Saudaraku...
Kecemburuan adalah masalah sensitif. Karena itu cemburu harus diukur dengan timbangan syari'at agar tidak terjadi pelanggaran. Suami-istri akan selalu merasakan hangatnya kasih sayang dan jalinan cinta, apabila dapat meletakkan perasaan cemburu pada tempatnya secara proposional.
Seorang pria yang jantan harus memiliki sifat cemburu. Kecemburuan ini terpuji selama diletakkan pada tempat yang semestinya. Suatu kali Sa'ad bin Ubadah berkata, “Kalau ketahuan ada seorang lelaki bersama istri saya akan saya potong lehernya dengan pedang sebagai sanksinya.”
Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
أتعجبون من غَيْرة سعد، فوالله لأنا أغير منه، واللهُ أغير مني، من أجل غَيْرة الله حَرَّم الفواحش، ما ظهر منها، وما بطن
“Herankah kalian melihat cemburu Sa'ad itu? Ketahuilah, saya lebih cemburu daripadanya. Dan Allah lebih cemburu daripada saya, Dan karena kecemburuan itu Allah mengharamkan perbuatan keji, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi.” (Hadits riwayat Al-Bukhari).
Bahkan Islam membenci laki-laki dayuts yang tidak memiliki rasa cemburu. Rasulullah ﷺ bersabda:
ثَـلاَثَـةٌ لَا يَدْخُـلُـوْنَ الْـجَـنَّةَ الْـعَـاقُّ لِـوَالِـدَيـْهِ وَ الْـدَيُـْوثُ وَرَ جُـلَـةُ الـنِّـسَـاء.
“Tiga golongan orang yang tidak akan masuk surga: Anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dayuts (laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu), dan perempuan yang menyerupakan diri dengan lelaki.” (Hadits riwayat Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dari Ibnu Umar dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami' (3063).