- Materi : AQIDAH WASITHIYAH Syarah Kitab Al Aqidah Al Wasitiyah , Karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
- Narasumber : Ustadz Muhammad Hamid Alwi, Lc حفظه الله تعالى Pembina Pondok Pesantren Al Madinah Boyolali
- Insya Allah Rutin Setiap Hari Senin Pekan Ke1&3 Ba'da Maghrib - Isya'
- Tempat : Masjid Al Kautsar Puri Gading - Jl. Puri Gading Raya Perum Puri Gading, Dusun I, Grogol, Kec. Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57157
وَمِنَ الْإِيْمَانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِ: الْإِيْمَانُ بِكُلِّ مَا أَخْبرَ بِهِ النَّبِيُُّ ﷺ مِمَّا يَكُوْنُ بَعْدَ الْمَوْتِ(١)، فَيُؤْمِنُوْنَ بِفِتْنَةِ لْقَبْرِ، وَبِعَذَابِ الْقَبْرِ، وَنَعِيْمِهِ (٢)، فَأَمَّاالْفِتْنَةُ فَإِنَّ النَّاسَ يُفْتَنُوْنَ(٣) فِي قُبُوْرِهِمْ(٤)، فَيقَالُ لِلرَّجُلِ(٥): مَنْ رَبُّكَ(١)؟ وَمَا دِيْنُكَ(٧)؟ وَمَنْ نَِبِيِّكَ(٨)؟ فَيَثَبِتُ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيًّا وَفِي الْآخِرَةِ(٩)، فَيقُولُ الْمُؤْمِنُ: رَبِّيَ الله، وَالْإِسْلَامُ دِينِني، وَمُحَمَّدٌ نَبِيِّيْ(١٠) وَأَمَّا الْمُرْتَابُ فَيَقُوْلُ: هَاه هَاة؛ لَا أَدْرِيْ، سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُوْلُوْنَ شَيِئًا فَقُلْتُهُ(١١)، فَيَضْرَبُ(١٢) بِمِرْزَبَةٍ مِنْ حَدِيْدٍ(١٣)، فَيَصِيْحُ ضيْحَةً يَسْمَعُهَا كُلُّ شَيْءٍ(١٤)؛ إِلَّا الْإِنْسَانَ وَلَّوْ سَمِعَهَا الْإِنْسَانُ لَصُعِقَ(١٥).
PASAL
Termasuk iman kepada Hari Akhir adalah: beriman kepada seluruh apa yang diberitakan Nabi ﷺ yang akan terjadi setelah kematian.(1) Mereka beriman kepada fitnah, azab dan nikmat kubur(2). Adapun fitnah, maka manusia akan diuji(3) di dalam kubur mereka(4), maka seorang laki-laki akan ditanya,(5) "Siapa tuhanmu?(6) Apa agamamu? (7) Dan siapa Nabimu?"(8) Maka, "Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan kalimat tauhid dalam kehidupan di dunia dan di Akhirat."(9) Maka seorang Mukmin menjawab Tuhanku adalah Allah, agamaku Islam dan Nabiku Muhammad.(10) Adapun orang yang ragu-ragu, maka dia menjawab, "Hah .. hah .. aku tidak tahu, aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, maka aku menirunya,"(11) maka dia dipukul(12) dengan palu dari besi,(13) dia berteriak dengan teriakan yang didengar oleh segala sesuatu(14), kecuali manusia, dan kalau manusia mendengarnya, niscaya dia pingsan(15)
PASAL TENTANG BERIMAN KEPADA HARI AKHIR
[1]. Penulis (Syaikhul Islam) mulai membahas Hari Akhir dan akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah tentangnya. Beliau berkata,
وَمِنَ الإِيمانِ بِالْيَوْمِ الْآخِرِ الْإِيمَانُ بِكُلّ مَا أَخْبْرَ بِهِ النّبِي ﷺ مِمَا يَكُوْنُ بَغْدَ الْمَوْبِ :
Pasal: (Termasuk iman kepada Hari Akhir adalah: beriman kepada seluruh apa yang diberitakan Nabi ﷺ yang akan terjadi setelah kematian)."
Beriman kepada Hari Akhir adalah wajib, ia adalah salah satu rukun iman dalam Agama.
Beriman kepada Hari Akhir sering disandingkan dengan iman kepada Allah, iman kepada permulaan dan iman kepada tempat kembali, karena siapa yang tidak beriman kepada Hari Akhir tidak mungkin beriman kepada Allah, karena orang yang tidak beriman kepada Hari Akhir tidak akan beramal. Seseorang tidak beramal, kecuali dengan landasan kemuliaan yang diharapkannya di Hari Akhir dan hukuman serta azab yang ditakutkannya. Jika dia tidak
beriman kepadanya, maka keadaannya seperti yang dijelaskan oleh Allah,
وَقَالُوا۟ مَا هِىَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَآ إِلَّا ٱلدَّهْرُ ۚ
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", (Al-Jatsiyah: 24)
Dinamakan Hari Akhir karena setelah itu tidak ada lagi kehidupan, ia adalah fase terakhir.
Manusia mempunyai lima fase: Belum ada, alam rahim, dunia, Barzakh dan Akhirat.
- Fase belum ada, ditunjukkan oleh Firman Allah,
هَلْ أَتَىٰ عَلَى ٱلْإِنسَٰنِ حِينٌ مِّنَ ٱلدَّهْرِ لَمْ يَكُن شَيْـًٔا مَّذْكُورًا
" Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (AI-Insan: 1).
Dan Allah berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّنَ ٱلْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِى ٱلْأَرْحَامِ مَا نَشَآءُ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوٓا۟ أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰٓ أَرْذَلِ ٱلْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔا ۚ وَتَرَى ٱلْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا ٱلْمَآءَ ٱهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنۢبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍۭ بَهِيجٍ
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5).
- Fase rahim, ditunjukkan oleh Firman Allah,
يَخْلُقُكُمْ فِى بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ خَلْقًا مِّنۢ بَعْدِ خَلْقٍ فِى ظُلُمَٰتٍ ثَلَٰثٍ ۚ
"Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan." (Az-Zumar: 6).
- Fase dunia, ditunjukkan oleh Firman Allah,
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (An-Nahl: 78).
Di fase-fase inilah tempat berputarnya kebahagiaan dan kesengsaraan, ia adalah rumah ujian dan cobaan, sebagaimana Firman Allah,
﴿ الَّذِى خَلَقَ الْمَوتَ وَاَلخَيَوةَ لِبَبْلُوَّكُمْ أَيُّكُمْ أَ حْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيِزُ اَلْغَفُورُ
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia mengujimu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun." (Al-Mulk: 2).
Salah seorang ulama besar, Fudhail bin ‘Iyadh, ketika menjelaskan makna “Ahsanu ‘amala” dalam surat Al-Mulk ayat 2 berkata,
أَحْسَنُ عَمَلاً : أَخْلَصُهُ وَأَصْوَبُهُ. قَالَ: فَإِنَّ العَمَلَ إِذَا كَانَ خَالِصاً وَلَمْ يَكُنْ صَوَاباً لَمْ يُقْبَلْ، وَإِذَا كَانَ صَوَاباً وَلَمْ يَكُنْ خَالِصاً لَمْ يُقْبَلْ، حَتَّى يَكُوْنَ خَالِصاً صَوَاباً، وَالْخَالِصُ أَنْ يَكُوْنَ لِلهِ، وَالصَّوَابُ أَنْ يَكُوْنَ عَلَى السُّنَّةِ.
“Yang dimaksud dengan ahsanu’ amala (amal yang terbaik) adalah yang paling ikhlas dan paling benar. Karena sebuah amal jika dilakukan dengan ikhlas tapi tidak benar, maka amal itu tidak diterima oleh Allah. Begitu pula sebaliknya, jika amal itu benar tapi tidak ikhlas, juga ditolak oleh Allah Ta’aala. Baru diterima jika memenuhi kedua syarat tersebut (ikhlas dan benar). Yang dimaksud dengan ikhlas adalah semata karena Allah, sedangkan yang dimaksud dengan benar adalah mengikuti sunnah Rasulullah.” (Dikutip oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa vol 18/hlm 250).
- Fase Barzakh, ditunjukkan oleh Firman Allah,
وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
"Dan di hadapan mereka ada dinding (alam barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan." (Al-Mu'minun: 100).
Setelah seorang hamba meninggalkan kehidupan alam dunia, ia melanjutkan ke fase Alam Barzakh atau kubur. Barzakh adalah bagian alam yang terletak di antara dua alam, yaitu di antara alam dunia dan akhirat.
Fase Alam Barzakh ini setidaknya terdiri tiga fase yang akan dilewati oleh setiap hamba. Yang pertama adalah fitnah kubur (ujian berupa pertanyaan malaikat yang ditujukan pada mayit jika telah dikuburkan. Isi pertanyaan tersebut adalah mengenai Tuhan, agama, dan nabinya), selanjutnya adalah penyempitan kubur, dan yang ketiga adalah adzab atau nikmat kubur.
- Fase Akhirat, yang merupakan fase terakhir dan final, Allah berfirman setelah menyebutkan fase-fase sebelumnya,
ثُمَّ إِنَّكُم بَعْدَ ذَٰلِكَ لَمَيِّتُونَ . ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ تُبْعَثُونَ
"Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesunggulnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di Hari Kiamat." (Al-Mu'minun: 15-16).
Ucapan penulis, "Beriman kepada seluruh apa yang dikabarkan Nabi ﷺ setelah kematian." Semua ini termasuk ke dalam iman kepada Hari Akhir.
Hal itu karena jika manusia mati, maka dia masuk ke Hari Akhir, dari sini maka dikatakan, siapa yang mati maka telah tiba kiamatnya. Semua yang terjadi setelah kematian termasuk Hari
Akhir.
Jadi alangkah dekatnya Hari Akhir bagi kita, antara kita dengannya hanyalah kematian, kemudian masuk kepada Hari Akhir yang padanya hanya ada pembalasan atas perbuatan. Oleh karena itu kita wajib memperhatikan hal ini.
Renungkanlah wahai manusia, bahwa kamu dalam bahaya, karena waktu kematian tidaklah kita ketahui. Bisa jadi seseorang pergi dari rumahnya dan tidak kembali, bisa jadi seseorang duduk di kursi kantornya dan tidak berdiri lagi darinya, bisa jadi seseorang tidur di atas ranjangnya lalu diangkat ke ranjang pemandian.
Perkara ini mengharuskan kita memanfaatkan peluang umur dengan taubat kepada Allah. Hendaknya seseorang selalu bertaubat kepada Allah, kembali dan pulang kepadaNya sampai ajal tiba, sementara dia dalam keadaan terbaik yang diharapkan.
فَيُؤْمِنُوْنَ بِفِتْنَةِ لْقَبْرِ، وَبِعَذَابِ الْقَبْرِ، وَنَعِيْمِهِ (٢). 2. (Mereka beriman kepada fitnah, azab dan nikmat kubur).
Fitnah di sini adalah ujian. Yang dimaksud dengan fitnah kubur adalah pertanyaan yang ditujukan kepada mayit setelah dia dikuburkan; ialah tentang Tuhan, agama dan Nabinya.
Yang dimaksud penulis dengan ucapannya "mereka beriman" adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yakni Ahlus Sunnah beriman kepada fitnah kubur. Hal itu berdasarkan al-Qur'an dan Sunnah.
Dari al-Qur'an adalah FirmanNya,
يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱلْقَوْلِ ٱلثَّابِتِ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ ۖ
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan kalimat tauhid dalam kehidupan di dunia dan di Akhirat." (Ibrahim: 27).
Ayat ini tentang fitnah kubur, sebagaimana yang diriwayatkan secara shahih dalam ash-Shahihain dan lain-lain dari hadits al-Bara' bin Azib dari Nabi ﷺ.
Dari as-Sunnah: Banyak hadits yang menetapkan bahwa manusia akan diuji dalam kuburnya, ia adalah ujian yang disabdakan oleh Nabi,
إِنَّهُ قَدْ أُوْجِيَ إِلَيْ أَنَّكُمْ تُفْتَنُوْنَ فِي قُبُوْرِكُمْ مِثْلَ - أَوْ قَرِيْبَ مِنْ- فِتْنَةِ الدّجّالِ.
"Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian diuji di alam kubur seperti -atau mendekati- fitnah Dajjal." - Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Wudhu, dan Muslim, Kitab al-Kusuf.
Fitnah Dajjal adalah fitnah terbesar sejak Allah menciptakan Adam sampai Hari Kiamat, sebagaimana dalam Shahih Muslim dari Imran bin Hushain, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ أَمْرٌ أَكْبُرُ مِنَ الدِّجَّالِ.
"Tidak ada perkara (malapetaka) antara diciptakannya Adam sampai Hari Kiamat yang lebih besar dari Dajjal." - Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Fitan, Bab Ahadits ad-Dajjal.
Akan tetapi Nabi telah bersabda kepada sahabatnya, bahkan kepada umatnya,
إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَّا فِيَكُمْ فَأَنَا حَجِيْجُهُ دُوْنَكُمْ، وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيَكُمْ فَامْرُوٌ حَجِيْجُ نَفْسِهِ وَاللهُ خَلِيْفَتِي عَلَى كُلِّ مُسْلِم.
"Kalau dia keluar sementara aku masih berada di antara kalian, maka akulah yang akan menghadapinya untuk kalian. Jika dia keluar sementara aku tidak berada di antara kalian, maka masing-masing orang membela dirinya dan Allah-lah (yang hidup abadi) setelahku (sebagai pelindung) bagi setiap Muslim." Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Fitan, Bab Dzikr ad-Dajjal.
Nabi ﷺ telah mengajarkan kepada kita bagaimana menghadapinya. Beliau telah memberitahukan sifat-sifat dan ciri-cirinya kepada kita sehingga seolah-olah kita melihatnya dengan mata yang dengan sifat-sifat dan ciri-ciri tersebut kita bisa menghadapinya.
Oleh karena itu kami katakan, Fitnah Dajjal adalah fitnah terbesar, dan Nabi ﷺ telah bersabda,
إِنّْكُمْ تُفْتَنُونَ فِي قُبُوْرِكُمْ مِثْلَ -أَوْ قَرِيبَ مِنْ- فِتْنَةِ الدَّجَّالِ.
"Sesungguhnya kalian akan diuji di alam kubur seperti -atau mendekati- fitnah Dajjal."
Benar-benar fitnah besar! Karena pertanyaan yang diarahkan kepadanya tidak mungkin bisa dijawab kecuali dengan dasar akidah yang benar dan amal shalih yang kuat.
(Adapun fitnah maka manusia akan diuji). فَأَمَّاالْفِتْنَةُ فَإِنَّ النَّاسَ يُفْتَنُوْنَ(3)
Ini adalah penjelasan awal bagaimana manusia akan diuji di alam kubur.
Kata "manusia" adalah umum, zahir ucapan penulis menunjukkan bahwa itu adalah untuk seluruh manusia mencakup para Nabi, shiddiqin, syuhada, orang-orang yang meninggal dalam keadaan bersiap siaga di jalan Allah, orang-orang yang tidak terkena beban taklif seperti anak kecil dan orang gila. Di sini harus dirinci, kami katakan:
- Pertama, para Nabi tidak masuk ke dalam kelompok yang diuji, mereka tidak ditanya hal itu karena dua alasan:
1). Para Nabi lebih afdhal daripada syuhada dan Nabi ﷺ telah memberitakan bahwa orang yang mati syahid dilindungi dari fitnah kubur, Nabi ﷺ bersabda,
كَفَى بِبَارِقَةِ الشُّيُوْفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْتَةً.
"Cukuplah kilau pedang di atas kepalanya sebagai ujian baginya." Diriwayatkan oleh an-Nasa'i, 4/99.
2). Salah satu pertanyaan yang ditujukan kepada penghuni kubur adalah tentang Nabinya, dia ditanya, "Siapa Nabimu?" Jadi Nabi tidak ditanya siapa Nabinya. Oleh karena itu Nabi ﷺ ber-
sabda,
إِنَّهُ أُوْحِي إِلَيّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي قُبُورِكُمْ.
"Sesungguhnya diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan diuji di alam kubur."
Hadits ini untuk umat di mana Nabi bersangkutan diutus kepadanya, maka mereka tidak termasuk ke dalam golongan yang akan diuji.
- Kedua, para shiddiqin juga tidak ditanya, karena derajat mereka lebih tinggi daripada derajat syuhada. Jika para syuhada tidak ditanya maka lebih-lebih shiddiqin karena shiddiqin sebagaimana sifatnya adalah orang yang benar dan dibenarkan, kejujurannya telah diketahui, maka tidak perlu lagi diuji, ujian hanya untuk yang masih diragukan apakah dia jujur atau dusta. Kalau dia jujur maka tidak perlu ditanya. Sebagian ulama berkata, Shiddiqin juga ditanya berdasarkan keumuman dalil. Wallahu a'lam.
- Ketiga, para syuhada yang gugur di jalan Allah, mereka ini tidak ditanya, karena kebenaran iman mereka telah terbukti dengan jihadnya. Allah berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ ٱشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَ ۚ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka, mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh." (At-Taubah: 111).
Dan Allah berfirman,
﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اَللّهِ أَمْوَتنًأا بَلْ أَحْيَاءُ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ﴾
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahıkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki." (Ali Imran: 169).
Dan Nabi ﷺ bersabda,
كَفَى بِبَارِقَةِ السُّيُوفِ عَلَى رَأْسِهِ فِثنَةً.
"Cukuplah kilau pedang di atas kepalanya sebagai ujian."
Jika orang yang gugur dalam keadaan bersiap siaga di jalan Allah diberi rasa aman dari fitnah karena kebenaran imannya telah terbukti, maka lebih-lebih orang yang gugur di perang yang sebenarnya, karena dia mengorbankan lehernya di depan musuh Allah demi meninggikan kalimat Allah dan membela agamaNya. Ini termasuk bukti terbesar atas kebenaran imannya.
- Keempat, orang-orang yang mati dalam keadaan berjaga-jaga di jalan Allah, mereka tidak ditanya. Di dalam Shahih Muslim Rasulullah ﷺ bersabda,
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَاٍِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفُتَّانَ.
"Berjaga-jaga satu hari satu malam lebih baik daripada puasa dan shalat malamı hari selama satu bulan. Jika dia mati, maka amal yang biasa dilakukannya mengalir kepadanya. Begitu pula rizkinya dialirkan baginya dan dia aman dari fitnah (ujian) dua malaikat." Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab af-Imarah, Bab Fadihlu ar-Ribath Fi Sabilillah.
- Kelima, anak-anak kecil dan orang-orang gila, apakah mereka ditanya? Sebagian ulama berkata: Mereka ditanya karena mereka termasuk ke dalam keumuman dalil, karena beban taklif gugur dari mereka di dunia, maka kehidupan kematian berbeda dengan kehidupan dunia. Sebagian lain berkata: Mereka tidak ditanya karena mereka bukan mukallaf, kalau mereka bukan mukallaf, maka mereka tidak dihisab karena hisab hanyalah atas orang yang mukallaf yang dihukum karena berbuat dosa. Jadi mereka tidak dihukum, mereka tidak mendapatkan kecuali pahala. Jika mereka beramal shalih maka mereka diberi pahala karenanya.
Jadi ada lima golongan yang tidak termasuk ke dalam ucapan penulis, "Maka manusia" ialah: para Nabi, shiddiqin, syuhada, orang-orang yang gugur pada saat bersiap siaga di jalan Allah dan orang-orang yang tidak berakal seperti orang gila dan anak kecil.
Catatan:
- Manusia ada tiga kategori: Mukmin murni dan munafik, kelompok ini diuji dan yang ketiga adalah kafir murni.
- Apakah yang ketiga ini diuji? Terdapat perbedaan pendapat dan Ibnul Qayyim dalam kitab ar-Ruh menyatakan: Yang rajih, mereka akan diuji.
- Apakah umat-umat terdahulu ditanya? Sebagian ulama berpendapat -dan ini yang benar- bahwa mereka akan ditanya, karena jika umat ini yang merupakan umat terbaik ditanya, maka yang selainnya lebih pantas untuk ditanya.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم