Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Islam

بِسْـمِ اللَّهِ الرحمن الرحيم

📚┃Materi : Syarah Kitab Riyadush sholihin.
🎙┃ Pemateri : Ustadz Abu Nafi' Sukadi, hafizhahullahu Ta'ala.
🗓┃ Hari, Tanggal : Jumat , 20 Juni 2025 M / 24 Dzulhijjah 1446
🕌┃ Tempat : MASJID AL-QOMAR PURWASARI  - Jl. Slamet Riyadi no. 414 A, Purwosari Solo



Kitab Fadhilah / Keutamaan Amal (كتَاب الفَضَائِل)

210. Bab Keutamaan Hari Jumat, Kewajiban Shalat Jumat, Mandi untuk Shalat Jumat, Mengenakan Wewangian, Datang Lebih Dulu untuk Shalat Jumat, Berdoa pada Hari Jumat, Shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penjelasan tentang Waktu Dikabulkannya Doa (pada Hari Jumat), dan Sunnahnya Memperbanyak Dzikir kepada Allah Setelah Shalat Jumat

  • Hadits 1158: Dari Aus bin ‘Aus radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ

Sesungguhnya, di antara hari-hari kalian yang paling utama adalah hari Jum'at. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca shalawat padaku pada hari itu. Sesungguhnya shalawat kamu dihadapkan kepadaku. (HR. Abu Dawud dengan isnad shahih).

💡 FAWAID HADITS:

  1. Hari Jum'at adalah sayyidul ayyam dan paling utamanya hari. Hari Jum'at bagi Allah lebih utama daripada hari raya Iedul Adha dan hari raya Iedul Fithri, seperti yang telah diterangkan di dalam hadits Abi Lubabah bin Abdul Mundzir.
  2. Anjuran memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi ﷺ, pada hari Jum'at. (Selain itu juga dianjurkan banyak berdo'a dan membaca surat Al-Kahfi).
  3. Para Nabi, hidup di dalam kubur mereka. (Ini adalah perkara ghaib, maka pembicaraan Seputarnya terbatas pada dalil dan wajib diimani).
  4. Shalawat terhadap Nabi ﷺ dihadapkan kepada beliau di kuburnya, sebagai penghormatan dari Allah ﷻ kepada Rasulullah ﷺ , dan penghormatan dari Allah kepada hamba-Nya yang melaksanakan wasiat Rasulullah ﷺ.

Bab ke-211: Bab Disunnahkan Sujud Syukur saat Mendapatkan Nikmat yang Tampak dan Tertolak / Terhindar dari Bencana yang Tampak
(باب استحباب سجود الشكر عِنْدَ حصول نعمة ظاهرة أَو اندفاع بلية ظاهرة)

  • Hadits 1159: Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu:

خَرَجْنَا مَعَ رسولِ الله – صلى الله عليه وسلم – مِنْ مَكّةَ نُريدُ المَدِينَةَ، فَلَمَّا كُنَّا قَرِيبًا مِنْ عَزْوَرَاءَ نَزَلَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا الله سَاعَةً، ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا، فَمَكَثَ طَويلًا، ثُمَّ قَامَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ سَاعَةً، ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا – فَعَلَهُ ثَلاثًا – وقال: «إنِّي سَألتُ رَبِّي، وَشَفَعْتُ لأُمَّتِي، فَأعْطَانِي ثُلُثَ أُمَّتِي، فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّي شُكْرًا، ثُمَّ رَفَعْتُ رَأسِي، فَسَألْتُ رَبِّي لأُمَّتِي، فَأعْطَانِي ثُلُثَ أُمَّتِي، فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّي شُكْرًا، ثُمَّ رَفَعْتُ رَأسِي، فَسَألْتُ رَبِّي لأُمَّتِي، فَأعْطَانِي الثُّلثَ الآخَرَ، فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّي».

“Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Makkah menuju Madinah, tatkala kami sampai di dekat suatu tempat yang bernama ‘Azwara’, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun turun, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala beberapa waktu, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun sujud agak lama, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun lagi dan mengangkat tangannya (berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), kemudian sujud lagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakannya sebanyak 3 kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan aku memberi syafaat kepada umatku, maka Allah mengabulkan syafaatku kepada sepertiga umatku, maka aku pun tersungkur sujud kepada Allah untuk bersyukur kepada Allah. Kemudian aku mengangkat kepalaku, aku berdoa lagi kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi umatku, maka Allah mengabulkan doaku kepada sepertiga umatku, maka aku pun sujud lagi untuk bersyukur kepada Allah. Kemudian aku bangun lagi, dan aku berdoa lagi kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk umatku, maka Allah pun mengabulkan juga kepada seperti umatku yang lainnya, maka aku pun sujud lagi untuk bersyukur kepada Allah.”” (H.R. Abu Dawud)

Hadits ini adalah hadits yang lemah, ada pendapat para ulama yang membicarakan tentang keshahihan hadits ini. Akan tetapi, sujud syukur merupakan teladan yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena ada hadits-hadits lain yang shahih yang menunjukkan akan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk sujud syukur.

Macam-macam sujud:

1. Sujud shalat, seperti sabda Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits Tsauban, dalam akhir hadits beliau bersabda,

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

‘Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” (HR. Muslim no. 488)

2. Sujud Syahwi: dua sujud yang dilakukan dalam salat untuk mengganti kesalahan atau lupa yang terjadi selama salat, baik itu karena penambahan, pengurangan, atau keraguan tentang jumlah rakaat.

3. Sujud Tilawah: sujud yang dilakukan ketika membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah dalam Al-Quran.

4. Sujud Syukur : sujud yang dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah ﷻ atas nikmat yang diberikan atau terhindar dari musibah. Jadi tidak dilakukan setiap shalat.

Bab ke-212: Bab Keutamaan Shalat Malam / Qiyamullail (باب فضل قيام الليل)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَّحْمُوداً (الإسراء: ٧٩)

“Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 79)

Ayat tersebut berisi perintah kepada Nabi ﷺ untuk qiyamul lail di samping shalat fardhu. Hukum wajib qiyamul lail khusus untuk Nabi, tidak untuk umat beliau. Allah ﷻ menganugerahkan kekhususan ini kepada beliau dan menganjurkan beliau agar melakukannya supaya Dia menempatkan beliau pada al-Maqamul Mahmud yang akan ditempati oleh beliau di hari Kiamat kelak. Maka, al-Khaliq tabaraka wa ta'ala memuji beliau, juga seluruh makhluknya.

Al-Maqamul Mahmud adalah tempat Rasulullah ﷺ kelak pada hari Kiamat untuk memberi syafa'at kepada umat manusia, yakni agar Rabb mereka memberi kelapangan dari dahsyatnya malapetaka pada hari itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ … (السجدة: ١٦)

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya …” (Q.S. As-Sajdah [32]: 16)

Allah memuji orang-orang Mukmin yang melakukan qiyamul lail. Sebab, mereka meninggalkan tempat tidur, sementara itu orang-orang sedang terlelap tidur.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (الذاريات: ١٧)

“Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 17)

Adapun ayat Al-Qur’an ini menyifati orang-orang yang berpredikat al-Muhsinin dan al-Muttaqin, yaitu mereka rajin melakukan qiyamul lail. Waktu tidur mereka hanya sebentar saja dalam semalam. Mereka tekun beribadah hingga menjelang terbitnya fajar, bahkan mereka itu banyak mengucapkan istighfar di waktu menjelang fajar itu, tidak satu malam pun tertinggal olehnya walaupun hanya sebentar, baik di awal malam, pertengahan, maupun di akhir malam yang memang merupakan waktu terbaik. Maka berbahagialah bagi orang yang tidur apabila mengantuk dan bertakwa kepada Allah apabila bangun darinya ketika orang-orang sedang tenggelam dalam tidurnya.

  • Hadits 1160: Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

كَانَ النبيُّ – صلى الله عليه وسلم – يَقومُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفطَّرَ قَدَمَاهُ، فَقُلْتُ لَهُ: لِمَ تَصْنَعُ هَذَا، يَا رَسُولَ الله، وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأخَّرَ؟ قَالَ: «أفَلاَ أكُونُ عَبْدًا شَكُورًا!»

“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat malam sampai bengkak kedua kaki beliau, maka aku pun berkata kepada beliau, “Kenapa engkau melakukan ini, wahai Rasulullah, padahal telah diampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Bukankah sudah sepantasnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur!” (H.R. Bukhari dan Muslim)

💡 FAWAID HADITS:

  1. Pengagungan Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terhadap hak Allah -Ta'ālā- atas beliau, yaitu beliau berjuang untuk melakukan salat malam yang panjang sebagai wujud syukur kepada Allah -Ta'ālā-.
  2. Tanda kedalaman fikih seorang hamba adalah jika dia bersyukur kepada Allah -Ta'ālā- manakala Allah mengistimewakannya dengan karunia yang lebih atas orang lain.
  3. Hakikat syukur adalah mengakui karunia Allah dengan hati, lisan, dan anggota badan dengan melakukan ketaatan kepada-Nya sebagai Maha Pemberi karunia.
  • Hadits 1161:

عَنْ عليٍّ رضي الله عنه أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم طَرَقَهُ وفاطمةَ ليلاً، فقال: «ألا تُصلِّيَان؟». متفق عليه. طرقه: أتاه ليلاً.

Ali -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang mengetuk rumahnya dan juga Fatimah pada malam hari, beliau bersabda, "Tidakkah kalian berdua melaksanakan salat?" (Muttafaq 'Alaih) طَرَقَهُ (ṭaraqahu): ia datang menemuinya pada waktu malam.

💡 FAWAID HADITS:

Menjelaskan keutamaan salat malam serta anjuran agar seseorang menganjurkan keluarganya untuk melakukan salat malam.

  • Hadits 1162:

عَنْ سالمِ بنِ عبدِ اللهِ بنِ عُمرَ بنِ الخطَّابِ رضي الله عنهما عن أبيه أنَّ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: «نِعْمَ الرَّجُلُ عبدُ اللهِ لو كَانَ يُصلِّي من اللَّيلِ»، قَالَ سالم: فكان عبدُ الله بعد ذلك لا يَنَامُ منَ اللَّيْل إلَّا قليلاً. متفق عليه.

Sālim bin Abdillah bin Umar bin Al-Khaṭṭāb -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan dari bapaknya bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Sebaik-baik orang adalah Abdullah, seandainya dia mengerjakan salat malam." Sālim berkata, "Sejak saat itu, Abdullah tidak tidur di malam hari kecuali sedikit." (Muttafaq 'Alaih)

💡 FAWAID HADITS:

1. Qiyamul lail dapat menolak adzab, sebagaimana diterangkan sebab terjadinya dalam hadits ini. Ibnu Umar pernah berkata: “Pada masa hidup Nabi ﷺ , apabila ada seseorang yang bermimpi, maka dia selalu menceritakannya kepada Rasulullah ﷺ. Maka aku berharap untuk bermimpi juga sehingga dapat aku ceritakan kepada Rasulullah ﷺ : "Ketika itu, aku masih muda belia. Aku biasa tidur di masjid di masa Rasulullah. Kemudian, aku bermimpi seolah-olah ada dua Malaikat yang membawaku pergi ke api Neraka. Ternyata, Neraka itu dalam seperti dalamnya sumur dan mempunyai dua tiang kerekan. Di sana aku melihat beberapa orang yang aku kenal.” Aku pun lalu berkata: “Aku mohon perlindungan kepada Allah dari Neraka.”

Ibnu Umar Radhiyallahu’anhuma melanjutkan: “Lalu ada Malaikat lain menemuiku dan berkata kepadaku: “Tidak usah takut!” Setelah itu, aku menceritakan kepada Hafshah, lalu Hafshah menceritakan kepada Rasulullah ﷺ. Selanjutnya, beliau menyebutkan hadits di atas.

2. Dianjurkan berharap untuk mendapatkan kebaikan dan ilmu.

3. Boleh memuji seseorang apabila pujian itu membawa nilai positif untuk taat kepada Allah dan menjadikannya bertambah giat dalam mengerjakan amal kebaikan.

4. Setiap orang yang beribadah harus memberikan hak bagi kesehatan tubuhnya. Maka dari itu, bangun beribadah ada waktunya, demikian pula istirahat.

5. Para Sahabat Rasulullah ﷺ selalu terkabul keinginannya sehingga dapat membawa mereka kepada kebaikan.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم