بِسْـمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم
📚┃Materi :Sebab-sebab Keamanan suatu Negeri
🎙┃ Pemateri : Ustadz Abu Nafi' Sukadi hafizhahullah.
🗓┃ Hari, Tanggal : Ahad , 31 Agustus 2025 M / 7 Rabi’ul awal 1447
🕌┃ Tempat : Masjid Al-Ikhlas - Safira Residence Singopuran
- 1. Iman dan amal shalih.
- 2. Menegakan Tauhid
- 3. Memenuhi seruan Rasul.
- 4. Istiqamah di jalan kebenaran dan keimanan
- 5. Pandai dalam mengurus harta
- 6. Amar makruf dan nahi munkar
- 7. Menasehati pemimpin dengan cara yang ma’ruf
- 8. Berhukum dengan syari'at Allah ﷻ
- 9. Pemimpin yang kuat
- 10. Penduduknya berhias dengan akhlak yang baik.
- 11. Bermunajat dan berdo'a
Keamanan suatu negeri menunjukkan sesuatu yang penting. Lihatlah do'a Nabi ﷺ yang pertama kali menginjakkan kaki di Mekah adalah minta rasa aman.
Maka Ibrahim berdo'a seperti termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 126:
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنْ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
ʀᴀʙʙɪᴊ’ᴀʟ ʜᴀᴅᴢᴀ ʙᴀʟᴀᴅᴀɴ ᴀᴀᴍɪɴᴀɴ ᴡᴀʀᴢᴜQ ᴀʜʟᴀʜᴜ ᴍɪɴᴀꜱᴛ ꜱᴛᴀᴍᴀʀᴀᴀᴛɪ ᴍᴀɴ ᴀᴀᴍᴀɴᴀ ᴍɪɴʜᴜᴍ ʙɪʟʟᴀʜɪ ᴡᴀʟʏᴀᴜᴍɪʟ ᴀᴀᴋʜɪʀ
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian".
Kemudian setelah meninggalkan Mekah sekian waktu, kemudian kembali dan beliau berdo'a meminta aman, seperti termaktub dalam surat Ibrahim ayat 35:
رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ
ʀᴀʙʙɪᴊ'ᴀʟ ʜĀŻᴀʟ-ʙᴀʟᴀᴅᴀ Āᴍɪɴᴀᴡ ᴡᴀᴊɴᴜʙɴĪ ᴡᴀ ʙᴀɴɪʏʏᴀ ᴀɴ ɴᴀ'ʙᴜᴅᴀʟ-ᴀṢɴĀᴍ
Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
Karena beliau tahu akan pentingnya keamanan, pokok kemaslahatan agama dan negeri adalah aman. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” - (QS. Al Quraisy: 1-4)
Demikian juga Nabi ﷺ memberikan indikasi pentingnya nikmat aman. Dari ’Ubaidillah bin Mihshan Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 2346, Ibnu Majah no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).
Apa saja hal-hal yang menjadikan suatu negeri menjadi aman? Berikut penjelasannya:
1. Iman dan amal shalih.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf Ayat 96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Dari ayat ini, keberkahan dari langit dan dari bumi akan didapat dengan sebab iman dan takwa.
Dalam surat Al-An'am ayat 48,Allah ﷻ berfirman :
فَمَنْ ءَامَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
Ayat ini juga memberikan jaminan tidak ada rasa takut dan sedih, bagi yang beriman. Yaitu mengimani perkara-perkara yang wajib diimani (rukun iman). Kemudian وَأَصْلَحَ (memperbaiki) imannya dan amalannya.
Maka, amalan-amalan yang bagus adalah yang ikhlas dan muttaba'ah. Allah ﷻ berfirman:
قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
(Salah satu dari anak Adam Itu) berkata: Sesungguhnya Allah Ta’ala hanya menerima amalan dari orang yang bertaqwa. (QS. Al Maidah: 27)
Maka, suatu negeri akan diperbaiki jika mereka beriman dan bertakwa. Sebaliknya akan menjadi hina dengan sebab kemaksiatan. Karena kemaksiatan sumber kerusakan...
Firman Allah Ta’ala,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
Di tempat lain Allâh Azza wa Jalla berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. [ar-Rûm/30:41]
Dan adanya pemimpin yang dzalim disebabkan karena banyaknya kemaksiatan rakyatnya. Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-An’am Ayat 129:
وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّى بَعْضَ ٱلظَّٰلِمِينَ بَعْضًۢا بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.
Dikisahkan bahwa seorang khawarij pergi bertemu dengan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, kemudian berkata, “Wahai Khalifah, mengapa pada masa pemerintahanmu engkau banyak dikritik oleh orang-orang yang tidak seperti orang-orang yang ada pada masa kepemimpinan khalifah Abu Bakar dan Umar?”.
Kemudian Ali bin Abi Thalib menjawab, “Ini dikarenakan pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku. Sedangkan rakyatku adalah engkau dan orang-orang yang semisalmu! (Syarah Riyadhus Shalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin).
Maka, munculnya pemimpin yang dzalim bisa jadi akibat perbuatan rakyatnya.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمِ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allâh agar kamu tidak mendapatinya:
1. Tidaklah perbuatan keji (seperti bakhil, zina, minum khamr, judi, merampok dan lainnya) dilakukan pada suatu masyarakat dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar wabah penyakit thâ’un dan penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang dahulu yang telah lewat.
2. Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan paceklik, kehidupan susah, dan kezhaliman pemerintah.
3. Tidaklah mereka menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan.
4. Orang-orang tidak membatalkan perjanjian Allâh dan perjanjian Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh dari selain mereka (orang-orang kafir) menguasai mereka dan merampas sebagian yang ada di tangan mereka.
5. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak menghukumi dengan kitab Allah, dan memilih-milih sebagian apa yang Allâh turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan di antara mereka.
HR Ibnu Mâjah, no. 4019; al-Bazzar; al-Baihaqi; dari Ibnu Umar. Dishahîhkan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahîhah, no. 106; Shahîh at-Targhîb wat-Tarhîb, no. 764.
Maka, kebangkitan suatu negeri disebabkan oleh iman dan amal shalih, sementara kejatuhan suatu negeri disebabkan maksiat.
2. Menegakan Tauhid
Maka, do'a nabi Ibrahim alaihissalam pada do'a pertama adalah meminta aman dan rezeki (QS Al-Baqarah ayat 126), kemudian disusul dengan do'a kedua meminta aman dan tauhid (QS. Ibrahim ayat 35).
Maka, Allah ﷻ berfirman dalam surat Al-An’am Ayat 82:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Maka, syirik akan menghilangkan rasa aman, negeri menjadi hancur. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ السَّمَوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92)
“Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (QS. Maryam: 88-92)
Dalam surat Ali Imran ayat 151:
سَنُلْقِى فِى قُلُوبِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ٱلرُّعْبَ بِمَآ أَشْرَكُوا۟ بِٱللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِۦ سُلْطَٰنًا ۖ وَمَأْوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ ۚ وَبِئْسَ مَثْوَى ٱلظَّٰلِمِينَ
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.
Maka, tauhid adalah kunci keamanan suatu negeri. Dakwahkan tauhid seperti yang didakwahkan para Nabi dan Rasul. Demikian juga kehancuran suatu negeri adalah syirik, kita lihat negeri Saba, 'ad, Madyan dan lainnya, semuanya disebabkan karena tidak beriman dan beramal shalih.
Kedua-duanya tercakup dalam surat annur ayat 55:
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Allah ﷻ menjanjikan tiga hal dalam ayat ini:
1. Berkuasa di bumi sebagaimana orang sebelum mereka.
2. Kokohnya agama
3. Ganti rasa takut dengan keamanan
Ketiganya akan didapat jika: beriman yaitu tidak mensekutukan Allah ﷻ dan Beramal shalih (takwa). Inilah pokok agama dan keamanan suatu negeri.
3. Memenuhi seruan Rasul.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-anfal ayat 24:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَجِيبُوا۟ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَقَلْبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.
Karena kehidupan hati dan kehidupan ruh akan membentuk keluarga dan masyarakat yang baik, maka muncullah keamanan. Yaitu bagi orang-orang yang jika mereka diperintah akan berkata sami'na wa atha'na.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nur Ayat 51
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata bahwa sikap orang yang beriman, jika datang nash perintah yang sudah jelas dari RasulNya, maka akan langsung taat, bukan menanyakan ini dan itu, apakah ini sunnah atau wajib. Kalau sunnah gak dikerjakan.
Padahal sunnah dalam hal ini adalah bukan sunnah tarkiyah, tapi sunnah untuk dilaksanakan.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an surat anur ayat 63:
فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
Maka, sikap jika seseorang mendengar perintah Allah ﷻ dan Rasul-Nya, maka langsung mendengar dan taat.
Kita lihat contoh sahabat. Ketika dilarang memakai cincin emas...
Dari Kuraib -budak- Ibnu ‘Abbas dari ‘Abdullah bin ‘Abbas; Bahwa Rasulullah ﷺ pernah melihat sebuah cincin emas di tangan seorang laki-laki. Lalu beliau mencopot cincin tersebut dan langsung melemparnya seraya bersabda: “Salah seorang di antara kalian menginginkan bara api neraka dan meletakkannya di tangannya?.” Setelah Rasulullah ﷺ pergi, seseorang berkata kepada laki-laki itu; ‘Ambilah cincin itu untuk kamu ambil manfaat darinya.’ Lelaki tersebut menjawab; ‘Tidak, Demi Allah aku tidak akan mengambil cincin itu selamanya, karena cincin itu telah di buang oleh Rasulullah.” (H.R Muslim)
Demikian juga saat larangan minum khamr turun wahyunya. Setelah tahu bahwa khamr diharamkan maka bergegaslah para sahabat mengeluarkan khamr dari rumah-rumah mereka. Kemudian ditumpahkan sampai khamr membanjiri jalan-jalan kota Madinah. Dalam sebuah hadits, dari riwayat Bukhari dan Muslim. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku dulu adalah orang yang menuangkan khamr dirumahnya Abu Talhah. Turunlah ayat yang menunjukkan tentang khamr telah diharamkan. Kemudian ada sahabat yang menyeru. Lalu Abu Talhah berkata, ‘keluarlah wahai Anas, kemudian lihat suara apa itu?’. Maka akupun keluar dan melihat ada sahabat yang menyeru. Seruannya adalah, ‘ketahuilah bahwa khamr telah diharamkan’. Maka Abu Talhah berkata kepadaku, ‘Pergilah dan tumpahkan khamr itu’. Maka khamr itu mengalir di jalan-jalan di kota Madinah”.
4. Istiqamah di jalan kebenaran dan keimanan
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Jin Ayat 16:
وَأَلَّوِ ٱسْتَقَٰمُوا۟ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَٰهُم مَّآءً غَدَقًا
Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).
Maka istiqomah:
1. Al-I'tidal (Lurus) , tidak menambah dan mengurangi dalam masalah agama.
2. Tamassuku bishiratil mustaqim: Pegang teguh agama. Bukan hanya simbol dan pengakuan.
3. Adamul infiraq, Tidak menyimpang ke kanan dan kiri.
Maka, dalam agama dilarang ghuluw, ghuluw dalam agama bermakna tidak itidal dan lurus, artinya melampaui batas. Allah berfirman:
لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ
“Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu.” [An-Nisaa’/4: 171]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ اَلْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ.
“Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”[HR. Ahmad (I/215, 347), an-Nasa-i (V/268), Ibnu Majah (no. 3029), Ibnu Khu-zaimah (no. 2867) dan lainnya ]
5. Pandai dalam mengurus harta
Kita lihat kisah sukses nabi yusuf yang Ahli dalam penyimpanan harta.Usai memaknai mimpi, Yusuf melanjutkan nasihatnya pada sang raja. “Hendaklah engkau bertanam 7 tahun lamanya sebagaimana biasa. Maka apa yang engkau tuai hendaknya kau biarkan di bulirnya, kecuali sedikit untuk engkau makan.” [Surah Yusuf ayat 47]
Selain membuat prakiraan kondisi di masa depan, Yusuf juga memberikan solusinya. Mengingat 7 tahun masa panen diikuti 7 tahun masa paceklik, hendaknya kita menyimpan hasil panen tetap dalam bulirnya sebagai cadangan saat paceklik tiba.
Sejarah membuktikan, walaupun menghadapi masa paceklik, rakyat Mesir tetap Makmur lantaran ada yang disimpan dari hasil panen sebelumnya. Sampai rakyat dari negeri tetangga yang kelaparan pun meminta bantuan mereka.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 262:
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَآ أَنفَقُوا۟ مَنًّا وَلَآ أَذًى ۙ لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Maka, orang-orang yang mengatur harta dan menginfakkan di jalan kebenaran akan beruntung karena tiga sebab:
1. Balasan Allah ﷻ
2. Hilang takut dan sedih
3. Aman
Karena fungsi harta sebagai penopang dan kemaslahatan. Bukan ishraf dan tadbir.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Al-Isra ayat 16:
وَإِذَآ أَرَدْنَآ أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا۟ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا ٱلْقَوْلُ فَدَمَّرْنَٰهَا تَدْمِيرًا
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Dan ini sesuai dengan apa yang diindikasikan Nabi ﷺ:
فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ))
Maka demi Allah! Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kalian. Akan tetapi aku khawatir akan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun berlomba-lomba padanya sebagaimana mereka berlomba-lomba padanya. Kemudian dunia itu akan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka.” (HR. Al-Bukhariy no.3158 dan Muslim no.2961)
Maka, hancurnya negeri karena berlomba-lomba dalam mengejar harta dan sifat bakhil karena tamak terhadap dunia.
Hati-hati dari sifat suhh (bakhil dan rakus). Dicatat oleh Abu Daud (2511), Ibnu Hibban (808), Ahmad (2/302),
عَنْ مُوسَى بْنِ عَلِيِّ بْنِ رَبَاحٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ مَرْوَانَ ، قَالَ : سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” شَرُّ مَا فِي رَجُلٍ شُحٌّ هَالِعٌ وَجُبْنٌ خَالِعٌ “
Dari Musa bin Ali bin Rabbah, dari ayahnya, dari Abdul Aziz bin Marwan, ia berkata, aku mendengar Abu Hurairah berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Seburuk-buruk sifat yang ada pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit dan sifat pengecut yang sangat pengecut”
6. Amar makruf dan nahi munkar
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 104:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Jika tidak ada maka lihatlah ancaman Allah ﷻ dalam surat Al-Ma'idah ayat 78-79:
لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنۢ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ. كَانُوا۟ لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ
Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.
Mereka dilaknat atas sikap maksiat, melampaui batas dan tanpa amar ma'ruf dan nahi mungkar. Karena seperti naik kapal, perlu kerjasama diantara semua komponen di kapal tersebut. Hingga kapal tidak tenggelam.
7. Menasehati pemimpin dengan cara yang ma’ruf
Yaitu dengan cara:
1. Membantu dalam kebenaran, mendukung program yang membangun.
2. Taat dalam hal yang makruf bukan dalam hal kemaksiatan
3. Mengingatkan mereka dengan lemah lembut.
Kita Contoh sikap Nabi Musa dan Harun, tatkala menasehati Fir’aun:
فَقُولَا لَهُۥ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.
Mengingatkan dengan diam-diam yang tidak memunculkan kebencian. Bukan dengan demo dan spanduk atau di mimbar. Imam Asy Syafi'i rahimahullah berkata: "Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku".
8. Berhukum dengan syari'at Allah ﷻ
Karena syariát Allah ﷻ menjaga lima kemaslahatan hidup (dharûriyatul-khamsi):
1. Menjaga Agama (Hifzhud Diin)
Karena manusia dan jin diciptakan untuk beribadah. Maka, Allah ﷻ mengutus para Rasul-Nya untuk menjaga agama ini. Jika beragama tidak sesuai contoh Nabi ﷺ maka akan menghancurkan agama. Jika Berhukum dengan selain Allah, maka Allah ﷻ jadikan permusuhan dan tertumpah darah diantara mereka.
2. Menjaga Jiwa (Hifzhun-Nafsi).
Menjaga jiwa juga termasuk dharûriyatul-khamsi, dan din tidak akan bisa tegak, jika tidak ada jiwa-jiwa yang menegakkannya. Kalau kita ingin menegakkan din, artinya, kita harus menjaga jiwa-jiwa yang akan menegakkan din ini.
3. Menjaga Akal (Hifzhul-Aqli).
Sarana untuk menjaga akal ialah ilmu.
Kalimat wahyu pertama kali yang sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyentuh telinga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah kalimat iqra’ (bacalah!) sebagai gerbangnya ilmu.
4. Menjaga Keturunan (Hifzhun-Nasli).
Di antara dharûriyyâtul-khams yang dipelihara dan dijaga dalam syari’at, yaitu menjaga keturunan.
5. Menjaga Harta (Hifzhul Mali).
Yakni sesuatu yang menjadi penopang hidup, kesejahteraan dan kebahagiaan, yaitu menjaga harta.
9. Pemimpin yang kuat
1. Beribadah kepada Allah
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya Ayat 73:
وَجَعَلْنَٰهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ ٱلْخَيْرَٰتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءَ ٱلزَّكَوٰةِ ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا عَٰبِدِينَ
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,
2. Sabar dan yakin
Sebagaimana firman-Nya dalam Surat As-Sajdah Ayat 24:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.
3. Sifat ar-rujulah (lelaki sejati)
Seperti terkait dengan masjid dan suka menyucikan jiwa, tahan terhadap godaan dunia, Idealisme dalam kebenaran tidak mudah goyah, Jujur dan menepati janji, Menolong agama dan Bertanggung jawab atas keluarga.
4. Berhias dengan akhlak khusus bagi pemimpin
Ilustrasi sederhana seorang pemimpin yang berakhlak sebagaimana dalam firman Allah ﷻ: "Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS. At-Taubah 9: Ayat 128)
Demikian juga akhlak yang menghiasi sifat amanah dan kemampuan memimpin.
5. Akhlak secara umum
Selalu menghiasi dirinya dengan sikap yang lembut dan jujur dalam bersikap. Ilmunya kuat dan diterapkan dalam menjalankan kepemimpinannya, baik dari pengalaman atau belajar.
10. Penduduknya berhias dengan akhlak yang baik.
Dari Aisyah rodhiyaallahu ’anha, bahwasanya Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya :
إِنَّهُ مَنْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ فَقَدْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ، وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ
”Sesungguhnya barang siapa yang diberikan bagiannya berupa kelemahlembutan, maka sungguh ia telah diberikan bagiannya berupa kebaikan dunia dan Akhirat. Menyambung tali kekerabatan, akhlak yang baik, dan berbuat baik kepada tetangga memakmurkan negeri dan menambah umur.” (HR. Ahmad, dan dinyatakan shahih dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 519)
11. Bermunajat dan berdo'a
Seperti halnya contoh dari Nabi Ibrahim alaihissalam. Maka Ibrahim berdo'a:
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنْ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
ʀᴀʙʙɪᴊ’ᴀʟ ʜᴀᴅᴢᴀ ʙᴀʟᴀᴅᴀɴ ᴀᴀᴍɪɴᴀɴ ᴡᴀʀᴢᴜQ ᴀʜʟᴀʜᴜ ᴍɪɴᴀꜱᴛ ꜱᴛᴀᴍᴀʀᴀᴀᴛɪ ᴍᴀɴ ᴀᴀᴍᴀɴᴀ ᴍɪɴʜᴜᴍ ʙɪʟʟᴀʜɪ ᴡᴀʟʏᴀᴜᴍɪʟ ᴀᴀᴋʜɪʀ
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian".
رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ
ʀᴀʙʙɪᴊ'ᴀʟ ʜĀŻᴀʟ-ʙᴀʟᴀᴅᴀ Āᴍɪɴᴀᴡ ᴡᴀᴊɴᴜʙɴĪ ᴡᴀ ʙᴀɴɪʏʏᴀ ᴀɴ ɴᴀ'ʙᴜᴅᴀʟ-ᴀṢɴĀᴍ
Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم