بِسْـمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم
📚┃Materi : Merenungi Hari Penghisaban Amal 2 - Pertemuan 1
🎙┃ Pemateri : Ustadz Mishbah Abu Zakariya hafizhahullah.
🗓┃ Hari/Tanggal : Ahad, 9 November 2025 M / 18 Jumadil Awwal 1447 H
🕌┃Tempat : Masjid Al-Ikhlas - Safira Residence Singopuran
Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi-Nya, Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan.
Perjalanan pada yaumul akhir adalah bagian dari perjalanan panjang kehidupan kita yang harus kita lalui. Karenanya, kita tidak bisa berleha-leha, berpangku tangan tanpa persiapan dan usaha.
Pada pertemuan sebelumnya telah dibahas bahwa manusia dari Awal sampai akhir akan dikumpulkan di padang Mahsyar tanpa alas kaki dan telanjang, sementara matahari diturunkan sejarah 1-2 mil hingga manusia berkeringat sebagai ujian, tergantung kepada iman dan amal shalih masing-masing.
Pada hari yang sangat panas itu, Allah Ta’ala akan memberikan naungan kepada sebagian hamba pilihan-Nya. Tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya semata.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata:
- Imam (pemimpin) yang adil.
- Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.
- Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.
- Dua orang yang saling mencintai karena Allah, dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.
- Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan: “Sungguh aku takut kepada Allah.”
- Seseorang yang bershodaqoh lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.
- Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.”
(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/143 – Fat-h, dan Muslim, no. 1031).
Selanjutnya manusia akan dihisab dengan mizan, al-mīzān adalah timbangan yang hakiki dan nyata, yang memiliki dua daun timbangan (كِفَّتان) dan satu lidah penunjuk (لسان).
Dengan timbangan inilah amal perbuatan hamba — baik dan buruk — akan ditimbang pada hari keputusan di Padang Mahsyar.
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ ۚ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُم بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ
“Timbangan pada hari itu adalah kebenaran. Maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa ringan timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A‘rāf [7]: 8–9)
Yang ditimbang pada yaumul hisab adalah:
- Niat.
- Keinginan yang sangat kuat.
- Amalan-amalan yang nyata.
Dahsyatnya niat menghasilkan pahala yang besar, Bagi Anda yang tidak mampu beramal dengan harta, Islam yang agung dan penuh rahmat ini masih memberikan niat yang dengannya Anda bisa menyamai orang kaya yang menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Renungkanlah potongan sabda Nabi -shollallohu alaihi wasallam- berikut ini:
“Dunia ini, hanya untuk empat orang… (yang kedua:) seorang hamba yang ِAllah beri rezeki ilmu (agama), Dia tidak memberinya harta, namun orang tersebut baik niatnya, ia mengatakan: ‘seandainya aku memiliki harta, tentu aku akan beramal seperti amalnya si fulan’, maka dia (diberi pahala) dengan sebab niatnya, dan pahala keduanya sama“. (HR. Attirmidzi: 2325, dishahihkan oleh Sy. Albani).
Dari sini, kita bisa mengambil pelajaran berharga bahwa niat adalah sumber pahala yang sangat agung, mudah, dan tanpa modal untuk mendapatkannya. Sudah seharusnya kita benar-benar memperhatikannya… sayangnya, kebanyakan orang malah melalaikannya.
Demikian juga apa yang dikeluhkan para sahabat yang miskin kepada Rasulullah ﷺ:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.”
Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR. Bukhari no. 843).
Abu Shalih yang meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Hurairah berkata,
فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ »
“Orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin kembali menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkata, “Saudara-saudara kami yang punya harta (orang kaya) akhirnya mendengar apa yang kami lakukan. Lantas mereka pun melakukan semisal itu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengatakan, “Inilah karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang ia kehendaki.” (HR. Muslim no. 595).
Demikian halnya dengan para penuntut ilmu dengan tujuan mengangkat kebodohan dalam dirinya dan bertekad menyampaikan kepada orang lain untuk berdakwah, maka jika ajal menjemputnya ia akan mendapatkan pahala yang sempurna.
Maka, jangan putus asa dari menuntut ilmu yang berat. Perhatikan kisah berikut:
Al-Allaamah Ibnul Utsaimin rahimahullah berkata:
Syaikh kami yang penyabar Abdurrahman As-Sa’diy rahimahullah mengkabarkan kepada kami: Bahwasanya beliau menyebutkan kisah tentang Al-Kisaa’i, seorang imam Ahli Kufah di bidang ilmu nahwu, bahwasanya dulu beliau pernah belajar ilmu nahwu tapi tidak kokoh (tidak berhasil). Pada suatu hari dia mendapati seekor semut membawa makanannya dan ia membawanya sambil memanjat dinding. Dan setiapkali memanjat ia terjatuh, akan tetapi ia terus bersabar sampai ia berhasil melampaui rintangan ini dan berhasil memanjat dinding.
Al-Kisaa’i berkata: “Semut ini terus bersabar hingga bisa mencapai tujuannya.” Maka ia terus bersabar hingga menjadi seorang imam dalam ilmu Nahwu.
Oleh karena itu hendaknya kita wahai para penuntut ilmu selalu bersabar dan jangan berputus asa. Karena putus asa itu maknanya menutup pintu kebaikan. Dan sebaiknya kita tidak beranggapn jelek, bahkan kita mesti beranggapan baik dan menjanjikan kepada diri kita kebaikan. (Kitab Al-Ilmi 62).
Di sisi lain, sebagai hamba kita juga hendaknya banyak beristighfar atas segala niat buruk atau amal yang telah kita lakukan.
Jika kita telah berniat berbuat buruk, kemudian kita merubahnya menjadi kebaikan karena ingat Allah ﷻ, maka Allah ﷻ akan ganti menjadi pahala.
Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah #37
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ -فِيْمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى-، قَالَ: «إِنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ: فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ.
وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً» رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِي صَحِيْحَيْهِمَا بِهَذِهِ الحُرُوْفِ.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Tabaraka wa Ta’ala. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga perlipatan yang banyak. Jika dia berniat melakukan keburukan lalu tidak jadi mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu sebagai satu keburukan.” (HR. Bukhari, no. 6491 dan Muslim, no. 131 di kitab sahih keduanya dengan lafaz ini).
Keterangan hadits:
- Hamma: berniat (bertekad)
- Ingatlah, pembicaraan hati tidaklah dicatat dan tidaklah dikenakan hukuman. Sehingga pembicaraan hati tidaklah termasuk hamma. Yang dimaksud dengan hamma adalah bertekad untuk mengerjakan, tetapi datang ketidakmampuan, lantas ia tidak melakukan, seperti ini dicatat kebaikan yang sempurna.
Dan sesungguhnya semuanya telah dicatat, Firman-Nya dalam QS. Al-Infitar: 10-12:
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ *** كِرَامًا كَاتِبِينَ *** يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
Padahal sungguh pada diri kalian terdapat golongan yang mengawasi (10) Golongan mulia yang mencatat (perbuatanmu) (11) Mereka mengetahui apa yang kamu lakukan (12)
Amalan yang ditimbang
- Amalan perbuatan: Segala amal kebaikan dan keburukan yang dilakukan manusia selama di dunia akan ditimbang di mizan.
- Catatan amal: Lembaran-lembaran catatan amal akan diletakkan di timbangan untuk melihat berat timbangannya. Misalnya, kartu yang berisi kalimat syahadat dapat lebih berat daripada catatan dosa yang sangat banyak, seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadis bitaqah yang diriwayatkan Tirmidzi.
- Manusia itu sendiri: Berat ringannya timbangan seseorang akan tergantung pada keimanan dan akhlaknya, yang tercermin pada perbuatannya.
Faktor yang memberatkan timbangan: Kuatkan Tauhid - Jauhi Syirik
Di antara keutamaan orang yang mati dan bersih dari syirik adalah jika ia membawa dosa yang begitu banyak, bahkan dosa sepenuh bumi maka itu bisa terhapus atau diampuni karena ketauhidan yang ia miliki. Jadi, syaratnya adalah asalkan ia bersih dari syirik.
Dalam hadits qudsi dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi kemudian engkau tidak berbuat syirik pada-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi itu pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Sanad hadits ini hasan sebagaimana dikatakan oleh Al Hafizh Abu Thohir).
Semoga kita akan dimudahkan dalam yaumil hisab kelak. Aamiin.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم