بِسْـمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم
📚┃Materi : Kitab Adabul Mufrad | Hadits: https://shamela.ws
🎙┃ Pemateri : Ustadz Yunan Hilmi, Lc Hafizhahullah (Pengajar Ilmu Syar'i Pondok Pesantren Imam Bukhori)
🗓┃ Hari/ Tanggal : Senin, 10 November 2025 M / 19 Jumadil Awal 1447 H
🕌┃Tempat : Masjid Al-Ikhlas - Adi Sucipto Jajar Solo.
📖┃Daftar Isi:
٢٧١ - بَابُ الْحَيَاءِ
Bab-271: Malu
📖 Hadits ke-601: Keutamaan Sifat Malu dan Celaan Sifat Keji
601. Ibrahim bin Musa mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abdurrazzaq mengabarkan kepada kami dari Ma'mar, dari Tsabit Al-Bunaniy:
٦٠١ - عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَا كَانَ الْحَيَاءُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا كَانَ الْفُحْشُ فِي شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ». صحيح.
Dari Anas bin Malik, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Tidaklah malu ada pada sesuatu melainkan akan mengelokkannya, dan tidaklah kekejian ada pada sesuatu melainkan akan memburukkannya.'
- Shahih. Diriwayatkan Ahmad (3/165), At-Tirmidziy: Kitab Al-Birr wash-shilaah. Bab Maa Jaa'a fiil Fuhsyi wattafahhusy (1974) dan lbnu Majah: Kitab Az-Zuhud. Bab Al-Hayaa' (4185). Lihat hadits yang tetah lalu pada nomor (466).
- Makna زَانَهُ : Membaguskan dan membuatnya sempurna.
- Makna الْفُحْشُ : Semua hal yang sangat buruk, baik berupa perbuatan dosa maupun kemaksiatan serta semua bentuk ucapan maupun perbuatan yang buruk.
- Keutamaan sifat malu dan anjuran agar memilikisifat malu.
- Celaan terhadap kekejian dan anjuran agar meninggalkannya.
*****
📖 Hadits ke-602: Nasehat Tentang Malu
602. Isma'il mengabarkan kepada kami, ia berkata: Malik mengabarkan kepadaku dari lbnu Syihab:
٦٠٢ - عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِرَجُلٍ يَعِظُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ، فَقَالَ: «دَعْهُ، فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الْإِيمَانِ» صحيح.
Dari Salim, dari ayahnya bahwa Rasulullah ﷺ pernah suatu kali melewati seorang laki-laki yang sedang menasehati saudaranya tentang malu. Beliau lalu bersabda, "Biarkan ia, karena malu adalah bagian dari iman."
- Diriwayatkan At-Bukhariy: Kitab Al-Iimaan. Bab Al-Hayaa' (24), dan Kitab Al-Adab. Bab Al-Hayaa' (6118) dan Muslim: Kitab Al-iimaan. Bab Bayaani 'adadi syu'abil iimaan (59).
(...) Abdullah mengabarkan kepada kami, ia berkata, 'Abdul 'Aziz bin Abi Salamah mengabarkan kepadaku dari Ibnu Syihab, dari Salim:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رَجُلٍ يُعَاتِبُ أَخَاهُ فِي الْحَيَاءِ، كَأَنَّهُ يَقُولُ: أَضَرَّ بِكَ، فَقَالَ: «دَعْهُ، فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الْإِيمَانِ»
Dari lbnu 'Umar, ia berkata, "Nabi ﷺ melewati seorang lelaki yang sedang mencela saudaranya tentang malu, kurang lebih ia berkata, 'ltu merugikanmu.' Maka beliau bersabda, 'Biarkan ia, karena malu adalah bagian dari iman.
- Makna يَعِظُ فِي الْحَيَاءِ: Menasehatinya agar tidak terlalu pemalu. Seakan-akan orang tersebut terlalu pemalu dan hal itu menghalanginya untuk meminta hak-haknya. Kemudian ia dicela oleh saudaranya karena sifat malunya itu. Lalu Nabi ﷺ bersabda kepadanya, "Biarkan ia." Maksudnya, biarkan ia berada di atas akhlak yang sesuai dengan Sunnah ini. Kemudian beliau menegaskan lagi bahwa malu termasuk bagian dari iman.
- Makna فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الْإِيمَانِ : Artinya, sifat malu dapat menghalangi orang yang memilikinya dari terjerumus ke dalam perbuatan maksiat sebagaimana iman menghalangi pemiliknya dari kemaksiatan. Karena itu, malu disebut iman begitu pula segala sesuatu disebutkan dengan nama yang dapat menempati kedudukannya. Walhasil, penyebutan malu secara mutlak sebagai iman merupakan majaz.
*****
📖 Hadits ke-603: Malaikat Malu kepada Utsman
603. Abur Rabi' mengabarkan kepada kami, ia berkata: Isma'il mengabarkan kepadaku, ia berkata: Muhammad bin Abi Harmalah mengabarkan kepadaku:
٦٠٣ - عَنْ عَطَاءٍ وَسُلَيْمَانَ ابْنَيْ يَسَارٍ، وَأَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُضْطَجِعًا فِي بَيْتِي، كَاشِفًا عَنْ فَخِذِهِ أَوْ سَاقَيْهِ، فَاسْتَأْذَنَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَأَذِنَ لَهُ كَذَلِكَ، فَتَحَدَّثَ. ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَأَذِنَ لَهُ كَذَلِكَ، ثُمَّ تَحَدَّثَ. ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَجَلَسَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَوَّى ثِيَابَهُ - قَالَ مُحَمَّدٌ: وَلَا أَقُولُ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ - فَدَخَلَ فَتَحَدَّثَ، فَلَمَّا خَرَجَ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ تَهَشَّ وَلَمْ تُبَالِهِ، ثُمَّ دَخَلَ عُمَرُ فَلَمْ تَهَشَّ وَلَمْ تُبَالِهِ، ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ فَجَلَسْتَ وَسَوَّيْتَ ثِيَابَكَ؟ قَالَ: «أَلَا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ؟». صحيح
Dari 'Atha' dan Sulaiman yang keduanya adalah putera Yasar, dan Abu Salamah bin 'Abdirrahman bahwa Aisyah berkata, "Nabi ﷺ tengah berbaring di rumahku dalam keadaan paha atau betisnya tersingkap. Lalu Abu Bakar meminta izin (untuk bertemu). Beliau pun memberinya izin sementara beliau dalam keadaan demikian. Lalu Abu Bakar berbicara. Kemudian 'Umar pun meminta izin (untuk bertemu). Beliau memberinya izin sementara beliau masih dalam keadaan demikian. Dan 'Umar pun berbicara. Kemudian 'Utsman meminta izin (untuk bertemu). Lalu beliau ﷺ duduk dan merapikan pakaiannya. -Muhammad berkata, 'Aku tidak menyatakan dalam satu hari.'- Lalu ia masuk dan berbicara. Setelah keluar; ia berkata, 'Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, Abu Bakar masuk tetapi engkau tidak terperanjat dan tidak tergopoh menyambutnya, demikian pula ketika 'Umar masuk. Tetapi, ketika 'Utsman masuk menemuimu, engkau langsung duduk dan merapikan pakaianmu?' Beliau menjawab, 'Apakah aku tidak boleh malu. kepada seorang lelaki yang malaikat saja malu kepadanya?"'
- Diriwayatkan Muslim: Kitab Fadhaa'ilush Shahaabah. Bab Min fadhaaili Utsman bin Affan (26).
- Makna لَمْ تَهَشَّ : Al-hasyasyah artinya wajah yang ceria dan pertemuan yang baik.
- Makna لَمْ تُبَالِهِ : Tidak meyambut dan merayakan kedatangannya.
