Menu Al-Qur'an

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". (Al-Hijr: 9).
Baca Al-Qur'an Digital Mushaf Kuno Tafsir Al-Qur'an Tajwid Murotal Juz 30 Download

بِسْـمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم

📚┃ Materi : Tafsir As-Sa'di - Surat Al-Mudatsir
🎙┃ Pemateri : Ustadz Muhammad Rizqi, Lc, حفظه الله
(Staff pengajar pondok pesantren Imam Bukhori) 
🗓️┃ Setiap Hari Sabtu - Ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃ Tempat : Masjid Al-Qomar - Purwosari Solo

Daftar Isi:

🎞️ : Pertemuan 1 - Facebook Kajian Rembulan

Pertemuan-1: Tafsir Surat Al-Mudatsir ayat 1-6

Allah ﷻ berfirman dalam ayat 1-2:

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (1) قُمْ فَأَنْذِرْ (2)

Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan (kepada manusia)

Tafsir Ayat:

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa al-Muzammil dan al-Mudatsir maknanya sama. Allah memerintahkan RasulNya untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah menyembah Allah dengan ibadah-ibadah pendek dan panjang.

Dalam surat sebelumnya dijelaskan perintah Allah untuk ibadah-ibadah utama yang pendek pada RasulNya serta perintah bersabar terhadap gangguan kaumnya, dan dalam surat ini Allah memerintahkannya untuk memberitahukan seruannya dan tegas menyampaikan peringatan.

Allah berfirman, “Bangunlah,” yakni dengan sungguh-sungguh dan giat, “lalu berilah peringatan” kepada manusia dengan perkataan dan perbuatan yang bisa menyampaikan pada tujuan serta menjelaskan kondisi apa-apa yang diperingatkan darinya agar hal itu lebih mendorong untuk ditinggalkan.

Allah ﷻ berfirman dalam ayat 3:

وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ (3)

Dan Tuhanmu agungkanlah!

Tafsir Ayat:

Dan Rabbmu agungkanlah,” yakni, agungkanlah Dia dengan bertauhid dan jadikanlah Allah sebagai tujuanmu dalam memberi peringatan dan agar para hamba mengagungkanNya dan beribadah menyembahNya.

 Allah ﷻ berfirman dalam ayat 4:

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (4)

Dan pakaianmu bersihkanlah,

Tafsir Ayat:

“Dan pakaianmu bersihkanlah.” Kemungkinan yang dimaksud dengan pakaian adalah seluruh perbuatan Rasulullah dan maksud membersihkannya adalah memurnikannya, tulus melaksanakannya, dilakukan secara sempurna dan menafikannya dari berbagai hal yang bisa membatalkan, merusak, dan mengurangi pahalanya, seperti syirik, riya’, nifak, ujub, takabur, lalai dan lain sebagainya yang diperintahkan untuk ditinggalkan dalam beribadah menyembah Allah. Perintah ini juga mencakup perintah untuk menyucikan baju dari najis karena hal itu adalah termasuk salah satu penyempurna kebersihan amal, khususnya dsalam Shalat sebagaimana yang dinyatakan oleh kebanyakan ulama bahwa menghilangkan najis merupakan salah satu syarat shalat.

Bisa juga yang dimaksud dengan baju adalah baju yang kita kenal. Artinya, Rasulullah diperintahkan untuk menyucikannya dari seluruh najis di seluruh waktu, khususnya ketika masuk waktu Shalat.

 Allah ﷻ berfirman dalam ayat 5:

 وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (5)

Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,

Tafsir Ayat:

Bila Rasulullah diperintahkan untuk menyucikan lahiriah, maka kesucian lahiriah adalah bagian dari kesempurnaan kesucian batin. “Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah.” Kemungkinan yang dimaksud dengan ‘al-rujzu’ adalah patung dan berhala yang disembah di samping menyembah Allah.

Allah memerintahkan Rasulullah untuk meninggalkannya dan melepaskan diri darinya dan dari segala sesuatu yang dinisbatkan padanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan kemungkinan yang dimaksud dengan ‘al-rujzu’ adalah seluruh perbuatan buruk, baik yang lahir maupun yang batin. Sehingga perintah ini adalah perintah bagi Rasulullah untuk meninggalkan seluruh dosa, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang lahir maupun yang batin, dan dalam hal ini termasuk syirik dan dosa-dosa lain.

Allah ﷻ berfirman dalam ayat 6:

وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (6)

Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

Tafsir Ayat:

Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak,” yaitu janganlah engkau berharap pada manusia atas nikmat-nikmat dunia dan akhirat yang kau berikan sehingga kau meminta lebih atas pemberian itu dan kau melihat adanya keutamaan dirimu atas mereka. Tapi berbuat baiklah kepada manusia selagi kau mampu, lupakanlah kebaikanmu kepada mereka dan harapkan pahalamu dari Allah dan sikapilah orang yang kau perlakukan baik dan yang lain secara sama.

Ada yang menyatakan bahwa maknanya, janganlah engkau memberi apa pun pada seseorang, dan engkau ingin orang itu memberi balasan lebih banyak untukmu, dan berarti ini khusus untuk Nabi.

 •┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

Pertemuan-2: Tafsir Surat Al-Mudatsir ayat 7-23


Pertemuan: 16 Agustus 2025 / 22 Shafar 2025 

Allah ﷻ berfirman dalam ayat 7:

وَلِرَبِّكَ فَٱصْبِرْ

Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Tafsir ayat:

“Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah,” dan berharaplah pahala Allah dengan kesabaranmu itu dan niatkanlah untuk Allah.

Rasulullah melaksanakan perintah Rabbnya dan bersegera menunaikannya. Rasulullah memberikan peringatan pada manusia dan menjelaskan tuntutan-tuntutan ilahi pada mereka disertai dengan ayat-ayat yang jelas. 

Rasulullah mengagungkan Allah dan menyeru manusia agar mengagungkanNya, membersihkan perbuatan-perbuatan lahir dan batin dari segala keburukan, meninggalkan segala sesuatu yang disembah selain Allah dan yang disembah bersama Allah berupa patung dan keburukan beserta para penganutnya. Rasulullah memiliki pemberian agung pada manusia setelah karunia Allah tanpa mengharapkan balasan atau kata terima kasih dari mereka. 

Rasulullah bersabar demi Rabbnya dengan kesabaran paling sempurna, bersabar dalam melakukan ketaatan, bersabar dalam meninggalkan kemaksiatan, bersabar atas takdirNya yang menyakitkan, hingga Rasulullah mengungguli para rasul lain yang juga memiliki keteguhan hati. Semoga saja kesejahteraan dan keselamatan selalu tercurah bagi beliau dan seluruh sahabat beliau.

Allah ﷻ berfirman dalam ayat 8-10:

فَإِذَا نُقِرَ فِى ٱلنَّاقُورِ. فَذَٰلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ. عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ

Apabila ditiup sangkakala, Maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit, Bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. 

Tafsir ayat:

Yaitu bila sangkakala ditiup untuk bangkit dari kubur, semua manusia dikumpulkan untuk dibangkitkan, “maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit,” karena banyaknya huru hara dan kedahsyatannya, “bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah,” karena mereka telah putus asa dari berbagai kebaikan dan yakin akan binasa.

Kontekstualnya, hari itu mudah bagi orang-orang yang beriman sebagaimana yang difirmankan Allah, “Orang-orang kafir berkata, ‘Ini adalah hari yang sulit’.”

Sebagaimana dalam ayat lain dalam surat Al-Qomar ayat 8:

يَقُولُ ٱلْكَٰفِرُونَ هَٰذَا يَوْمٌ عَسِرٌ

Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata: "Ini adalah hari yang berat".

Allah ﷻ berfirman dalam ayat 11-23:

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا (11) وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا (12) وَبَنِينَ شُهُودًا (13) وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا (14) ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ (15) كَلَّا إِنَّهُ كَانَ لِآيَاتِنَا عَنِيدًا (16) سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا (17) إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ (18) فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (19) ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (20) ثُمَّ نَظَرَ (21) ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (22) ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ (23) 

Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, Dan anak-anak yang selalu bersama dia, Dan Ku-lapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, Kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al Quran). Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam maka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, 

Tafsir ayat:

Ayat-ayat ini turun berkenaan dengan al-Walid bin al-Mughirah yang sengit menentang kebenaran, yang menantang Allah dan RasulNya dengan peperangan dan menyelisihi. Allah amat mencelanya dengan celaan yang tidak pernah dialamatkan pada yang lain. 

Ini adalah balasan bagi semua orang yang menentang dan mencampakkan kebenaran. Orang seperti ini pasti mendapatkan kehinaan di dunia dan siksaan akhirat jauh lebih menghinakan.

Allah berfirman, “Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian,” yakni yang Aku ciptakan sendirian tanpa harta, keluarga, dan lainnya yang senantiasa Aku jaga dan Aku beri. 

Aku jadikan, “baginya harta benda yang banyak,” yakni harta yang berlimpah, “dan” Aku jadikan untuknya : anak-anak,” yakni anak-anak lelaki, “yang selalu berasama dia,” yaitu selalu ada bersamanya.

Dengan anak-anak itu ia bersenang-senang, dengan mereka juga ia memenuhi kebutuhannya dan mendapatkan pertolongan, “dan Ku-lapangkan baginya (rizki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya,” yakni Aku berikan padanya dunia dan sebab-sebabnya ketika semua keinginannya terpenuhi dan semua yang dikehendaki diperoleh.

Kemudian,” dengan berbagai nikmat dan pemberian ini, “dia ingin sekali supaya Aku menambahnya,” yakni ia ingin untuk mendapatkan nikmat akhirat sebagaimana ia mendapatkan kenikmatan dunia. “Sekali-kali tidak (akan Aku tambah),” yakni tidak seperti yang ia dambakan, tapi sebaliknya justru berseberangan dengan apa yang diinginkan.

Hal itu “karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (al-Quran).” Ia mengetahui (kebenaran)nya, tapi kemudian ia tidak mau tunduk padanya. Ayat-ayat mengajaknya pada kebenaran tapi ia tidak mau tunduk padanya. Ia tidak hanya cukup berpaling dari ayat-ayat al-Quran, tapi ia memeranginya dan berusaha untuk membatalkannya.

Karena itulah Allah berfirman tentangnya, “sesungguhnya dia telah memikirkan,” dalam dirinya, “Dan menetapkan (apa yang ditetapkannya),” apa yang di pikirannya agar bisa mengucapkan perkataan yang membatalkan al-Quran, “maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan, kemudian ia memikirkan suatu hal yang berada di luar kemampuannya dan berharap bisa mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan oleh dia sendiri dan orang-orang sepertinya. “kemudian dia memikirkan” perkataannya.

Sesudah itu dia bermasam muka dan merengut,” pada wajah dan penampilan luarnya sebagai sikap lari dari kebenaran dan membencinya.

“Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri,” sebagai akibat dari usaha pikiran, tindakan, dan perkataannya.

***

Pertemuan-3: Tafsir Surat Al-Mudatsir ayat 24-30


Pertemuan: 6 Rabi’ul Awal 1447 / 30 Agustus 2025

Allah ﷻ berfirman dalam ayat 24-25:

فَقَالَ إِنْ هَٰذَآ إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ

Lalu dia berkata: "(Al Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu),

إِنْ هَٰذَآ إِلَّا قَوْلُ ٱلْبَشَرِ

Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia".

Tafsir ayat:

Ayat-ayat ini (dimulai dari ayat 11-30) turun berkenaan dengan al-Walid bin al-Mughirah yang sengit menentang kebenaran, yang menantang Allah dan RasulNya dengan peperangan dan menyelisihi. Allah amat mencelanya dengan celaan yang tidak pernah dialamatkan pada yang lain.

“Lalu dia berkata, ‘(al-Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia’,” yakni, bukan Firman Allah, tapi perkataan manusia.

Di samping itu bukan perkataan manusia terbaik tapi perkataan manusia. Di samping itu bukan perkataan manusia terbaik tapi perkataan orang-orang buruk dan keji yang diucapkan oleh pendusta dan penyihir.

Celakalah dia, alangkah jauhnya dia dari kebenaran dan dan alangkah dekatnya dia dengan kerugian dan kecelakaan. Bagaimana terlintas di otak dan terbayang oleh nurani siapa pun orang yang menyatakan Firman paling luhur dan agung, Firman Rabb Yang Mahamulia, Luhur dan Agung menyerupai perkataan makhluk-makhluk yang miskin dan serba kurang? Atau bagaimanakah si pendusta lagi pembangkang ini berani mengungkapkan sifat seperti itu pada Firman Allah? Tidak ada yang berhak di dapatkan melainkan azab yang dahsyat.

****

Ustadz mencontohkan sifat-sifat yang mirip dengan al-Walid bin Al-Mughirah, yaitu sifat seseorang yang selalu melampaui batas, dan ini merupakan salah satu ciri-ciri sifat munafik. Ciri-ciri orang munafik antara lain fujur. Fujur sendiri merupakan sebuah sikap yang keluar secara berlebihan dan melampaui batas saat berada dalam sebuah pertikaian secara sengaja.

Hal ini pun menunjukkan seseorang yang memiliki sifat ingin menang sendiri dan ia tidak menerima jika kalah. Tentu saja sikap ini pun sangat tidak baik bagi manusia. Oleh sebab itu kamu harus menjauhi sikap ini saat bertengkar jika tak ingin masuk dalam ciri-ciri orang munafik.

Faedah: Al-Qur'an adalah makanan bagi jiwa

Dikisahkan Syaikh Yassir Al-Dossari Hafidzahullah sedang menyetor hafalan kepada gurunya, kemudian datang seorang pemuda yang ingin berdiskusi dengan Syaikh karena gundah dan gulana, kemudian Syaikh menyuruh pemuda tersebut untuk berwudhu, shalat dua raka’at dan membaca Al-Qur’an sambil menunggu setoran hafalan.

Kemudian Syaikh Yassir Al-Dossari Hafidzahullah mengatakan bahwa gurunya menyengaja memberi kesempatan bagi pemuda tersebut untuk membaca Al-Qur’an karena sebenarnya waktu setoran sudah selesai.

Akhirnya pemuda tersebut datang dan mengatakan hatinya sudah tenang, dan Syaikh berkomentar bahwa membaca Al-Qur’an adalah makanan bagi jiwa.

Allah ﷻ berfirman dalam ayat 26-30:

سَأُصْلِيهِ سَقَرَ. وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا سَقَرُ. لَا تُبْقِى وَلَا تَذَرُ. لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ. عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ

Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.  Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?  Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.  (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia.  Dan di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).

Tafsir ayat:

Karena itu Allah berfirman, “Aku akan memasukannya ke dalam Saqar, tahukah kamu apa (Neraka) Saqar itu, Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan,” yakni tidak meninggalkan kedahsyatan maupun orang yang disiksa sedikit pun kecuali pasti mengenainya, “(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia,” membakar mereka dalam siksaan dan membuat mereka gemetar karena amat panas.

“Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga),” dari kalangan malaikat yang menjaganya. Mereka kejam dan bengis. Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan dan mereka melakukan apa yang diperintahkan.

Faedah - alasan neraka semakin pedih bagi orang-orang kafir:

1. Kulit yang disiksa selalu diperbaharui.

Allah ﷻ berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 56:

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُم بَدَّلْنَٰهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

2. Temperature semakin meningkat.
3. Disiksa Kekal. Na'udzubillahmindalik.

Pertemuan-4: Tafsir Surat Al-Mudatsir ayat 30-34


📖 Allah ﷻ berfirman dalam ayat 30 :

عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ

Dan di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).

Tafsir ayat:

Yakni di atas neraka terdapat sembilan belas malaikat yang bertugas menjaganya. Pendapat lain mengatakan: yakni sembilan belas jenis malaikat. Mereka kejam dan bengis. Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan dan mereka melakukan apa yang diperintahkan.

Dalam riwayat lain dalam hadits Muslim disebutkan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

يُؤتى بالنارِ يومَ القيامةِ، لها سبعون ألفَ زمامٍ مع كلِّ زمامٍ سبعون ألفَ ملَكٍ يَجُرُّونَها

“Pada hari kiamat nanti neraka (Jahannam) akan didatangkan (dihadapkan kepada para penduduk neraka), ia memiliki 70 ribu tali. Pada setiap talinya terdapat 70 ribu malaikat yang menariknya.” (HR. Muslim no: 2842 dalam sohihnya)

Apabila kita cermati bersama maka hadis tersebut menggambarkan betapa besarnya dan mengerikannya neraka. Tali-tali yang dimaksud dalam hadis ini menunjukkan bahwa neraka tidak hanya berupa kobaran api, tetapi juga sesuatu yang sangat besar dan berat sehingga memerlukan malaikat-malaikat dalam jumlah besar untuk mengendalikannya. Hadis ini mengilustrasikan neraka dengan tujuh puluh ribu tali kendali, yang masing-masing tali ditarik oleh tujuh puluh ribu malaikat.

📖 Allah ﷻ berfirman dalam ayat 31 :

وَمَا جَعَلْنَآ أَصْحَٰبَ ٱلنَّارِ إِلَّا مَلَٰٓئِكَةً ۙ وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِيَسْتَيْقِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ وَيَزْدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِيمَٰنًا ۙ وَلَا يَرْتَابَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۙ وَلِيَقُولَ ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَٱلْكَٰفِرُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ وَمَا هِىَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْبَشَرِ

Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.

Tafsir ayat:

“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat,” karena mereka kokoh dan kuat, “dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk menjadi cobaan bagi orang-orang kafir.”

Kemungkinan yang dimaksudkan adalah kecuali untuk menyiksa mereka di akhirat dan untuk menambahkan azab mereka.

Azab juga disebut fitnah sebagaimana Allah berfirman, “pada hari itu mereke diazab di dalam nereka” -Adz-Dzariyat:13-

Kemungkinan lain yang dimaksudkan adalah sesungguhnya berita yang Kami sampaikan kepadamu tentang jumlah mereka itu tidak lain supaya Kami mengetahui siapa yang membenarkan dan siapa yang mendustakan.

Hal ini ditunjukkan oleh ayat selanjutnya, “Supaya orang-orang yang diberi al-Kitab yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu,” yakni agar keraguan hilang dari mereka.

Tujuan-tujuan agung ini diperhatikan oleh mereka yang berakal. Tujuan-tujuan yang dimaksudkan adalah usaha untuk yakin dan bertambah iman di setiap waktu dan dalam berbagai permasalahan-permasalahan Agama dan menagkal keraguan dan dugaan-dugaan keliru yang menghadang kebenaran, menjadikan wahyu yang diturunkan Allah pada RasulNya sebagai pewujud tujuan-tujuan agung ini dan untuk membedakan manakah orang-orang yang benar dan orang-orang yang berdusta.

Karena itu Allah berfirman, “Dan supaya berkata orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit,” yakni ragu, syubhat, dan nifak, “dan orang-orang kafir (mengatakan),Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpaan’.” Perkataan ini diucapkan karena ragu dan kekufuran mereka terhadap tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya adalah petunjuk Allah bagi siapa saja yang disesatkan Allah.

Karena itu Allah berfirman, “Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya.” Maka siapa pun yang diberi petunjuk oleh Allah, Allah menjadikan wahyu yang diturunkan pada RasulNya sebagai penambah penderitaan baginya, sebagai kegamangan dan kegelapan baginya.

Berita yang diwahyukan Allah kepada RasulNya wajib diterima, karena “tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan Dia sendiri,” dari kalangan malaikat dan lainnya. Karena kalian tidak mengetahui tentaraNya dan kalian diberitahu mengenai itu oleh Dzat Yang Maha Mengetahui lagi melihat, kalian harus membenarkan beritaNya tanpa ragu.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am Ayat 125:

فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى ٱلسَّمَآءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجْسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.

“Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia,” yakni dan tidaklah nasihat dan peringatan ini dimaksudkan untuk kesia-siaan dan main-main, tapi dimaksudkan sebagai peringatan bagi manusia terhadap apa pun yang berguna bagi mereka sehingga mereka melaksanakannya dan sebagai peringatan terhadap apa pun yang membahayakan mereka sehingga mereka tinggalkan.

📖 Allah ﷻ berfirman dalam ayat 32-34:

كَلَّا وَٱلْقَمَرِ. وَٱلَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ. وَٱلصُّبْحِ إِذَآ أَسْفَرَ

Sekali-kali tidak, demi bulan,Dan malam ketika telah berlalu,Dan subuh apabila mulai terang.

Tafsir ayat:

“Sekali-kali tidak,” di sini bermakna sebenarnya atau bermakna sebagai pembukaan. Selanjutnya Allah bersumpah dengan bulan dan dengan malam pada saat berlalu serta dengan siang pada saat mulai terang karena dalam semua hal tersebut terdapat tanda-tanda kebesaran Allah yang agung yang menunjukkan atas sempurnanya Kuasa, Kebijaksanaan, luasnya kekuasaan dan menyeluruhnya rahmat serta pengetahuanNya. 

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم