Kategori Aqidah

Masalah-masalah ilmiyah yang berasal dari Allah dan RosulNya, yang wajib diyakini oleh setiap muslim
Kajian Bertema Aqidah

ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ

Kajian Sabtu: Tematik
Tanggal: 14 Rabi’ul Awal 1447 / 6 September 2025
Tempat: Masjid Al-Qomar Purwosari, Surakarta
Bersama: Ustadz Abu Adib Hafidzahullah
Daftar Isi:



Buah Manis Beriman Kepada Hari Akhir
(Syarah Utsulus Tsalatsah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah)

Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dapat bermuwajahah dalam majelis ilmu. Semoga kita bertambah ilmu dan amalan shalih yang menjadi pemberat timbangan di akhirat kelak.

Yang dimaksud dengan Hari Akhir adalah hari kiamat, dimana ketika itu seluruh manusia dibangkitkan untuk dihisab dan diberi balasan. Dinamakan hari akhir karena tidak ada hari lagi sesudahnya. Ketika itu para penghuni surga maupun penghuni neraka menetap pada tempatnya, tidak ada kelompok yang ketiga.

Iman kepada hari akhir terkandung tiga elemen (karena kekurangan iman ada pada ilmu):

1. Mengimani hari kebangkitan.

Yaitudihidupkannya orang yang sudah mati pada tiupan sangkakala kedua, dalam kondisi tanpa alas kaki, telanjang dan tidak dikhitan. (Dalam riwayat lain tanpa harta), yaitu seperti saat kita baru lahir. Hal ini akan mengikis segala macam kesombongan.

Alloh Ta'ala berfirman:

كَمَا بَدَأْنَآ أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُۥ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا فَٰعِلِينَ

"... sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya.suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan rnelaksanakannya" - (Al-Anbiya:104)

Tiupan sangkakala pertama ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,

وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” - (QS. An-Naml [27]: 87)

Tiupan pertama mencabut Arwah dan Tiupan kedua mengembalikan Arwah.

Tiupan sangkakala ke dua dan ke tiga ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” - (QS. Az-Zumar [39]: 68)

Dalil adanya hari kebangkitan. Ada dalam Surat Al Mukminun ayat 15-16:

ثُمَّ إِنَّكُم بَعْدَ ذَٰلِكَ لَمَيِّتُونَ. ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ تُبْعَثُونَ

Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mukminun ayat 115:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَٰكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?

2. Mengimani hari penghisaban.

Mengimani adanya hisab (perhitungan) dan jaza' (balasan). Seluruh amal perbuatan setiap hamba akan dihisab dan diberi balasan. Hal ini telah ditunjukkan oleh Kitab, Sunnah serta ijmak kaum muslimin.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ghosiyah 25-26:

إِنَّ إِلَيْنَآ إِيَابَهُمْ. ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُم

Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka,Kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.

Golongan orang-orang yang tidak dihisab sesuai hadits Bukhari no. 8270, mereka yang 70.000 orang yang diterangkan dalam hadits ini adalah mereka yang memiliki kedudukan yang tinggi dari kalangan ummat ini karena mereka memiliki keistimewaan khusus yang disebutkan oleh hadits ini, yaitu

هُمْ الَّذِينَ لا يَسْتَرْقُونَ وَلا يَتَطَيَّرُونَ وَلا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُون

Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak meramal nasib, dan tidak minta di-kai, serta hanya kepada Allah mereka bertawakkal.

Sikap tawakkal ini yang berat, maka dalam hadits disebutkan, Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَقْوَامٌ أَفْئِدَتُهُمْ مِثْلُ أَفْئِدَةِ الطَّيْرِ

“Akan masuk surga suatu kaum yang hati mereka seperti hati burung.” (HR. Muslim no. 2840).

Dari ‘Umar bin Khottob, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

“Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi no. 2344. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Alloh Ta'ala juga berfirman,

مَن جَآءَ بِٱلْحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰٓ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

"Barangsiapa datang dengan mernbawa amal baik, maka baginya pahala sepulah kali lipat dari amalnya; dan dan barangsiapa yang datang dengan membawa amalan buruk, maka dia hanya akan diberi pembalasan seimbang dengan keburukannya, sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun." - (Al-An'aam: 160)

Alloh Ta'ala berfirman,

وَنَضَعُ ٱلْمَوَٰزِينَ ٱلْقِسْطَ لِيَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا ۖ وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ

“Kami akan memasang timbangan yang adil pada Hari kiamat, maka tidaklah seseorang itu dirugikan barang sedikitpun. Dan jika amalan itu hanya seberat biji shallallahu 'alaihi wassalami sekalipun, maka Kami pasti akan mendatangkannya. Cukuplah Kami sebagai penghisab." - (Al-Anbiya': 47)

Ustadz mencontohkan banyak perbuatan yang dikira remeh tetapi membawa banyak kebaikan seperti memberi makanan, menghibur orang yang susah, atau menebang pohon yang menggangu jalan.

Dari Ibnu 'Umar radhiallahu'anhuma, Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Sesunguhnya Alloh nanti akan mendekati orang mukmin, lalu meletakkan naungan-Nya pada orang itu untuk menutupirya seraya menanyakan, "Tahukah kamu akan dosa yang ini? Tahukah kamu akan dosa yang itu?” Ia menjawab, “Ya saya tahu, wahai Robbku!” Sehingga ketika ia telah mengakui akan dosa-dosanya dan melihat dirinya telah binasa, maka Alloh berkata, “Aku telah menutupi dosa-dosamu di dunia, dan pada hari ini Aku mengampuninya”. Selanjutnya, diberikanlah kepadanya kitab (catatan) kebaikannya. Adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafik, maka Alloh Ta'ala memanggil mereka di hadapan orang banyak. Mereka itulah orang-orang yang mendustakan Robb nya. Ketahuilah, laknat Allah itu untuk orang-orang dzalim' (HR. Bukhari dalam Kitabul Madzaalim, HR. Muslim dalam Kitabut Taubah)

Dalam hadits Nabi shallallahu 'alaihi wassalam yang shahih disebutkan: "Orang yang berniat melakukan satu kebaikan, lalu mengerjakannya, maka Alloh ta'ala menulisnya sepuluh kebaikan hinga tujuh ratus kali lipat, bahkan sampai lipat yang lebih banyak lagi disisi-Nya. Sedangkan orang yang berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, Alloh hanya menulisnya satu keburakan saja” (HR. Bukhari dalam Kitabur Raqaiq, HR. Muslim dalam Kitabul Iman)

Kaum muslimin juga telah berijmak mengenai kepastian adanya hisab dan jaza' terhadap amal perbuatan, dan ini merupakan tuntutan hikmah.

Seperti yang kita ketahui, Allah ta'ala telah menurunkan kitab-kitab suci, mengutus para rosul serta mewajibkan para hamba untuk menerima ajaran yang mereka bawa dan mengamalkan apa yang wajib diamalkan. Alloh juga mewajibkan kita untuk memerangi orang-orang yang menentang ajaran-Nya serta menghalalkan darah, keturunan, istri dan harta benda mereka.

Kalau saja tidak ada hisab maupun jaza, tentulah ini semua akan percuma dan sia-sia saja; padahal Robb yang Maha Bijaksana tersucikan dari hal yang demikian. Alloh ta'ala telah mengisyaratkan hal itu dengan firman-Nya.

فَلَنَسْـَٔلَنَّ ٱلَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْـَٔلَنَّ ٱلْمُرْسَلِينَ . فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِم بِعِلْمٍ ۖ وَمَا كُنَّا غَآئِبِينَ

Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rosul-rasul kepada mereka, dan sesungguhnya Kami akan menanyai pula para rosul itu. Lalu sungguh akan Kami kabarkan kepada mereka (apa saja yang telah mereka perbuat), sedang Kami mengetahui keadaan mereka, dan sekali-kali Kami tidak jauh dari mereka” (Al-A'raaf: 6-7)

3. Mengimani adanya surga dan neraka

Bahwa keduanya merupakan tempat kembali yang abadi bagi makhluk. Surga adalah kampung kenikmatan yang dipersiapkan oleh Alloh ta'ala bagi orang-orang mukmin yang bertakwi, yang mengimani apa yang telah diwajibkan oleh Allah atas mereka untuk mengimaninya, dan menunaikan ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya dengan penuh keikhlasan semata-mata karena Allah ﷻ ta'ala dan dengan cara mengikuti Rosul-Nya. Di dalam surga terdapat berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas dalam benak manusia.

Alloh ta'ala berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أُو۟لَـٰٓئِكَ هُمْ خَيْرُ ٱلْبَرِيَّةِ ٧ جَزَآؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّـٰتُ عَدْنٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًۭا ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ ٨

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” - (Al-Bayinah: 7-8)

Allah ta'ala juga berfirman:

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ أُخْفِىَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan” - (As-Sajdah: 17)

Sedangkan neraka adalah hunian yang penuh dengan adzab yang dipersiapkan oleh Alloh Ta'ala untuk orangorang kafir zholim, yaitu orang-orang yang mengkufuri Allah dan mendurhakai para rasul-Nya. Didalamnya terdapat berbagai macam bentuk adzab dan siksaan yang tidak bisa dibayangkan.

Termasuk iman kepada Hari Akhir adalah mengimani segala peristiwa yang akan terjadi setelah mati, seperti :

A. Fitnah (ujian) kubur; yaitu pertanyaan yang dilontarkan kepada mayit setelah ia dikuburkan, tentang Robbnya, agamanya dan nabinya.

Alloh Ta'ala lalu meneguhkan orang-orang yang beriman dengan kata-kata yang mantap, sehingga dengan kemantapannya ia menjawab, Robbku adalah Allah, agamaku Islam, dan nabiku adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam. Sebaliknya, Allah menyesatkan orang-orang yang zholim. Orang yang kafir hanya bisa menjawab, "Hah... hah... Aku tidak tahu”. Sementara itu, orang munafik atau orag yang ragu menjawab, ”Aku tidak tahu. Aku dengar orang-orang mengatakan sesuatu, lalu aku ikut pula mengatakannya"

B. Adzab dan nikmat kubur. Adzab kubur adalah bagi orang-orang zholim, yaitu orang-orang munafik dan orang-orang kafr.

Alloh Ta'ala berfirman :

وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِى غَمَرَٰتِ ٱلْمَوْتِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓا۟ أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوٓا۟ أَنفُسَكُمُ ۖ ٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ ٱلْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيْرَ ٱلْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ ءَايَٰتِهِۦ تَسْتَكْبِرُونَ

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya” - (Al An'aam : 93)

Buah dari Iman kepada Hari Akhir.

Diantaranya adalah:

  • Senang dan antusias untuk melakukan ketaatan, dengan mengharap pahalanya kelak di hari akhir.
  • Takut melakukan kemaksiatan dan khawatir bila sampai rela dengan kemaksiatan itu; karena takut kepada sanksi (siksa) di Hari Akhir itu.
  • Hiburan bagi orang mukmin atas apa yang tidak ia dapatkan dari kesenangan duniawi ini dengan masih dapat mengharap kenikmatan dan pahala akhrat.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

  • Media
    Sarana belajar Agama Islam melalui video dan audio kajian dari Asatidz Indonesia yang bermanhaj salaf...
    Ebook
    Bahan bacaan penambah wawasan berupa artikel online maupun e-book yang bisa diunduh. Ebook Islami sebagai bahan referensi dalam beberapa topik yang insyaAllah bermanfaat.
  • image
    Abu Hazim Salamah bin Dînâr Al-A’raj berkata, “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan kepada Allah, maka hal tersebut adalah ujian/petaka.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyâ dalam Asy-Syukr Lillâh]
    image
    ‘Ammâr bin Yâsir radhiyallâhu ‘anhumâ berkata,“Ada tiga perkara, siapa yang mengumpulkannya, sungguh dia telah mengumpulkan keimanan: inshaf dari jiwamu, menebarkan salam kepada alam, dan berinfak bersama kefakiran.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry secara Mu’allaq dan Al-Baihaqy]

Share Some Ideas

Punya artikel menarik untuk dipublikasikan? atau ada ide yang perlu diungkapkan?
Kirim di Sini