- Berdasarkan hadits ini, kalangan Malikiyah dan selain mereka berpendapat bahwa paha tidak termasuk aurat. Akan tetapi mereka tidak memiliki hujjah dalam masalah ini, bahwa ia ragu apakah yang terbuka itu dua betis atau dua paha. Dalam hal ini tidak ada kepastian tentang bolehnya membuka paha.
- Lihat penjelasan hadits no. 600 tentang keutamaan 'Utsman bin 'Affan dan kedudukan sifat malu dalam Islam.
*****
٢٧٢ - بَابُ مَا يَقُولُ إِذَا أَصْبَحَ
Bab-272: Do'a yang Dibaca pada Waktu Pagi
📖 Hadits ke-604: Disyari'atkannya berdzikir pada waktu pagi dan sore
604. Musa mengabarkan kepada kami, ia berkata: Abu Awanah mengabarkan kepada kami, ia berkata, 'Umar mengabarkan kepada kami dari ayahnya:
٦٠٤ -عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَصْبَحَ قَالَ: «أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْحَمْدُ كُلُّهُ لِلَّهِ، لَا شَرِيكَ لَهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ» ، وَإِذَا أَمْسَى قَالَ: «أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ كُلُّهُ لِلَّهِ، لَا شَرِيكَ لَهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ» ضعيف بهذا اللفظ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, 'Apabila Nabi ﷺ memasuki waktu pagi, beliau mengucapkan: 'Ashbahnaa wa ashbahal hamdu kulluhu lillaah, laa syariika lah, laa ilaaha illallaahu wa ilaihin nusyuur.' (Kami memasuki waktu pagi, dan pujian di pagi ini seluruhnya milik Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, dan kepada-Nya (kami) dikumpulkan). Dan apabila memasuki waktu sore, beliau mengucapkan, 'Amsainaa wa amsal mulku lillaah, walhamdu kulluhu lillaah, laa syariika lah, laa ilaaha illallaahu wa ilaihil mashiir,' (Kami memasuki waktu sore, dan kekuasaan di sore ini adalah milik Allah, segala puji semuanya hanya bagi Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, dan kepada-Nya (kami) kembali)."
Dha'if lafazh ini. Di datam sanadnya terdapat 'Umar, ia adalah lbnu Abi Salamah Az Zuhriy Al-Qaadhiy, padanya terdapat kelemahan. Hal itu diutarakan Al-Albaniy datam kitab Shohih Al-Adab Al-Mufrad. Diriwayatkan Al-Bazzar (3105/Kasyful Astaar) melalui Abu 'Awanah. Lihat hadits yang akan datang pada no. (1199).
- Makna إِذَا أَصْبَحَ: Memasuki waktu Shubuh (pagi).
- Makna إِذَا أَمْسَى: Memasuki waktu sore.
- Makna النُّشُورُ: Kebangkitan setelah mati.
- Makna الْمَصِيرُ: Tempat kembali
- Disyari'atkannya berdzikir pada waktu pagi dan sore yang keduanya merupakan waktu paling mulia.
- Kehidupan seorang hamba hendaknya selaru berkaitan dengan manhaj Allah.
- Allah adalah Yang Mahadiraja. Milik-Nya-lah seluruh kekuasaan. Jika setiap hamba meyakini bahwa semua kekuasaan milik Allah, niscaya ia akan mengembalikan segala urusan kepada-Nya dan mencukupkan diri dengan-Nya tanpa membutuhkan selain-Nya
*****
٢٧٣ - بَابُ مَنْ دَعَا فِي غَيْرِهِ مِنَ الدُّعَاءِ
Bab-273: Mendo'akan Orang Lain
📖 Hadits ke-605: Kesabaran Nabi Yusuf dan Nabi Luth
605. Muhammad bin salam mengabarkan kepada kami, ia berkata, 'Abdah mengabarkan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Amr mengabarkan kepada kami, ia berkata: Abu Salamah mengabarkan kepada kami:
٦٠٥ - عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْكَرِيمَ ابْنَ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ ابْنِ الْكَرِيمِ، يُوسُفُ بْنُ يَعْقُوبَ بْنِ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلِ الرَّحْمَنِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى» ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَوْ لَبِثْتُ فِي السِّجْنِ مَا لَبِثَ يُوسُفُ، ثُمَّ جَاءَنِي الدَّاعِي لَأَجَبْتُ، إِذْ جَاءَهُ الرَّسُولُ فَقَالَ: {ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ مَا بَالُ النِّسْوَةِ اللَّاتِي قَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ} [يوسف: ٥٠] ، وَرَحْمَةُ اللَّهِ عَلَى لُوطٍ، إِنْ كَانَ لَيَأْوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ، إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ: {لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ} [هود: ٨٠] ، فَمَا بَعَثَ اللَّهُ بَعْدَهُ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا فِي ثَرْوَةٍ مِنْ قَوْمِهِ " قَالَ مُحَمَّدٌ: الثَّرْوَةُ: الْكَثْرَةُ وَالْمَنَعَةُ. حسن صحيح
Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda, 'sesungguhnya orang yang mulia, anak orang yang mulia, anak orang yang mulia, Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim Khalilurrahman Tabaraka wa Ta'ala.' Beliau melanjutkan sabdanya,'Kalau sekiranya aku tinggal di penjara seperti halnya Nabi Yusuf, lalu datang kepadaku orang yang memanggil, niscaya akan aku sambut, (seperti halnya) ketika datang kepada Yusuf utusan lalu ia berkata, 'Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakan kepadanya bagaimana keadaan para wanita yang memotong tangannya.' (QS. Yusuf: 50) Semoga rahmat Allah atas Nabi Luth ketika beliau hendak bersandar pada tiang (sandaran) yang kuat ketika beliau mengucapkan, 'Kalau sekiranya aku mempunyai kekuatan melawan kalian atau aku dapat bersandar kepada tiang yang kuat.'(QS. Huudz :80). Maka Allah ﷻ tidak mengutus seorang Nabi pun setelahnya melainkan ia dalam keadaan cukup kuat dari membutuhkan kaumnya".
- Shahih lighairihi. lsnad ini hasan. Muhammad bin 'Amr shaduuq. Lihat Ash-Shahihah (1617). Diriwayatkan Ahmad (2/332) dan At-Tirmidziy: Kitab Tafsiiril Qur'aan. Bab Wa min suurati Yusuf (3116). Diriwayatkan juga Al-Bukhari: Kitab Ahaadiitsil anbiyaa' (3387) dan Muslim: Kitab Al-Fadhaa'il (hadits 152) seperti berlalu di no. 129.
- Makna رُكْنٍ شَدِيدٍ: Keluarga yang banyak dan kuat. Keluarga disebut rukun (tiang, penopang) karena tiang adalah tempat untuk bersandar dan menolak. Keluarga diserupakan dengan penopang gunung karena ia sangat kuat dan dapat menghalangi dari gangguan luar.
- Pujian kepada Yusuf alaihissalam karena kesabaran dan keteguhannya yang luar biasa, yang mana beliau tidak segera keluar sebelum mengajukan sikap berlepas diri.
- Dalam riwayat ini tidak ada sindiran Nabi ﷺ terhadap Nabi Luth dengan ucapan beliau, "semoga rahmat Allah atas Nabi Luth ketika beliau hendak bersandar pada tiang (sandaran) yang kuat." Akan tetapi, ketika ia sedang bingung akan keadaan tamu-tamunya dan ia merasa dirinya lemah, maka ia pun mengucapkan hal itu. Namun ia tidak berada dalam kedaan lalai meskipun hanya sekejap, bahwa sesungguhnya Allah ﷻ kuat dan lebih kuasa dan bahwa Dia pasti akan melindunginya dari segala sisi. Siapakah sandaran yang lebih kuat dan lebih kokoh dari Allah ﷻ?
- Setelah Nabi Luth, Allah selalu mengutus seorang Nabi dalam keadaan memiliki kekuatan dan memiliki banyak kaum sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada para Nabi yang datang setelah Nabi Luth alaihissalam.
*****
٢٧٤ - بَابُ النَّاخِلَةِ مِنَ الدُّعَاءِ
Bab-274: Do'a yang Ikhlas
📖 Hadits ke-606: Perintah Berdo'a dengan Ikhlas
606. 'Umar bin Hafsh mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ayahku mengabarkan kepada kami, ia berkata: Al-A'masy mengabarkan kepada kami, ia berkata: Malik bin Al-Harits mengabarkan kepadaku:
٦٠٦ -عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ: كَانَ الرَّبِيعُ يَأْتِي عَلْقَمَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَإِذَا لَمْ أَكُنْ ثَمَّةَ أَرْسَلُوا إِلَيَّ، فَجَاءَ مَرَّةً وَلَسْتُ ثَمَّةَ، فَلَقِيَنِي عَلْقَمَةُ وَقَالَ لِي: أَلَمْ تَرَ مَا جَاءَ بِهِ الرَّبِيعُ؟ قَالَ: أَلَمْ تَرَ أَكْثَرَ مَا يَدْعُو النَّاسَ، وَمَا أَقَلَّ إِجَابَتَهُمْ؟ وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَقْبَلُ إِلَّا النَّاخِلَةَ مِنَ الدُّعَاءِ، قُلْتُ: أَوَ لَيْسَ قَدْ قَالَ ذَلِكَ عَبْدُ اللَّهِ؟ قَالَ: وَمَا قَالَ؟ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: لَا يَسْمَعُ اللَّهُ مِنْ مُسْمِعٍ، وَلَا مُرَاءٍ، وَلَا لَاعِبٍ، إِلَّا دَاعٍ دَعَا يَثْبُتُ مِنْ قَلْبِهِ، قَالَ: فَذَكَرَ عَلْقَمَةَ؟ قَالَ: نَعَمْ. صحيح
Dari 'Abdurrahman bin Yazid, ia berkata, "Ar-Rabi' mengunjungi 'Alqamah pada hari Jum'at. Jika aku tidak berada di sana, mereka mengirim utusan kepadaku. Suatu ketika ia datang dan aku tidak berada di sana. Lalu Alqamah bertemu denganku dan berkata,
'Apakah engkau tidak tahu apa yang dibawa oleh Ar-Rabi'?' Ia ber kata, 'Tahukah engkau alangkah banyak manusia berdo'a dan alangkah sedikit yang dikabulkan? Hal itu karena Allah ﷻ tidak menerima doa kecuali yang (dipanjatkan dengan) ikhlas.' Lalu aku berkata, 'Tidakkah 'Abdullah telah mengucapkan do'a demikian?' Ia bertanya, 'Apa yang telah diucapkan oleh 'Abdullah?' Ia berkata, Aku menjawab, "Abdullah berkata, 'Allah tidak mendengarkan (doa) orang yang memperdengarkan (do'anya)' tidak pula yang memamerkan (do'anya), dan tidak pula yang bermain-main (dalam do'anya), kecuali seorang yang berdo'a yang do'anya itu mantap dari hatinya." Lalu, apakah ia menyebut 'Alqamah? jawabnya, ya".
- Shahih. Diriwayatkan Waki' dalam kitab Az-zuhud (305) dan lbnu Abi syaibah (79270)
- Makna النَّاخِلَةَ : Yang Murni
- Makna مُسْمِعٍ : Orang yang mengerjakan sesuatu dengan maksud agar di dengar oleh orang lain dan menjadi terkenal bahwa dirinya termasuk orang-orang yang suka berdzikir.
Do'a yang dipanjatkan harus dengan ikhlas karena Allah ﷻ akan untuk dikabulkan. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala:
فَٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
Maka berdo'alah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya [Ghafir ayat 14]
Hendaknya orang yang berdo'a menjauhkan dirinya dari riya' dan sum'ah, dan hendaknya ia tidak bermain-main dan lalai dalam berdo'a.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم