بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian 'Adawatusy Syaithan Lil Insan Kama Ja'at Fil Qur'an
Karya: Dr. Abdul Aziz bin Shalih Al-Ubaid
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid An-Naafi Dago Pakar Bandung
🗓 Bandung, 18 Safar 1447 / 12 Agustus 2025
Cara-cara Syaitan Menggoda Manusia
Telah berlalu pembahasan cara syaithan menggoda manusia (link arsip: https://tinyurl.com/yc8e3xej ), yaitu:
1. Was-was (Bisikan Jahat).
2. Lupa.
3. Janji Palsu dan Angan-angan.
4. Memberikan ancaman dan menakut-nakuti.
5. Menghiasi Kemaksiatan.
6. Menghalangi (Manusia) dari Jalan Allah ﷻ.
7. Menyuruh Berbuat Maksiat.
8. Menggoda Secara Bertahap (Tadarruj)
9. Gangguan (Kesurupan).
10. Mabuk dan Judi
11. Menimbulkan Permusuhan diantara Manusia
12. Tergelincir (dalam Kesalahan).
13. Talbis (Perancuan).
14. Kolaborasi Syaitan dan Manusia.
15. Mengajari Tukang Sihir dan Dukun.
Mewaspadai Suara Syaitan
Sesungguhnya setiap suara yang didengar manusia, yang baik maupun yang buruk, memberi pengaruh ke dalam hati. Jika ia mendengar firman Allah ﷻ dan sabda Rasulullah ﷺ niscaya bertambah kuatlah imannya. Dan jika ia mendengarkan hal yang sebaliknya niscaya imannya menjadi lemah. Allah ﷻ telah menentukan dan Dia Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana dengan menjadikan suara sebagai salah satu cara atau trik syaithan untuk menyesatkan manusia. Firman Allah ﷻ:
وَٱسْتَفْزِزْ مَنِ ٱسْتَطَعْتَ مِنْهُم بِصَوْتِكَ
“... Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu....” (QS. Al-Isra': 64)
Suara syaithan: Setiap suara yang mengajak kepada selain ketaatan Allah ﷻ atau ajakan kemaksiatan maka disandarkan kepada syaithan; karena dia yang memerintahkan.
Termasuk dalam hal ini adalah bisikan syaitan dalam hati berupa was-was, yang bisa diusir dengan membaca ta'awwudz.
Termasuk juga di sini, setiap da'i yang mengajak untuk berbuat maksiat. Contoh dari suara syaithan yang dianggap remeh oleh sebagian orang adalah:
Termasuk tipu muslihat musuh Allah ﷻ yang digunakannya untuk memperdaya orang yang tidak memiliki ilmu, akal dan agama (orang-orang bodoh), serta menjerat hati orang-orang jahil adalah: mendengarkan siulan, tepuk tangan, nyanyian dengan alat-alat musik yang diharamkan, semua ini menghalangi hati untuk mendengar Al-Qur'an dan membuatnya tenggelam dalam kefasikan dan kemaksiatan.
Allah mencela tata cara ibadah yang dilakukan orang musyrikin ketika di Ka’bah,
وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
Shalat mereka di sekitar Baitullah itu, tidak lain hanyalah siulan dan tepukan tangan. Karena itu, rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. (QS. al-Anfal: 35).
Al-Jashas dalam tafsirnya menyatakan,
سمي المكاء والتصدية صلاة ؛ لأنهم كانوا يقيمون الصفير والتصفيق مقام الدعاء والتسبيح . وقيل : إنهم كانوا يفعلون ذلك في صلاتهم
Siulan dan tepukan tangan dinamakan shalat, karena orang musyrikin menjadikan siulan dan tepuk tangan sebagai pengganti doa dan tasbih. Ada yang mengatakan, mereka bersiul dan bernyanyi ketika sedang beribadah. (Ahkam al-Quran, 3/76)
Itulah qur'an syaithan dan hijab tebal yang menghalangi dari mendengar Kalam ar-Rahman. Yang merupakan jampi-jampi perbuatan liwath (homo seksual) dan zina. Dengannya, orang fasik yang mabuk cinta bisa mendapatkan dari kekasihnya puncak harapan. Dengannya pula, syaithan menipu jiwa yang rusak dan mempoles tindakan itu agar indah di mata pelakunya sebagai makar dan tipu daya darinya, serta meniupkan kepadanya syubhat yang bathil hingga ia menerima wahyunya, dan akhirnya ia mengabaikan Al-Qur'an wahyu Rabb-nya. (Lihat Ighatsatul Lahfan 1/242).
Tidak berbeda dalam masalah ini, apakah nyanyian itu berasal dari orang yang menganggap hal itu sebagai sebuah ibadah atau yang melakukannya karena tidak mempedulikan dengan syari'at Allah ﷻ, keduanya adalah tindakan yang tercela.
Ketika musuh-musuh Islam di zaman sekarang melihat tentang bahaya nyanyian terhadap umat Islam, maka mereka segera bertindak cepat untuk menggandeng para penyanyi, pencipta lagu dan pengatur lirik. Mereka mempersembahkan nyanyian itu kepada umat Islam dengan kedok sebagai hiburan, penghilang stress dan kepenatan serta mencari kesenangan. Mereka menyajikannya dalam bentuk rekaman audio visual dan melalui pementasan di atas panggung. Mereka juga membuat tulisan-tulisan, majalah dan event-event khusus yang berkenaan dengan lagu dan musik. Maka banyak umat Islam disibukkan dengan hal itu dan melupakan untuk apa mereka diciptakan, mereka begadang hingga terbit fajar mendengarkan dan mengagumi para artis penyanyi.
Bahkan sebagian besar umat Islam membeli dengan uang mereka kata-kata yang tidak bermanfaat (lagu dan nyanyian), entah itu tiket masuk ke tempat acara, atau kaset-kaset lagu, baik yang didengar dan dilihat (audio visual), hingga agama mereka lemah. dalam Shahih al-Bukhari bahwa Nabi ﷺ bersabda:
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Akan datang dari umatku generasi yang menghalalkan Zina sutera, arak dan alat-alat musik.” - (HR. Al-Bukhari 6/243)
Dalam hadits disebut dengan ل dan ن taukid tsaqilah (nun bertasydid). Yang bermakna pasti dan pasti akan terjadi.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat Luqman Ayat 6:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْتَرِى لَهْوَ ٱلْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah ﷻ...
Sebagaimana Ibnu Mas'ud berkata tentang firmanNya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah dia berkata, ”Demi Allah, itu adalah nyanyian". (Tafsir Ibnu Katsir).
Dalam tafsir Ibnu Katsir rahimahullah mengomentari ayat 33 surat Al-Ahzab,
وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ
dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.
Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma berkata bahwa ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ - Jahiliyah yang dahulu adalah zaman diantara nabi Adam dan nabi Nuh alihimussalam ada dua komunitas wanita di gunung dan pantai.
Penduduk pantai memiliki ras laki-laki yang bagus sementara perempuannya jelek dan sebaliknya penduduk gunung memiliki perempuan yang cantik, tetapi laki-lakinya jelek.
Kemudian syaitan menggoda dengan menjadi budak di lereng di antara gunung dan pantai dan menjadi penggembala kambing, kemudian membuat seruling dari tulang, itulah alat musik pertama di bumi. Kemudian ditiup dengan indah dan penduduk gunung turun dan penduduk pantai naik, mereka kemudian menari-nari pada akhirnya laki-laki yang ganteng dan perempuan yang cantik digoda untuk berzina di arena terbuka dan dijadikan hari Eid.
Inilah yang dimaksud dengan ٱلْجَٰهِلِيَّةِ ٱلْأُولَىٰ - Jahiliyah yang dahulu.
Maka, tabarruj tidak akan lepas dari tiga hal: mengumbar aurat, ikhtilat dan bernyanyi & berjoget.
Nyanyian adalah mantra dan jampi-jampi zina, sumber kemunafikan, suara syaithan dan serulingnya.
- Lihat masalah haramnya nyanyian di kitab al-Kalam 'ala Mas'alatis Sama', dan kitab Kaffur ri'ai an muharramatil Lahwi was Sama'.
Yaitu mengangkat suara disertai ratapan ketika mendapat musibah. Syaithan menghasung jiwa ketika mendapat musibah dengan suara ini kepada duka cita, putus asa dan marah (tidak ridha) dengan ketentuan Allah ﷻ.(Lihat al-Kalam 'ala Mas'alatis Sama', 380-481).
Karena itu meratap diharamkan berdasarkan sabda Nabi ﷺ :
«اثْنَتَانِ فِي النَّاسِ هُمَا بِهِمْ كُفْرٌ: الطَّعْنُ فِي النَّسَبِ، وَالنِّيَاحَةُ عَلَى الْمَيِّتِ»
“Dua macam hal ada pada manusia yang merupakan perbuatan kufur, yaitu mencela nasab (garis keturunan) dan meratapi orang mati". (HR. Muslim 1/82).
Kufur dalam hadits ini adalah kufur kecil.
Meratap biasanya dimulai dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan mayyit, kemudian memanggil dengan kata-kata celaka dan binasa: “Hai tulang punggung kami, hai penolong kami, siapa yang bisa menolong kami setelah anda tiada. Kemudian ia memukul pipi dan merobek-robek baju. Semua ini berasal dari syaithan yang menggoncangkan jiwa yang lemah imannya. Ketika terjadi musibah, syaithan mendorong mereka untuk meratap dan tidak ridha terhadap ketentuan dan keputusan Allah ﷻ, tidak tabah serta mencelakakan diri sendiri seperti memukul pipi dan merusak harta benda dengan merobek-robek baju dan mencabik-cabiknya. Adapun ucapan yang ringan -jika benar- dan bukan atas dasar meratap dan marah, maka hal itu tidak dilarang dan tidak bertentangan dengan sabar yang diwajibkan. Demikian dinyatakan oleh Imam Ahmad Rahimahullah. (Lihat Tafsir Al-Aziz Al-Hamid 514-515).
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم