بسم الله الرحمن الرحيم
📚 ┃Al-Mukhtaṣar fī Tafsīr Al-Qur`ān Al-Karīm
🎙┃ Ustadz Abdul Fattach, S.Pd.i حفظه الله تعالى - Staff Pengajar Ponpes Al-Madinah Surakarta
🗓┃Pertemuan 1: Kamis, 18 September 2025 / 25 Rabi'ul Awal 1446 H
🕰┃ Ba'da Maghrib - Isya
🕌┃ Masjid Ponpes Joglo Qur'an - Boyolali
Tadabbur Surat Al-Ḥāqqah - Bagian 1
Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Dan pahala amalan yang wajib tidak bisa dikalahkan dengan amalan-amalan yang sunnah. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘Anhuma berkata,
تذاكر العلم بعض ليلة أحب إلي من إحيائها
“Belajar beberapa saat di malam hari, lebih aku sukai dari pada menghabiskan seluruh malam untuk shalat.” (Mushannaf Abdurrazaq, 11/253).
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ، لَأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ، خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ، وَلَأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ، عُمِلَ بِهِ أَوْ لَمْ يُعْمَلْ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ أَلْفَ رَكْعَةٍ»
Dari Abu Dzarr radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: Rosululloh ﷺ bersabda kepadaku: “Hai Abu Dzar, engkau pergi di waktu pagi lalu mempelajari satu ayat dari kitab Allah lebih baik bagimu dari pada engkau shalat sebanyak seratus raka’at. Dan engkau pergi di waktu pagi untuk mempelajari satu bab ilmu, kemudian diamalkan ataupun tidak diamalkan, lebih baik dari pada engkau shalat sebanyak seribu raka’at.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no. 219, dari Al-‘Abbas bin Abdillah Al-Wasithiy, dari Abdulloh bin Gholib Al-‘Abbaadaniy, dari Abdullah bin Ziyad Al-Bahrooniy, dari ‘Ali bin Zaid, dari Sa’id bin Al-Musayyib, dari Abu Dzarr. Hadits ini lemah, sebab memiliki beberapa cacat.
Imam Al-Mundziri rahimahullaah membawakan hadits ini di dalam At-Targhib wat Tarhib, lalu berkata: “Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang hasan”.
Allah ﷻ memerintahkan kita untuk membaca Al-Qur’an dengan tartil, Allah ﷻ berfirman.,
وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Q.S. Al-Muzzammil [73]: 4)
Makna tartil, bukan hanya membaca dengan pelan saja, tetapi juga:
- Mengetahui tajwidnya huruf.
- Mengetahui tempat-tempat waqaf.
Pengaruh Al-Qur'an terhadap kehidupan seseorang tergantung seberapa dalam dia mempelajari kandungan makna Al-Qur'an, maka mempelajari kandungan Al-Qur’an lebih baik dari pada mengkhatamkannya.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata:
فقراءة آية بتفكر وتفهم خير من قراءة ختمة بغير تدبر
“Membaca satu ayat al-Qur’an dengan upaya memahami dan memikirkannya lebih baik daripada membaca al-Qur’an dengan mengkhatamkannya tanpa mentadabburi dan upaya memahaminya.” (Miftah Daar as-Sa’adah: 193)
Makna أَعُوْذُ بِاللهِ (a’udzu billah) adalah saya meminta perlindungan kepada Allah, tidak kepada selain-Nya, dari kejelekan dan kejahatan semua mahluk-Nya dari golongan setan yang membahayakan agamaku dan yang menghalangiku dari kebenaran.
Lafadz isti’adzah adalah أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرّجِيْمِ (a’udzu billahi minasy syaithanir rajim). Berdasar pada QS. An-Nahl ayat 98.
فَإِذَا قَرَأْتَ ٱلْقُرْءَانَ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.
Maka perintah berta'awaudz adalah wajib, hanya saja dalam shalat dibaca dengan siir (lirih). Dengan berta'awaudz bertujuan:
- Menghancurkan bahan dan sumber penyakit yang syetan lemparkan ke dalam hati anak Adam, seperti was-was, syahwat, dan keinginan-keinginan yang rusak.
- Dan juga apa yang ia peroleh dari Al-Qur’an seperti petunjuk dan kebaikan tidak rusak oleh bisikan dan syubhat dari syetan.
Maka, agar terhindar dari tipu daya iblis, kita diperintahkan:
- Berta'awaudz.
- Bersyukur atas nikmat dalam majelis ilmu.
- Ikhlas, iblis mengakui: “Aku akan menyesatkan semua hamba-Mu, kecuali mereka yang ikhlas di antara mereka.” (QS. Al-Hijr: 39-40).
- Berilmu dengan rajin menuntut ilmu syar’i.
Ibnul Jauzi rahimahullah menyatakan,
اعلم أن أول تلبيس إبليس على الناس صدهم عن العلم؛ لأن العلم نور فإذا أطفأ مصابيحهم خبطهم في الظلام كيف شاء
Ketahuilah bahwa tipu daya Iblis yang pertama kali terhadap manusia adalah menghalangi mereka dari ilmu agama. Karena ilmu adalah cahaya sehingga jika Iblis telah berhasil memadamkan cahaya lampu manusia, dia pun akan menjerumuskan mereka dalam kegelapan sekehendaknya.” [Talbis Iblis 1/289]
Maka, benarlah apa yang dikatakan Imam Ahmad rahimahullah, tatkala ditanya sampai kapan akan menuntut ilmu. Beliau menjawab :
مع المحبرة إلى المقبرة
“Bersama wadah tinta sampai ke liang kubur”.
Maksudnya, janganlah terputus untuk meraih ilmu agama. Raihlah ilmu agama sampai ajal menjemput.
Lafaz ta’awudz bisa dengan bentuk:
- A’UDZU BILLAHI MINASY SYAITHOONIR ROJIIM,
- A’UDZU BILLAHIS SAMII’IL ‘ALIIM MINASY SYAITHOONIR ROJIIM,
- A’UDZU BILLAHIS SAMII’IL ‘ALIIM MINASY SYAITHOONIR ROJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFTSIH
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Jar majrur (بِسْمِ) di awal ayat berkaitan dengan kata kerja yang tersembunyi setelahnya sesuai dengan jenis aktifitas yang sedang dikerjakan. Misalnya anda membaca basmalah ketika hendak makan, maka takdir kalimatnya adalah : “Dengan menyebut nama Allah aku makan”.
Lafzhul Jalalah (Allah): Merupakan nama bagi Allah Rabbul Alamin, selain Allah tidak boleh diberi nama denganNya. Nama ‘Allah’ merupakan asal, adapun nama-nama Allah selainnya adalah tabi’ (cabang darinya).
Ar-Rahmaan: Yakni yang memiliki kasih sayang yang maha luas. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’laan, yang menunjukkan keluasan nya. Baik Mukminun maupun kaafiruun. Manusia maupun binatang dan seluruh makhluk.
Ar-Rahiim: Yakni yang mencurahkan kasih sayang kepada hamba-hamba yang dikehendakiNya. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’iil, yang menunjukkan telah terlaksananya curahan kasih sayang tersebut.
Tafsir Surat Al-Ḥāqqah Ayat 1-12
Surat ini merupakan surat Makiyah (sebelum hijrah).
إثبات أن وقوع القيامة والجزاء فيها حقٌّ لا ريب فيه.
Penegasan bahwa peristiwa hari Kiamat dan pembalasan amalan di dalamnya adalah benar dan tidak ada keraguan padanya.
١. ٱلْحَآقَّةُ
1. Hari kiamat,
Tafsir: Allah menyebutkan tentang saat-saat kebangkitan yang pasti terjadi pada semuanya.
٢. مَا ٱلْحَآقَّةُ
2. apakah hari kiamat itu?
Tafsir: Kemudian Allah mengagungkan kondisinya dengan pertanyaan ini, “Apakah hari (Kiamat) yang hak itu?”
٣. وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا ٱلْحَآقَّةُ
3. Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?
Tafsir: Tahukah kamu, apa hari (Kiamat) yang hak itu?
٤. كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌۢ بِٱلْقَارِعَةِ
4. Kaum Tsamud dan ‘Aad telah mendustakan hari kiamat.
Tafsir: Ṡamūd, kaum Nabi Saleh dan 'Ād, kaum Nabi Hud telah mendustakan hari Kiamat yang menggetarkan manusia karena kedahsyatannya.
٥. فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا۟ بِٱلطَّاغِيَةِ
5. Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa.
Tafsir: Adapun Ṡamūd maka mereka telah dihancurkan oleh Allah dengan suara keras yang sampai pada puncaknya dalam kedahsyatan dan kekuatannya.
٦. وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا۟ بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ
6. Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang,
Tafsir: Adapun 'Ād maka mereka dibinasakan oleh Allah dengan angin yang sangat dingin dan keras, yang sampai pada puncak kekerasannya atas mereka.
٧. سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَٰنِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى ٱلْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ
7. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
Tafsir: Allah mengirimkannya kepada mereka selama tujuh malam delapan hari yang menghancurkan mereka semua. Sebab itu, kamu lihat kaum itu di rumah-rumah mereka mati bergelimpangan di atas tanah, seakan-akan mereka setelah dibinasakan seperti pangkal pohon kurma keropos yang tumbang di atas tanah.
٨. فَهَلْ تَرَىٰ لَهُم مِّنۢ بَاقِيَةٍ
8. Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka.
Tafsir: Maka apakah kamu lihat dari mereka nyawa yang tersisa setelah siksa yang menimpa mereka?
٩. وَجَآءَ فِرْعَوْنُ وَمَن قَبْلَهُۥ وَٱلْمُؤْتَفِكَٰتُ بِٱلْخَاطِئَةِ
9. Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar.
Tafsir: Firaun, umat-umat sebelumnya, dan negeri yang diazab dengan dijungkirbalikkan, yaitu kaum Lut, telah melakukan perbuatan-perbuatan salah berupa kesyirikan dan kemaksiatan.
١٠. فَعَصَوْا۟ رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَّابِيَةً
10. Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.
Tafsir: Masing-masing dari mereka durhaka terhadap rasul-Nya yang diutus kepada mereka dan mendustakannya, sehingga Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang lebih keras dari sekadar yang bisa membinasakan mereka.
١١. إِنَّا لَمَّا طَغَا ٱلْمَآءُ حَمَلْنَٰكُمْ فِى ٱلْجَارِيَةِ
11. Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu, ke dalam bahtera,
Tafsir: Sesungguhnya tatkala air telah melewati batas tingginya, Kami bawa orang-orang yang menjadi nenek moyang kalian di bahtera yang dibuat oleh Nuh -'alaihissalām- atas perintah dari Kami, sehingga bahtera itu menjadi tumpangan bagi kalian.
١٢. لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَآ أُذُنٌ وَٰعِيَةٌ
12. agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.
Tafsir: Hal itu agar Kami jadikan bahtera itu dan cerita tentangnya sebagai nasihat sekaligus bukti atas penghancuran orang-orang kafir dan keselamatan bagi orang-orang yang beriman serta agar didengar oleh telinga yang mengingat apa yang didengarnya.
*****
- Kita wajib beriman kepada hari akhir.
- Isi kandungan Al-Qur’an ada tiga bagian:
- Tauhid: Berisi prinsip mengesakan Allah ﷻ dalam rububiyah, Uluhiyah dan asma wa shifat.
- Al-Ahkam: berupa hukum-hukum syariát yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
- Al-Qashash : kisah-kisah umat terdahulu. Seperti dalam surat ini:
1. Kisah kaum Tsamud - Kaumnya Nabi Shaleh: mereka mendustakan kerasulan nabi Shaleh, kesombongan dan keangkuhan, membunuh unta nabi Shaleh yang merupakan mukjizat beliau (Berasal dari sebongkah batu) dan melanggar perjanjian serta kesyirikan. Dibinasakan dengan suara yang sangat dahsyat.
2. Kisah Kaum 'Aad - Kaumnya Nabi Hud: kesombongan karena fisik yang kuat, mendustakan kenabian nabi Hud dan kesyirikan. Dibinasakan dengan angin topan yang sangat dahsyat dan dingin.
3. Kisah Fir'aun - Nabi Musa: Kesombongan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Dibinasakan dengan ditenggelamkan di tengah lautan.
4. Kisah Kaum Luth - Nabi Luth: Melakukan perbuatan keji homoseksual (Sodom). Dibinasakan dengan dijungkirbalikan bumi mereka.
Tiga jenis hukuman untuk mereka: dilemparkan dari tempat yang tinggi, dirajam dan dibakar.
5. Kaum nabi Nuh : Berbuat kesyirikan karena mengkultuskan orang-orang shaleh, Wadd, Suwa', Yaghuth, Ya'uq dan Nasr'. Dengan membuat patung mereka. Dibinasakan dengan banjir besar.
Beberapa Faedah Ayat-ayat Ini:
- الصبر خلق محمود لازم للدعاة وغيرهم.
- Sabar adalah akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh para da’i dan selainnya.
- التوبة تَجُبُّ ما قبلها وهي من أسباب اصطفاء الله للعبد وجعله من عباده الصالحين.
- Tobat itu menghapus dosa-dosa yang telah berlalu sekaligus sebagai penyebab Allah memilih hamba-Nya serta menjadikannya sebagai bagian dari hamba-hamba-Nya yang saleh.
- تنوّع ما يرسله الله على الكفار والعصاة من عذاب دلالة على كمال قدرته وكمال عدله.
- Bermacam-macam jenis siksa yang dikirimkan oleh Allah kepada orang-orang kafir dan pelaku kemaksiatan adalah bukti atas kesempurnaan kuasaNya dan keadilanNya
📖 Al-Mukhtaṣar fī Tafsīr Al-Qur`ān Al-Karīm hal. 567
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم