lalu hilang kehangatan serta keharmonisan.
Suami harus sabar menghadapi sebagian watak sitrinya dengan tetap mengingat kebaikan dan kelebihannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukinah, apabila ia benci pada sebagian akhlaknya, tentu ia ridha pada sebagian lainnya.” [Hadits riwayat Muslim (no. 1469) dan Abi Hurairah.]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan terbaik bagi segenap suami. Beliau selalu berlapang dada, bersabar, menahan perasaan dan mudah memaafkan terhadap perlakuan kasar, yang hanya menyangkut urusan pribadi.
Aisyah berkata: “… Rasulullah tidak pernah membalas karena masalah sentimen pribadi, kecuali bila kehormatan Allah telah dilecehkan, beliau membalasnya karena Allah.” [Muttafaq alaih]
Suka memaafkan
Jadilah sosok suami yang suka memaafkan! Sesungguhnya memaafkan adalah budi pekerti yang Agung,
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nûr[24]: 22)
Ketahuilah, kedudukanmu sebagai suami tidaklah turun atau menjadi rendah dengan memberi maaf. Bahkan kewibawaanmu di matanya akan bertambah tinggi dan Mulia.
Jika istrimu berbuat salah kepadamu, ingatlah bahwa engkau juga pernah berbuat salah kepadanya. Tidak ada seorang manusia pun yang luput dari kesalahan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ اَدَمَ خَطَّا ءٌ فَخَيْرُ الْخَطَّا ئِيْنَ التَّوَّابُونَ
“Setiap Anak Adam pasti bersalah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang selalu bertaubat.” [Hadits riwayat Ahmad (no.13049). Dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ (no. 4515).]
Allah telah menyebutkan sifat-sifat Calon penghuni Surga, di antaranya: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran [3]: 134)
Menjaga kondisi kejiwaan istri saat sedang haidh, hamil, melahirkan dan nifas
Itulah kondisi-kondisi saat jiwa seorang wanita dalam keadaan labil dan emosinya mudah memuncak. Suami harus memaklumi kekurangan ini yang merupakan salah satu titik lemah wanita secara fisik dan mental.
Sehingga, kerap kali seorang wanita berbuat kesalahan dalam kondisi tertentu. Di antaranya adalah ketika ia sedang haidh dan hamil.
Oleh karena Itu, suami harus memakluminya dan banyak memberikan toleransi kepadanya.
Demikian pula di masa hamil, melahirkan dan nifas. Ini juga masa-masa kritis saat peran suami sangat dibutuhkan untuk memberikan motivasi kepada istri. Sebab, kondisi psikologisnya saat itu sangat tidak stabil.
Perubahan hormon yang terjadi pada diri istri mendorongnya untuk berkelakuan tidak seperti biasa. Apalagi pada saat-saat “ngidam” karena hamil; suami harus sabar melayaninya.
Demikian pula tatkala waktu persalinan tiba. Tentu tidak ada yang lebih diidamkan oleh sang istri kecuali keberadaan suami di sisinya, terutama saat ia melahirkan anaknya. Suami yang baik adalah suami yang memahami kondisi-kondisi ini. ia harus menyiapkan diri menghadapi kenyataan tersebut. Jangan menjadi lelaki pengecut yang menghindar dari tanggung jawab dan lari dari kenyataan.
Demikianlah beberapa bentuk mempergauli istri secara ma’ruf, dan masih banyak Lagi bentuk yang lainnya. Mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala berkenan memberikan Taufik dan kemudahan kepada kita untuk melakukannya. Amin.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
Buku: Surat Terbuka untuk Para Suami
Penulis: Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan Choiriyah Hafidzahumallah
Pustaka Darul Ilmi
Cetakan Kedua 2010
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم