ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
Setelah memuji Allâh dan bershalawat atas Nabi ﷺ Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat Sunnah, hingga saat ini kita masih termasuk golongan yang mengikuti kebenaran.
Dari Umar bin Khatab Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الحَقِّ، حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Selalu akan ada kelompok dari umatku akan membela kebenaran hingga datang hari kiamat.” (HR. Muslim no. 1921).
Satu hal yang menjadi catatan penting di awal kajian adalah, ketakwaan bukan hanya mengikuti hak-hak Allah ﷻ saja, seperti haji, sedekah, shalat, membaca Al-Qur’an dan lainya, sementara tidak memperhatikan hubungan dengan sesama manusia, yaitu akhlak.
Maka, takwa mencakup semua yang diperintahkan Allah ﷻ seperti akhlak yang mulia dan semua yang dilarang Allah ﷻ seperti akhlak yang buruk.
Ada satu peringatan keras bagi akhlak kita semuanya, bahwa akhlak yang buruk merupakan salah satu sebab terhalangnya atau tidak diterimanya amal shaleh.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
))ثَلَاثَةٌ لَا تَرْتَفِعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ((
“Ada tiga kelompok yg shalatnya tidak terangkat walau hanya sejengkal di atas kepalanya (tidak diterima oleh Allah).
- Orang yg mengimami sebuah kaum tetapi kaum itu membencinya
- Istri yg tidur sementara suaminya sedang marah kepadanya
- Dua saudara yg saling mendiamkan (memutuskan hubungan).” (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al-Albani, al Misyakah no. 1128)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga bersabda:
وَإِنَّ سُوْءَ الْخُلُقِ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ
“Akhlak yang buruk itu merusak amalan sebagaiman cuka bisa merusak madu.” (HR At-Thobroni dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth (I/259 no 850))
Terdapat hadits Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang menceritakan ketika para sahabat mengadukan kepada beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam tentang wanita yang menyepelekan akhlaq, ia rajin sholat dan puasa sunnah, juga gemar bersedekah, namun tetangganya sering sakit hati karena lisan ataupun ucapannya. Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
لاَ خَيْرَ فِيْهَا، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
“Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penduduk neraka.”
Para sahabat lalu menyampaikan tentang wanita lain,
وَفُلاَنَةُ تُصَلِّي الْمَكْتُوْبَةَ، وَتُصْدِقُ بِأَثْوَارٍ ، وَلاَ تُؤْذِي أَحَداً؟
“Ada wanita lain yang hanya melakukan shalat fardhu (tidak menambah dengan yang sunnah) dan bersedekah dengan gandum ala kadarnya, namun ia tidak mengganggu tetangganya.”
Beliau bersabda,
هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Dia adalah dari penduduk surga” [Silsilah Shohihah 190]
Keutamaan-Keutamaan Akhlak Mulia
1. Allah ﷻ memuji Akhlak Rasulullah ﷺ dan Bersumpah akan Hal itu
نٓ ۚ وَٱلْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ
Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,
Allah ﷻ bersumpah dengan ayat yang mulia ini karena sesuatu yang besar, kemudian memuji pada ayat ke empat:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Al-Qalam ayat 5).
Maka tentu kita harus mencontoh akhlak Rasulullah ﷺ, yang disebut sebagai akhlak Al-Qur’an.
Bunda Aisyah Radhiyallahu’anhu (saat beliau ditanya oleh para Sahabat tentang bagaimana akhlak Rasulullah ﷺ.):
كان خلقه القرآن (رواه مسلم)
Akhlak Rasulullah ﷺ adalah Al-Qur'an (HR Muslim).
Maka, bukan contoh yang baik, jika Ustadz atau tokoh agama, tidak mencontohkan akhlak yang baik.
2. Rasulullah ﷺ disuruh untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”
HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273 (Shahiihul Adabil Mufrad no. 207), Ahmad (II/381), dan al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 45).
3. Akhlak Mulia adalah Faktor Terbesar Masuk Surga
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى»، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: «مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى» [صحيح] - [رواه البخاري] - [صحيح البخاري: 7280]
Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Seluruh umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang enggan itu?" Beliau menjawab, "Orang yang menaatiku akan masuk surga. Adapun orang yang mendurhakaiku, maka ia telah enggan." [Sahih] - [HR. Bukhari] - [Sahih Bukhari - 7280]
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ الْجَنَّةَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
“Perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi, no. 2004 dan Ibnu Majah, no. 4246)
Manusia adalah makhluk sosial, maka manusia terbaik adalah yang bersosialisasi dan bersabar atas gangguan manusia.
Sabar dengan gangguan orang lain adalah amal shaleh yang mulia. Orang yang mengamalkannya menempati kedudukan yang tinggi dalam kebaikan, keutamaan, dan derajat keimanan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ.
Seorang mukmin yang bergaul di tengah masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka, itu lebih baik dari pada seorang mukmin yang tidak bergaul di tengah masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka. [HR. At Tirmidzi].
4. Akhlak adalah Barometer Keimanan Seseorang
Di antara dalil-dalil yang mendukung hal ini adalah sabda Nabi,
وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ
“Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin shalat.” ([HR. Tirmidzi no. 2003])
Dalil lainnya adalah Nabi menjadikan barometer keimanan seseorang dengan akhlak mulia. Nabi bersabda,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
“Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya.” ([HR. Tirmidzi no. 1162 dan Ibnu Majah no. 1987])
Berdasarkan hadits di atas pula seseorang tidak boleh menyepelekan akhlaknya kepada istrinya, karena itulah barometer akhlak seseorang. Seorang suami yang berada di luar rumahnya, dia bisa saja sok alim, sok baik, sok dermawan kepada orang-orang yang dijumpainya. Adapun di dalam rumahnya, dia tidak bisa memanipulasi akhlaknya. Demikian pula jika di luar rumah, seseorang akan berpikir jika ingin memukul orang lain. Adapun di dalam rumahnya, mudah saja baginya jika ingin menzalimi istrinya, ingin menampar dan memukuli istrinya, toh istrinya lemah dan tidak bisa melawannya.
Tidak Akan berkumpul sifat Kikir dan keimanan dalam hati seorang hamba. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
وَلاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا
“Tidak akan berkumpul sifat kikir dan keimanan dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (HR. An-Nasa’i no. 3110)
Hadits ini mengandung makna:
1. Tidak patut seorang mukmin memiliki sifat bakhil dan Kikir.
2. Tidak sempurna iman seseorang jika ada sifat bakhil dalam dirinya.
3. Mustahil dua hal ini berkumpul pada seorang mukmin.
5. Mendapatkan kecintaan Rasulullah ﷺ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ أَحْسَنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR.Bukhari 3759)
Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada Al-Asyaj bin Abdul Qois radhiyallahu anhu:
إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ
“Sesungguhnya pada dirimu ada dua hal yang dicintai oleh Allah; santun dan hati-hati (tidak tergesa-gesa).” (HR.Muslim 126)
Ada yang ulama mengatakan, yang menjadi fokus kita adalah bukan bagaimana kita mencintai tetapi bagaimana kita dicintai.
6. Derajat Surga ditentukan dengan Ketinggian Akhlak
Adapun tempat yang paling tinggi di surga, maka Rasulullah pernah menjelaskan bahwa tempat yang paling tinggi di surga adalah Firdaus. Nabi bersabda:
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّة
”Apabila kalian meminta kepada Allah, maka mintalah Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus adalah bagian paling tengah dan paling tinggi di surga, dan di atasnya ada ‘Arsy Allah, dan dari Firdaus lah terpancar sungai-sungai surga.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Imam Al-Albani)
Allah berfirman:
وَلِكُلّٖ دَرَجَٰتٞ مِّمَّا عَمِلُواْۖ وَلِيُوَفِّيَهُمۡ أَعۡمَٰلَهُمۡ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ
“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”. (QS. al-Ahqaf : 19)
Nabi bersabda,
أَنَا زَعِيمُ بِبَيْتٍ فِي أَعَلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Aku menjamin istana di atas surga bagi orang yang memperindah akhlaknya.” (HR. Abu Dawud no. 4800)
7. Akhlak Mulia memperbanyak Pahala
Hasan Al-Bashri mengatakan,
حَقِيْقَةُ حُسْنُ الْخُلُقِ بَذْلُ المَعرُوْفِ وَكَفُّ الأَذَى وطَلاَقَةُ الوَجْهِ
“Hakikat akhlak mulia adalah mudah berbuat baik kepada orang lain, tidak mengganggu orang lain, dan wajah yang sering berseri-seri karena murah senyum.” ([Al-Minhaaj Syarh Sahih Muslim, karya An-Nawawi, 15/78])
Jika pada diri seseorang terkumpul tiga sifat ini, maka dia telah dikatakan memiliki akhlak yang baik. Hendaknya kebaikan semisal senyum walaupun tampak sepele tetapi jangan diremehkan. Nabi bersabda,
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun juga walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah berseri.” ([HR. Muslim no. 2626 ])
8. Rasulullah ﷺ sering Berdo'a Meminta Akhlak yang Mulia
Jika Rasulullah ﷺ Yang sudah ditazkiyah Allah ﷻ berakhlak baik saja masih berdo'a untuk diberikan Akhlak mulia, bagaimana lagi dengan kita?
Karenanya kita diajarkan agar berdoa.
اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي
ᴀʟʟᴀʜᴜᴍᴍᴀ ᴋᴀᴍᴀᴀ ʜᴀꜱꜱᴀɴᴛᴀ ᴋʜᴀʟQʏ, ꜰᴀʜᴀꜱꜱɪɴ ᴋʜᴜʟᴜQʏ
“Wahai Allaah sebagaimana Engkau telah membaguskan tubuhku, maka baguskanlah akhlak ku.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk selalu mengamalkan ilmu dan memperbagus Akhlak. Aamiin.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم