ʙɪꜱᴍɪʟʟᴀʜ
📚┃Materi : Penyakit Mental dan Ujian Kehidupan
🎙┃Pemateri : Ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK. Hafidzahullah
🗓┃Hari & Tanggal : Sabtu, 01 Jumadil Akhir 1447 H | 22 November 2025 M
🕌┃Tempat : Masjid Baqiyah Baki Sukoharjo.
Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan hingga masih dipertemukan dalam majelis ilmu.
Hidup ini penuh dengan ujian dan kelelahan. Ada yang berat hingga membuat putus asa, ada yang ringan yang tidak terasa, dan setiap orang menyikapinya pun berbeda. Yang membedakan kemampuan seseorang dalam menjalani hidup agar terasa mudah, adalah keberkahan hidup.
Inilah yang akan kita bahas dalam pertemuan ini, karena dunia adalah tempat ujian (darul imtihan atau darul ibtila') di mana setiap manusia akan diuji dengan kebaikan dan keburukan, kemudahan dan kesulitan. Semua orang pasti pernah tertekan, sakit hati, menangis dan sedih, semuanya akan kena, bahkan yang paling banyak mendapatkan tekanan hidup adalah para pejabat dan publik figur (Berdasarkan pengalaman beliau sebagai dokter).
Dan yang membedakan satu dengan lainnya adalah mengeluh ataukah tidak. Maka, masing-masing dari kita, apapun profesinya ada ujiannya masing-masing. Tergantung kita yang menghadapi, yaitu kesehatan mental.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an,
وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). (QS. Al-Anbiya ayat 35).
Dan ternyata, banyak yang tidak lulus adalah tatkala diberi ujian kekayaan. Hal ini telah Nabi ﷺ kabarkan:
Dari Harits bin Wahb radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia berkata,
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ ، أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli surga itu? Mereka itu adalah setiap orang yang lemah dan dianggap lemah oleh para manusia, tetapi jika ia bersumpah atas nama Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang disumpahkannya. Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli neraka itu? Mereka itu adalah setiap orang yang keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta lagi sombong” (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853).
Tetapi Jika ada pilihan, lebih baik kaya ataukah miskin? Tentu jika menjadi orang kaya yang bersyukur akan lebih baik, karena Rasulullah ﷺ tidak mencela para sahabat yang kaya.
Para ulama berbeda pendapat mana yang lebih afdhal (utama) : orang kaya yang bersyukur ataukah orang miskin yang bersabar atas apa yang menimpanya??
Pertanyaan ini pernah ditanyakan kepada Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau bertanya kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah lalu beliau memberikan jawaban yang menenangkan hati yaitu yang paling afdhal di antara mereka ialah yang paling takwa kepada Allah. Jika keduanya sama dalam ketakwaannya maka sama pula derajat keduanya. Wallaahu A’lam. [Madaarijus Saalikiin (II/461)].
Sama halnya seorang yang memiliki suami kaya, pejabat, dan gagah, apakah ini rezeki yang baik? Ini adalah ujian, barangkali dengan begitu akhlaknya menjadi buruk, suka selingkuh atau sombong karena banyak yang menggoda. Maka, jangan bangga dengan kekayaan dan jangan sedih dengan kemiskinan.
Apalagi zaman sekarang, yang semuanya serba dibandingkan dengan kondisi luar, hingga banyak yang mental illness hingga menjadi Fenomena Takut Menikah ( “Marriage is Scary”).
Akhir-akhir ini, fenomena menunda-nunda menikah semakin banyak menjangkiti para pemuda dan pemudi. Bukan karena merasa tidak sanggup secara finansial, atau semata karena belum ketemu lelaki/perempuan yang tepat, tetapi lebih pada rasa takut dan khawatir berlebihan untuk menjalin hubungan itu. Uniknya kekhawatiran ini tidak hanya dirasakan oleh orang-orang awam saja, tetapi pada anak-anak pengajian yang sebenarnya sudah paham betul ilmu tentang pernikahan.
Belakangan ini, banyak yang menilai bahwa generasi muda saat ini lebih rentan terhadap gangguan mental. Beberapa di antara mereka nampak mudah tersinggung, mudah menyerah, lebih rapuh, tidak tahan banting, dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Hal ini diperkuat dengan perilakunya yang terlihat sedang “kena mental”, pamer masalah, adu nasib, lagi healing karena stress katanya, bahkan hingga bunuh diri.
Semua ingin serba instan, padahal sifat manusia memang terburu-buru. Hingga akhirnya, semua orang menjadi lemah mental, karena ingin sempurna tapi serba buru-buru dan tidak menghargai proses.
Handphone adalah musuh terbesar penyakit mental, tidak ada sesuatu yang instan, semua perlu proses. Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap meningkatnya gangguan mental pada Gen Z adalah penggunaan media sosial yang berlebihan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan di media sosial, semakin tinggi risiko gangguan mentalnya. Hal ini terjadi karena lebih memungkinkan untuk terpapar konten negatif.
Selain itu, kehadiran influencer dan figure publik di media sosial yang sering kali menampilkan kehidupan yang tampak sempurna dapat membuat para pengikutnya membandingkan diri mereka dengan standar yang tidak realistis. Akibatnya, banyak yang merasa kurang percaya diri dan tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebagai seorang muslim, kita juga berusaha lebih mendekatkan diri kepada Allah. Kita perlu meyakini bahwa Allah ﷻ selalu ada untuk mendengar dan membantu hamba-Nya. Jika merasa sedih, cemas, mengalami masalah, maka mintalah ketenangan kepada Allah ﷻ, mengadu dan berkeluh kesah kepada Dzat yang bisa menyelesaikan segala masalah. Dengan mengingat Allah, Allah akan mengingat kita dan hati pun akan menjadi tenteram. Allah ﷻ berfirman,
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ ࣖ
“Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu.” (QS Al-Baqarah: 152)
Allah juga berfirman,
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS Ar-Ra‘d: 28)
Solusi terbaik adalah bersifatlah Qona'ah
Di mana rizki yang kita dapatkan, hendaknya kita merasa cukup dan patut disyukuri. Inilah sifat qana’ah yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Terdapat hadits dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al ’Ash, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ
”Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah no. 4138, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Manusia tidak pernah puas dengan harta, inilah ketidakpuasan manusia terhadap harta yang sering kita lihat. Itulah sifat dan watak orang zaman ini kecuali yang Allah beri taufik untuk menyikapi harta dengan benar. Ada yang menghabiskan waktunya hanya untuk urusan dunianya, sampai lupa melakukan ketaatan dan lalai akan kehidupan kekal di akhirat.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048).
Semoga dengan kembali kepada Allah ﷻ, bersyukur atas nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan dan qona'ah dengan yang ada menjadikan mental kita menjadi kuat dan stabil dalam menjalani ujian kehidupan, hingga dipertemukan Allah ﷻ di surgaNya kelak. Aamiin.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم