- Materi : AQIDAH WASITHIYAH Syarah Kitab Al Aqidah Al Wasitiyah , Karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
- Narasumber : Ustadz Muhammad Hamid Alwi, Lc حفظه الله تعالى Pembina Pondok Pesantren Al Madinah Boyolali
- Insya Allah Rutin Setiap Hari Senin Pekan Ke1&3 Ba'da Maghrib - Isya'
- Tempat : Masjid Al Kautsar Puri Gading - Jl. Puri Gading Raya Perum Puri Gading, Dusun I, Grogol, Kec. Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57157
- Daftar Isi:
Penulis (Syaikhul Islam) berkata:
ثُمَّ بَعْدَ هذِهِ الْفِتْنَةِ إِمَّا نَعِيمٌ وَإِمَّا عَذَابٌ(١) إِلَى أن تَقُوْمَ الْقِيَامَةُ الْكُبْرَی(٢)
Kemudian setelah fitnah ini adalah nikmat atau azab(1) sampai tibalah Hari Kiamat kubra (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Jana'iz, Bab Ma Ja' a Fi Adzab al-Qabr)
[1]. Nikmat dan Azab Kubur
"Kemudian". Ini hanyalah menunjukkan urutan dan bukan menunjukkan tenggang waktu, karena mayit akan langsung mendapatkan nikmat atau azab sebagaimana telah disebutkan bahwa jika dia menjawab, "tidak tahu" maka dia dipukul dengan palu besi, dan bahwa mayit yang menjawab dengan benar langsung dibukakan pintu surga untuknya dan kuburnya akan dilapangkan.
Nikmat atau azab ini, apakah untuk badan atau ruh atau keduanya sekaligus?
Kami katakan, yang diketahui di kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah bahwa pada dasarnya nikmat dan azab itu untuk ruh, sedangkan badan mengikutinya, sebagaimana azab di dunia adalah terhadap badan dan ruh mengikutinya, dan sebagaimana hukum syar'i di dunia berlaku bagi badan secara zahirnya dan di akhirat adalah sebaliknya. Jadi di alam kubur, azab atau nikmat itu dikenakan terhadap ruh, akan tetapi jasad terpengaruh secara otomatis dan bukan independen. Dan bisa saja azab dikenakan terhadap badan, sementara ruh mengikutinya, sedangkan nikmat dikenakan terhadap ruh, sementara badan mengikutinya, hanya saja ini sangat jarang terjadi, karena pada prinsipnya azab itu dikenakan terhadap ruh dan badan mengikutinya.
Ucapan penulis, ٌإمَّا نَعيُم وإِما غذاب "Nikmat atau azab" ini menetapkan adanya nikmat dan azab di alam kubur, dan hal itu telah ditunjukkan oleh Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah , bahkan kita boleh mengatakan dan ijma' kaum Muslimin.
Dari Kitab Allah: Tiga kelompok di akhir surat al-Waqi'ah secara jelas menetapkan azab dan nikmat kubur.
Firman Allah,
فَلَوْلَآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلْحُلْقُومَ ٨٣ وَأَنتُمْ حِينَئِذٍۢ تَنظُرُونَ ٨٤ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَـٰكِن لَّا تُبْصِرُونَ ٨٥ فَلَوْلَآ إِن كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ ٨٦ تَرْجِعُونَهَآ إِن كُنتُمْ صَـٰدِقِينَ ٨٧فَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلْمُقَرَّبِينَ ٨٨ فَرَوْحٌۭ وَرَيْحَانٌۭ وَجَنَّتُ نَعِيمٍۢ ٨٩ وَأَمَّآ إِن كَانَ مِنْ أَصْحَـٰبِ ٱلْيَمِينِ ٩٠ فَسَلَـٰمٌۭ لَّكَ مِنْ أَصْحَـٰبِ ٱلْيَمِينِ ٩١ وَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلْمُكَذِّبِينَ ٱلضَّآلِّينَ ٩٢ فَنُزُلٌۭ مِّنْ حَمِيمٍۢ ٩٣ وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ ٩٤
"Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah), kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika
kamu adalah orang-orang yang benar? Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketentraman dan rizki serta surga kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka." (Al-Waqi'ah: 83-94).
Ini adalah perkara yang nyata, bahwa orang yang sedang menghadapi ajal akan terdengar menyambut malaikat yang datang kepadanya, dia berkata, "Selamat datang," dan terkadang dia berkata, "Selamat datang, silahkan duduk di sini," sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim di dalam Kitab ar-Ruh dan terkadang akan dirasakan bahwa laki-laki tersebut ditimpa sesuatu yang menakutkan, maka wajahnya berubah pada saat kematian apabila malaikat azab turun kepadanya. Na'udzubillah.
Di antara dalil al-Qur an adalah Firman Allah tentang Kaum Fir'aun,
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ
"Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang." (Al-Mu`min: 46).
Ini sebelum datangnya Hari Kiamat dengan dalil FirmanNya,
وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
"Dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan kepada malaikat), 'Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras'." (Al-Mu'min: 46).
Di antara dalil al-Qur'an yang lain adalah,
وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنفُسَكُمُ ۖ
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), 'Keluarkanlah nyawamu'." (Al-An'am: 93).
Sementara mereka tidak merelakan nyawa mereka dicabut, mereka tidak ingin nyawa tersebut keluar karena mereka telah diberi kabar baik yaitu hukuman dan azab maka ruhnya menolak untuk keluar, oleh karena itu Dia berfirman,
أَخْرِجُوا أَنفُسَكُمُ ۖ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ
"Keluarkanlah nyawamu", di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan." (Al-An'am: 93).
Makna أاَلْيَوْمَ (pada hari ini). Alif dan lam adalah untuk perjanjian yang hadir seperti FirmanNya,
الْيَّوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamıu." (Al-Maidah ayat 3), yakni hari yang hadir ini.
Begitu pula الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ "Di hari ini kamu dibalas." Alif lam adalah untuk perjanjian yang hadir, maksudnya adalah hari kehadiran para malaikat untuk mencabut nyawa mereka. Ini menunjukkan bahwa mereka diazab sejak nyawa mereka dicabut; inilah azab kubur.
Di antara dalil al-Qur an yang lainnya adalah Firman Allah
ٱلَّذِينَ تَتَوَفَّىٰهُمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ طَيِّبِينَ ۙ يَقُولُونَ سَلَٰمٌ عَلَيْكُمُ ٱدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ
"(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka), 'Salamun alaikum (semoga salam sejahtera atas kalian), masuklah kamu ke dalam surga itu'." (An-Nahl: 32).
Dan hal itu pada saat wafat. Oleh karena itu, Nabi ﷺ bersabda dalam hadits shahih,
«يُقالُ لنفسِ المؤمنِ : اخرجِي أيَّتُها النفسُ المطمئنةُ إلى مغفرةٍ من اللهِ ورضوانٍ»
"Dikatakan kepada jiwa yang beriman, 'Keluarlah wahai jiwa yang tenang kepada ampunan dan keridhaan dari Allah'," maka ia berbahagia dengan berita gembira tersebut, ia keluar dengan menurut dan mudah, meskipun terkadang badan merasakan sakit, akan tetapi ruh menurut dan berbahagia.
Adapun dalil-dalil dari Sunnah tentang azab kubur, maka ia mutawatir, di antaranya adalah hadits shahih dalam ash-Shahihain dari hadits Ibnu Abbas s bahwa Nabi melewati dua kuburan.
Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، ومَا يُعذَّبانِ فِي گبِيْرٍ.
"Sesungguhnya keduanya disiksa dan keduanya tidak disiksa karena perkara besar."
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Jana'iz, Bab Adzab al-Qabr Min al-Ghibah wa al-Baul; dan Muslim. Kitab ath-Thaharah, Bab ad-Dalil ala Najasah al-Baul.
Adapun ijma', maka semua kaum Muslimin berdoa dalam shalat mereka,
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ عَذَابٍ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ...
"Aku berlindung kepada Allah dari azab Jahanam dan dari azab kubur ... "
Kalau siksa kubur tidak ada, maka tidak sah berlindung kepada Allah darinya, karena untuk apa berlindung dari sesuatu yang tidak ada. Ini menunjukkan bahwa mereka beriman kepadanya.
Kalau ada yang bertanya: Apakah azab atau nikmat di alam kubur berlangsung terus atau terputus?
Maka jawabnya adalah: Untuk orang kafir azabnya terus menerus, tidak mungkin azab diangkat dari mereka, karena mereka berhak mendapatkannya. Kalau seandainya azab diangkat dari mereka berarti mereka istirahat, padahal mereka tidak berhak istirahat, mereka terus mendapat azab sampai Hari Kiamat, meskipun masanya panjang. Kaum Nuh yang dahulu ditenggelamkan masih terus diazab di kubur mereka, azab mereka berlangsung terus sampai Hari Kiamat, begitu pula Fir'aun dan kaumnya, api disodorkan kepada mereka di pagi dan sore hari.
Sebagian ulama menyebutkan bahwa azab orang kafir diringankan dalam masa di antara dua tiupan sangkakala. Mereka berdalil dengan Firman Allah,
قَالُوا۟ يَٰوَيْلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا ۜ ۗ
"Mereka berkata, 'Aduhai celakalah kami, siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)'." (Yasin: 52)
Akan tetapi hal itu tidak harus menunjukkan demikian, karena kubur mereka adalah tempat mereka tidur, meskipun mereka tetap diazab di dalamnya.
Adapun pelaku maksiat dari kalangan orang-orang beriman, di mana Allah d menetapkan azab bagi mereka, maka ia bisa terus dan bisa pula terputus, bisa lama bisa pula sesaat sesuai dengan dosa mereka dan ampunan Allah ﷻ.
Azab kubur lebih ringan daripada azab Hari Kiamat, karena azab kubur tidak membuat hina dan malu, lain dengan azab Akhirat yang menghinakan dan memalukan, ia disaksikan oleh manusia seluruhnya. Allah 3% berfirman,
﴿إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَاَلَّذِينَءَامَنُوا فِي الْحَيَوةِ اَلدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ اَلْأَشْهَدُ
"Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (Hari Kiamat)." (Al-Mu min: 51).
Kalau ada yang bertanya: Kalau ada orang yang tubuhnya tercecer, dia dimangsa binatang buas, dan dihempas angin. Bagaimana azabnya, bagaimana dia akan ditanya oleh malaikat?
Jawab: Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ini adalah perkara ghaib. Allah mampu mengumpulkan semua itu di alam ghaib, meskipun kita menyaksikannya di dunia tercerai berai, di alam ghaib Allah bisa saja mengumpulkannya kembali.
Lihatlah malaikat yang turun untuk mencabut nyawa di tempat yang sama sebagaimana Firman Allah,
﴿ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَِكِن لَّا نُبُصِرُونَ
"Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat." (Al-Waqi'ah: 85), meski begitu kita tidak melihat mereka. Malaikat maut berbincang dengan ruh dan kita tidak mendengar.
Terkadang Jibril hadir kepada Rasulullah dengan menyerupai bentuk seorang laki-laki, dia menyampaikan wahyu kepada Nabi di tempat itu sementara para sahabat yang hadir tidak mendengar dan tidak melihat.
Alam ghaib tidak mungkin disamakan dengan alam nyata, ini adalah salah satu hikmah Allah, jiwamu yang ada pada tubuhmu, kamu tidak mengetahui bagaimana ia berkait dengan tubuhmu? Bagaimana ia tersebar ke seluruh tubuh? Bagaimana ia keluar darimu pada saat kamu tidur? Apakah kamu merasa bahwa ia kembali pada saat kamu bangun? Dari mana ia masuk ke badanmu?
Alam ghaib, sikap yang ada hanyalah menerima, sama sekali tidak bisa diqiyaskan. Allah ﷻ mampu mengumpulkan bagian tubuh yang tercerai berai yang dilumat oleh angin kemudian dia ditanya lalu diazab atau diberi nikmat. Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Kalau ada yang berkata: Seorang mayit dikubur di kuburan yang sempit. Bagaimana ia dilapangkan sejauh mata memandang?
Jawab: Alam ghaib tidak bisa diqiyaskan dengan alam nyata. Seandainya ada orang yang menggali lubang seluas mata memandang dan mengubur mayit di dalamnya lalu menutupnya dengan tanah, maka orang lain yang tidak mengetahui lubang tersebut apakah dia melihatnya atau tidak? Jelas tidak melihatnya, padahal itu di alam nyata, dia tidak melihat keluasan tersebut dan tidak mengetahuinya, kecuali orang yang telah menyaksikannya.
Kalau ada yang berkata: Kami melihat mayit kafir, setelah satu atau dua hari kita gali kuburannya, kita lihat tulang-tulang iganya masih seperti sedia kala, ia tidak rusak karena terhimpit?
Jawabnya: sama, ini adalah alam ghaib, sah saja kalau ia berbeda dengan alam nyata, jika ia dibuka, maka Allah mengembalikannya dan semuanya diletakkan olehNya di tempatnya untuk menguji manusia, karena jika kita melihat tulang-tulang iganya rusak, sementara pada waktu kita menguburkannya ia baik-baik saja, maka itu berarti kita beriman dengan sesuatu yang yata.
Kalau ada yang berkata: seperti ucapan orang-orang filsafat, kita letakkan air raksa di atas mayit, ia adalah benda yang paling cepat bergerak dan tumpah, esok harinya kita lihat air raksa tersebut masih sama dengan yang kemarin padahal menurut kalian malaikat datang dan mendudukkan mayit tersebut, jika orang itu duduk bagaimana mungkin air tersebut tidak tumpah?
Jawabnya sama: Ini alam ghaib, kita wajib beriman dan membenarkan, bisa saja Allah mengembalikan air raksa itu ke tempatnya setelah ia berubah akibat duduk.
Kami katakan juga: Lihatlah kepada orang yang sedang tidur dan bermimpi, seandainya kejadiannya sebagaimana yang dia lihat dalam mimpinya, niscaya dia tidak akan tetap di atas ranjangnya, dan terkadang ia adalah mimpi yang benar dari Allah, maka ia terjadi seperti yang dilihatnya dalam mimpi, meskipun begitu kita beriman kepada hal tersebut.
Apabila seseorang melihat dalam mimpi sesuatu yang dia benci, maka dia bangun dalam keadaan gelisah, apabila mimpinya baik, maka dia berbinar-binar. Semua ini menunjukkan bahwa perkara ruh bukan termasuk perkara nyata, perkara ghaib tidak diqiyaskan dengan perkara nyata dan dalil-dalil yang shahih tidak boleh ditolak hanya karena itu sulit dinalar menurut pandangan kaca mata alam nyata.
[2]. KIAMAT KUBRA
Kiamat Kubra adalah hari di mana manusia dibangkitkan dari kubur kepada Rabb alam semesta.
Ucapan penulis (Ibnu Taimiyah),الْقِيَامَةُ الكُبُرَى (Kiamat Besar) menunjukkan adanya Kiamat Shughra (Kiamat Kecil), yaitu Kiamat setiap orang ketika hari kematiannya, siapa yang mati, maka Kiamatnya telah tiba.
Penulis tidak menyinggung tanda-tanda Hari Kiamat, karena penulis hanya ingin membahas Hari Akhir, tanda-tanda Kiamat hanyalah alamat dan peringatan bahwa ia telah dekat, agar orang-orang bersiap-siap.
Sebagian ulama yang menulis buku di bidang akidah menyebutkan tanda Kiamat di sini, padahal sebenarnya ia tidak berkait dengan iman kepada Hari Akhir, meskipun ia termasuk perkara ghaib yang diisyaratkan oleh al-Qur an dan dirinci oleh Nabi ﷺ di dalam Sunnahnya.
*****
Penulis (Syaikhul Islam) berkata:
فَتْعَادُ الْأزوَاحُ إِلَى الْأجْسَادِ (١)، وَتَقُوْمُ الْقِيَامَةُ الَّتِي أَخْبَرَ اللّهُ بِهَا فِي كِتَابِهِ، وَعَلَى لِسَانِ رَسُوْلِهِ، وَأَجْمَعَ عَلَيْهَا الْمُسْلِمُوْنَ(٢).
Lalu ruh-ruh dikembalikan kepada jasad-jasad (1), dan tibałah Hari Kiamat di mana Allah telah memberitakannya di dalam kitabNya dan melalui sabda RasulNya serta disepakati oleh kaum Muslimin. (1)
[1]. Ruh Dikembalikan ke Jasad
Perkara pertama yang terjadi pada Hari Kiamat adalah apa yang dikatakan oleh penulis, ِفَتُعَادُ الْأَزوَاحُ إلَى الْأجسَاد" Lalu ruh-ruh dikembalikan kepada jasad-jasad."
Ini adalah perkara pertama, ia terjadi setelah tiupan sangkakala kedua, yaitu setelah keduanya terpisah oleh kematian. Pengembalian ini bukan pengembalian yang terjadi di alam Barzakh pada saat mayat ditanya tentang Rabbnya, agamanya, dan Nabinya. Allah ﷻ menyuruh Israfil, maka Israfil meniup sangkakala, lalu siapa pun yang ada di langit dan di bumi mati, kecuali yang dikehendaki oleh Allah, kemudian dia meniupnya kembali lalu ruh-ruh berhamburan dari sangkakala menuju ke jasad dan tinggal padanya.
Ucapan penulis, إِلَى الْأجْسَادِ "Kepada jasad." Menunjukkan bahwa ruh tidak tercipta dengan kangkakala kecuali setelah jasad tercipta dengan sempurna. Jika ia tercipta dengan sempurna maka sangkakala ditiup maka ruh dikembalikan kepada jasad.
Ucapan penulis, فَتْعَادُ الْأزوَاحُ إِلَى الْأجْسَادِ "Ruh-ruh dikembalikan kepada jasad," adalah dalil bahwa al-Ba'ts (kebangkitan) adalah pengembalian bukan penciptaan yang baru. Ia adalah pengembalian untuk sesuatu yang hilang dan berubah, karena jasad akan berubah menjadi tanah, tulang menjadi lapuk, lalu Allah mengumpulkannya kembali sehingga terbentuklah jasad, maka ruh-ruh dikembalikan kepada jasadnya. Adapun orang yang mengklaim bahwa jasad diciptakan dalam keadaan baru, maka klaim ini adalah batil dan dibantah oleh al-Qur'an, as-Sunnah dan akal.
Allah ﷻ berfirman,
﴿وَهُوَ اَلَّذِى يَبْدَؤُأْ الْخَلْقَ نُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ﴾
"Dan Dia-lah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagiNya." (Ar-Rum: 27).
Yakni mengembalikan penciptaan yang Dia ciptakan pertama kali. Dalam hadits qudsi,
يَقُوْلُ اللهُ ﷻ: لَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ.
"Allalı berfirman, 'Penciptaan awal tidak lebih mudah bagiKu daripada pengembaliannya'," [Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Tafsir] karena semuanya mudah bagi Allah.
FirmanNya,
كَمَا بَدَأْنَآ أَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيدُهُۥ ۚ
"Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya." (Al-Anbiya': 104).
FirmanNya,
ثُمَّ إِنَّكُم بَعْدَ ذَٰلِكَ لَمَيِّتُونَ. ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ تُبْعَثُونَ
"Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di Hari Kiamat." (Al-Mu'minun: 15-16).
FirmanNya,
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَن يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah, 'la akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama, dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk." (Yasin: 78-79).
Adapun dalil dari Sunnah, maka banyak sekali hađits-hadits yang menjelaskan akan hal ini, dimana Nabi menjelaskan,
أَنَّ النَّاسَ یُحشَرُونَ فِيْهَا حُفَاةً عُرَاةً غُزلًا.
"Bahwa manusia akan dikumpulkan di Hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan." [Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Anbiya', dan Mustim, Kitab al-Jannah], yang dikumpulkan itu adalah manusia bukan selainnya.
Yang jelas bahwa kebangkitan adalah pengembalian jasad yang telah diciptakan sebelumnya.
Kalau kamu berkata: Bisa jadi manusia dimangsa binatang buas, tubuhnya menjadi makanan binatang tersebut, ia bercampur dengan darahnya, dagingnya, dan tulangnya, kemudian akan keluar melalui kotoran dan kencingnya. Bagaimana menjawabnya?
Jawabnya: Sesungguhnya perkara ini sangatlah mudah bagi Allah. Dia berfirman, "Kun" (jadilah), maka terjadilah. Jasad yang akan dibangkitkan terbebas dari segala yang mencampurinya. Kuasa Allah di atas bayangan kita, karena Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
[2]. Ini adalah tiga macam dalil: Kitab Allah , Sunnah RasulNya , dan ijma' kaum Muslimin. Adapun Kitab Allah, maka Allah telah menegaskan Hari Kiamat di dalam kitabNya, Dia menyebutkannya dengan sifat-sifat agung yang mengharuskan adanya rasa takut dan bersiap diri.
Allah ﷻ berfirman,
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ إِنَّ زَلْزَلَةَ ٱلسَّاعَةِ شَىْءٌ عَظِيمٌۭ ١ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّآ أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَـٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَـٰرَىٰ وَلَـٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٌۭ ٢
"Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangatlah keras." (Al-Hajj: 1-2).
Firman Allah ﷻ,
ٱلْحَآقَّةُ (١) مَا ٱلْحَآقَّةُ (٢) وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا ٱلْحَآقَّةُ (٣)
"Hari Kiamat, apakah Hari Kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah Hari Kiamat itu?" (Al-Haqqah: 1-3).
Firman Allah ﷻ,
اَلْقَارِعَةُۙ(١) مَا الْقَارِعَةُ ۚ (٢) وَمَآ اَدْرٰاكَ مَا الْقَارِعَةُ ۗ (٣) يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِۙ (٤) وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِۗ (٥
(1) Al-Qari‘ah (hari Kiamat yang menggetarkan). (2) Apakah Al-Qari‘ah itu? (3) Tahukah kamu apakah Al-Qari‘ah itu? (4) Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, (5) dan gunung-gunung seperti bulu yang berhamburan." (Al-Qari'ah:1-5).
Sifat-sifat Kiamat di dalam al-Qur an berjumlah banyak, semuanya mengerikan dan menakutkan, karena ia sangatlah agung. Kalau kita tidak beriman kepadanya, maka kita tidak akan beramal untuknya, karena tidak mungkin seseorang beramal untuk hari ini sehingga dia beriman kepadanya dan sehingga Allah menyebutkan sifat-sifatnya yang mendorong untuk beramal demi hari ini.
Adapun as-Sunnah, maka hadits-hadits tentang Kiamat berjumlah sangat banyak, Rasulullah ﷺ menjelaskan di dalam hadits-hadits tersebut apa yang terjadi padanya sebagaimana akan disebutkan nanti -insya Allah- tentang haudh, sirath, buku catatan amal dan lain-lain yang dijelaskan oleh Nabi ﷺ.
Adapun Ijma' -yaitu dalil ketiga-, maka sungguh kaum Muslimin telah berijma' secara qath'i atas keimanan kepada Hari Kiamat. Oleh karena itu, barangsiapa yang mengingkarinya, maka dia kafir, kecuali jika dia orang bodoh atau tidak mengerti Islam, maka dia diberitahu, dan jika setelah itu dia tetap mengingkarinya, maka dia kafir.
Ada bentuk dalil yang keempat yaitu kitab-kitab langit yang bersepakat menetapkan adanya hari Kiamat. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi dan Nasrani beriman kepadanya, dan sampai sekarang mereka tetap beriman. Oleh karena itu, kamu mendengar mereka berkata, "Fulan almarhum atau rahimahullah atau yang sepertinya yang menunjukkan bahwa mereka beriman kepada Hari Akhir sampai sekarang.
Ada bentuk dalil yang kelima yaitu akal. Penjelasannya adalah; bahwa seandainya Kiamat tidak ada, niscaya penciptaan manusia hanyalah sia-sia belaka, sedangkan Allah ﷻ disucikan dari kesia-siaan. Lalu apa hikmah dari suatu kaum yang diciptakan, diperintahkan, dilarang, diwajibkan, dianjurkan lalu mereka mati tanpa hisab dan tanpa azab?
Oleh karena itu, Allah berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَٰكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ .فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلْمَلِكُ ٱلْحَقُّ ۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْكَرِيمِ
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Mahatinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) Arasy yang mulia." (Al-Mu'minun: 115-116).
Dan Allah juga berfirman,
إِنَّ ٱلَّذِى فَرَضَ عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لَرَآدُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍۢ ۚ
"Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) al-Qur'an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali." (Al-Qashash: 85).
Bagaimana Allah menurunkan al-Qur an dan mewajibkan kita untuk mengamalkannya, namun kemudian tidak ada Kiamat di mana di sana kita dihisab atas pengalaman al-Qur'an yang diturunkan kepada kita?
Jadi dalil yang menetapkan Hari Akhir ada lima.
Penulis (Syaikhul Islam) berkata:
فَيَقُوْمُ النَّاسُ مِنْ قُبُورِهِمْ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ حُفَاةً عُرَاةً غُزْلاً،(١) وَتَدْنُوْ مِنْهُمُ الشَّمسُ(٢)، وَيُلْجِمُهُمُ الْعَرَقُ(٢)، فَتُنْصَبُ الْمَوَازِيْنُ فَتوْزَنُ فِيْهَا أَعمَالُ الْعِبَادِ(٤).
Lalu manusia bangkit dari kubur mereka kepada Rabb alam semesta dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan(1), matahari mendekat kepada mereka(2), mereka dikekang oleh keringat mereka(3), lalu timbangan-timbangan diletakkan, kemudian dengannya amal manusia ditimbang. (4)
[1]. Manusia dibangkitkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan
Perkara kedua yang terjadi pada Hari Kiamat adalah فَيَقُوْمُ النَّاسُ مِنْ قُبُوْرِهِمْ لرَبِّ الْعَالَمِيْنَ حُفَاةً عُزاةً ,apa yang dikatakan oleh penulis "Lalu manusia bangkit dari kubur mereka kepada Rabb alam semesta dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan."
Ucapannya من قبُورهم "Dari kubur mereka". Ini berdasarkan kepada yang umum, karena bisa jadi ada mayit yang tidak terkubur.
Ucapannya, "Kepada Rabb alam semesta" yakni, karena Allah e memanggil mereka. Allah berfirman,
وَٱسْتَمِعْ يَوْمَ يُنَادِ ٱلْمُنَادِ مِن مَّكَانٍ قَرِيبٍ. يَوْمَ يَسْمَعُونَ ٱلصَّيْحَةَ بِٱلْحَقِّ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمُ ٱلْخُرُوجِ
"Dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat. (Yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya, itulah hari keluar (dari kubur)." (Qaaf: 41-42), lalu mereka bangkit kepada panggilan agung ini dari kubur mereka kepada Rabb alam semesta.
Allah berfirman,
أَلَا يَظُنُّ أُو۟لَٰٓئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ. لِيَوْمٍ عَظِيمٍ. يَوْمَ يَقُومُ ٱلنَّاسُ لِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
"Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam?" (Al-Muthaffifin: 4-6).
Ucapannya, حُفَاته حُفَاةً عُزاةُ غُزلا (Tidak beralas kaki): tidak bersandal dan tidak bersepatu, yakni kakinya tidak tertutup.
عُرَاةً (Telanjang): yakni tidak ada pakaian pada tubuh mereka.
غُزْل (Tidak dikhitan): maksudnya, tidak ada sesuatu pun yang berkurang dari tubuh mereka. Maksudnya, daging di ujung penis yang dikhitan di dunia kembali ke tempatnya pada Hari Kiamat, karena Allah berfirman,
﴿كَمَا بَدَأْنَآ أَوَّلَ خَلْقٍ نُمِيدُهُ﴾
"Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya." (Al-Anbiya': 104), ia dikembalikan sempurna, tidak ada yang kurang sedikit pun, mereka kembali dalam kondisi seperti itu, laki-laki berbaur dengan wanita.
قالت: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: (يحشر الناس يوم القيامة حفاة عراة غُرْلاً) قلت: يا رسول الله، الرجال والنساء جميعاً ينظر بعضهم إلى بعض؟، قال: (يا عائشة الأمر أشد من أن يُهمهم ذلك)، وفي رواية: (الأمر أهم من أن ينظر بعضهم إلى بعض)، متفق عليه.
“Aisyah berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tanpa sandal, telanjang tanpa pakaian dan tanpa disunat.’ Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah para laki-laki dan perempuan saling memandang satu sama lain?’ Rasulullah pun menjawab, ‘Wahai Aisyah masalah yang akan dihadapi lebih penting dari pada hal itu.’ Dalam riwayat lain, ‘Masalah yang akan dihadapi lebih penting daripada sekedar saling melihat satu dengan yang lain,’” (HR Muttafaq Alaih).
"Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapak-nya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya." (Abasa: 34-37).
Tidaklah laki-laki melihat kepada wanita atau sebaliknya, bahkan bapak atau anaknya berlari darinya karena khawatir dituntut haknya. Kalau keadaannya demikian, maka tidak mungkin laki-laki melihat perempuan atau sebaliknya. Perkaranya lebih besar dan lebih dahsyat dari itu.
Walaupun begitu, setelah itu mereka diberi pakaian. Dan orang pertama yang diberi pakaian adalah Ibrahim sebagaimana disabdakan oleh Nabi ﷺ.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Anbiya', Bab Qauluhu Ta'ala, ' Wattakhadzallah Ibrahim Khalila, dan Muslim, Kitab al-Jannah, Bab Fana' ad-Dunya.
[2]. Matahari mendekat kepada mereka
Perkara ketiga pada saat Hari Kiamat adalah apa yang diisyaratkan oleh penulis, ُوَتَدْنُوْ مِنْهُمُ الشَّمس "Matahari mendekat kepada mereka" sekitar satu mil.
Kata "Mil" dalam bahasa arab bisa berarti ukuran jarak tempuh, dan "Mil" bisa juga berarti botol celak, namun keduanya sama-sama berjarak sangat dekat. Jika panasnya di dunia telah kita rasakan padahal jaraknya dengan kita sangat jauh, Ialu bagaimana jika ia satu mil di atas kepala? [Lihat Shahih Muslim, Kitab al-Jannah, Bab Fi Shifah al-Qiyamah.].
Mungkin ada yang berkata: Sekarang telah diketahui bahwa seandainya matahari didekatkan ke bumi dari orbitnya sehelai rambut saja niscaya ia akan membakar bumi. Bagaimana mungkin pada hari itu ia hanya berjarak satu mil tanpa membakar makhluk (bumi beserta isinya)?
Jawabnya adalah: Bahwa manusia ketika dikumpulkan di padang Mahsyar pada Hari Kiamat kelak tidaklah berkekuatan sebagaimana kekuatan mereka tatkala di dunia, akan tetapi mereka
lebih kuat dan lebih bertahan.
Seandainya manusia sekarang berdiri selama lima puluh hari di bawah terik mata-hari tanpa naungan, tanpa makan, dan tanpa minum; niscaya tidak akan mungkin bisa mereka lakukan, bahkan mereka pasti mati. Akan tetapi, di Hari Kiamat kelak manusia berdiri selama lima puluh ribu tahun tanpa makan, tanpa minum, dan tanpa naungan, kecuali orang-orang yang dinaungi oleh Allah .
Dan bersamaan dengan itu, mereka menyaksikan kengerian yang sangat dahsyat; namun mereka tetap tahan.
Ambillah pelajaran dari penduduk neraka, bagaimana mereka tahan sedemikian rupa,
﴿كُلَّما نَضِحَتْ جُلُودُهُم بَذَّلْنَهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا﴾
"Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain." (An-Nisa': 56).
Demikian pula dengan penghuni surga, seorang dari mereka melihat kerajaannya sejauh perjalanan seribu tahun sampai ke ujung-nya sebagaimana dia melihat kepada yang terdekat, sebagaimana hal itu diriwayatkan dari Nabi ﷺ. [HR. Ahmad 2/64 dan Tirmidzi no. 2553]
Kalau ada yang bertanya: "Adakah yang selamat dari matahari?"
Jawab: Ada, yaitu orang-orang yang dinaungi oleh Allah dalam naunganNya pada hari di mana tidak ada naungan, kecuali naunganNya. Nabi bersabda,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”
HR. Al-Bukhari (no. 660, 1423, 6479, 6806) danMuslim (no. 1031 (91).
[3]. Mereka dikekang oleh keringat mereka.
Perkara keempat yang terjadi pada Hari Kiamat adalah yang disebutkan oleh penulis, ُوَيُلْجِمُهُمُ الْعرَق "Mereka dikekang oleh keringat mereka." Yakni keringat mereka sampai pada batas tali
kekang pada kuda yaitu mulutnya. Tetapi ini adalah bagi orang dengan keringat paling tinggi, karena di antara mereka ada yang keringatnya mencapai dua mata kakinya, ada yang mencapai kedua lututnya, ada yang mencapai pinggangnya, dan ada yang mencapai mulutnya. Keringat mereka berbeda-beda, dan mereka berkeringat karena panas yang sangat, karena kondisinya adalah kondisi sulit, penuh sesak dan matahari yang dekat, akibatnya manusia berkeringat, tetapi keringat tersebut adalah menurut amal mereka masing-masing.
Jika kamu berkata: Bagaimana bisa demikian, padahal mereka berada di satu tempat?
Jawab: Kita telah meletakkan dasar kaidah yang harus dipegang, yaitu bahwa perkara ghaib wajib kita imani dan kita percayai tanpa berkata bagaimana dan mengapa, karena ia adalah sesuatu di belakang akal kita, tidak mungkin kita mengetahui dan mengenalnya.
Lihatlah kepada dua orang yang dikubur dalam satu lubang; yang pertama Mukmin dan yang kedua kafir. Yang pertama memperoleh nikmat yang menjadi haknya dan yang kedua mendapatkan azab yang menjadi haknya, padahal keduanya berada di satu liang kubur. Hal yang sama kita katakan untuk keringat pada Hari Kiamat.
Kalau kamu berkata: Apakah kamu akan mengatakan bahwa Allah mengumpulkan orang-orang yang berkeringat hingga sampai mulut di satu tempat, sedangkan orang-orang yang keringatnya sampai di kedua mata kakinya di tempat lain, dan orang-orang yang keringatnya sampai ke lututnya di tempat tersendiri, serta orang-orang yang keringatnya sampai ke pinggangnya di tempat lainnya?
Jawab: Kami tidak memastikan, wallahu a'lam. Akan tetapi kami katakan, boleh-boleh saja orang yang keringatnya sampai mata kakinya di samping orang yang keringatnya sampai mulutnya, karena Allah Maha berkuasa atas segala sesuatu. Sama halnya dengan cahaya yang dimiliki oleh orang-orang Mukmin, ia menyala di depan dan di sebelah kanan mereka sementara orang-orang kafir dalam kegelapan. Yang jelas, kita wajib beriman kepada apa yang terjadi di Hari Kiamat. Adapun bagaimana atau mengapa, maka itu bukan urusan kita.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم