Niatilah untuk Menuntut Ilmu Syar'i

Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 2436)
Kajian Aqidah

بسم الله الرحمن الرحيم

📚┃Materi : "Pesan Nabi Dalam Menata Hati" - Ahadits Ishlahul Qulub#8
✍🏼Karya : Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr حفظه الله تعالى
🎙┃Pemateri : Ustadz Fadzla Mujadid, Lc حفظه الله تعالى (Alumnus Universitas Islam Madinah KSA Fakultas Dakwah)
🗓┃Hari & Tanggal : Kamis, 27 November 2025 M / 6 Jumadil Akhir 1447
🕰┃Waktu : Ba'da Maghrib - Isya'
🕌┃Tempat : Masjid Al Mubarok - Kampung Gondang Wetan Jl.Bangau I, Manahan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta


٦ . تَقْوَى الْقُلُوبِ

6. Ketakwaan hati.

عَنْ أَبي هُرَيرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : لاَ تَحَاسَدوا، وَلاَتَنَاجَشوا، وَلاَ تَبَاغَضوا، وَلاَ تَدَابَروا، وَلاَ يَبِع بَعضُكُم عَلَى بَيعِ بَعضٍ، وَكونوا عِبَادَ اللهِ إِخوَانَاً، المُسلِمُ أَخو المُسلم، لاَ يَظلِمهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلا يكْذِبُهُ، وَلايَحْقِرُهُ، التَّقوَى هَاهُنَا – وَيُشيرُ إِلَى صَدرِهِ ثَلاَثَ مَراتٍ بِحَسْبِ امرىء مِن الشَّرأَن يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسلِمَ، كُلُّ المُسِلمِ عَلَى المُسلِمِ حَرَام دَمُهُ وَمَالُه وَعِرضُهرواه مسلم ٢٥٦٤. 

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah allallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling hasad, jangan saling melakukan najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi dan janganlah  sebagian dari kalian bertransaksi jual beli di atas transaksi saudaranya. Jadilah kalian semua hamba–hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Oleh sebab itu, dia tidak boleh menzaliminya, menipunya, mendustakannya dan merendahkannya. Takwa itu letaknya di sini (Rasulullah menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seseorang itu dalam kejelekan selama dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram dan terjaga darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim 2564).

*) Najasy adalah memberikan permintaan/penawaran palsu terhadap suatu barang dengan maksud menaikkan harganya. 

Hadis ini menunjukkan bahwa tempat dan sumber ketakwaan adalah hati; ketika hati dipenuhi ketakwaan, maka anggota tubuh akan tunduk dan patuh, karena mereka mengikuti hati.

Allah menambahkan ketakwaan kepada hati, sebagaimana firman-Nya:

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (Al-Hajj: 32).

Ketakwaan ditambahkan pada hati karena hakikat ketakwaan adalah ketahanan hati. Penyebutan ketakwaan dengan hati ini menunjukkan bahwa ketakwaan terbagi menjadi dua bagian:

  1. Ketakwaan hati: ketakwaan yang sejati dan tulus yang dimiliki oleh seorang mukmin yang jujur.
  2. Ketakwaan anggota badan: ketakwaan lahiriah yang palsu yang dimiliki oleh orang munafik, yang sering anggota tubuhnya tampak khusyuk, sementara hatinya lalai.

Allah berfirman:

فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ

maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. [An-Najm: 32]; karena ketakwaan tempatnya ada di hati, dan Allah mengetahui hal itu, sedangkan secara kiasan yang dimaksud adalah kebaikan dan ketakwaannya.

Allah juga berfirman:

إِنَّ فِى ٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ ٱللَّهُ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَّقُونَ

Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.[Yunus: 6].

Maka orang-orang bertakwa secara khusus diberi manfaat; karena ketakwaan yang ada di hati mereka menimbulkan keinginan untuk berbuat baik, dan rasa takut dari keburukan, yang keduanya muncul dari dalil dan hujah, serta dari ilmu dan keyakinan.

Allah ﷻ berfirman:

يَٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ ٱلنِّسَآءِ ۚ إِنِ ٱتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِٱلْقَوْلِ فَيَطْمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلْبِهِۦ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik, [Al-Ahzab: 32].

Maksudnya: penyakit hasrat zina, karena orang yang tergila-gila dengan zina akan terdorong untuk berbuat dosa oleh hasrat sekecil apapun; karena hatinya tidak sehat, sehingga alasan sekecil apapun mendorongnya melakukan yang haram, dan ia tidak merasa berat melakukannya, berbeda dengan hati yang sehat dan bertakwa kepada Allah; karena dalam hati tersebut tidak ada hasrat terhadap apa yang diharamkan Allah, sehingga hampir tidak ada yang dapat memengaruhinya atau memicunya untuk berbuat dosa, karena kesehatan hatinya dan selamat dari penyakit.

Allah ﷻ juga berfirman:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

 (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, [Asy-Syu'ara: 88-89].

Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata tentang pentingnya hati yang sehat: Hati yang selamat adalah hati yang terbebas dari: syirik, iri, dengki, kebencian, hasad, kikir, keserakahan, cinta dunia, dan kedudukan. Karena hati tersebut terbebas dari segala penyakit yang menjauhkan dari Allah, terbebas dari semua perselisihan yang bertentangan dengan kebenaran, dan dari setiap hasrat yang bertentangan dengan ketaatan kepada-Nya, dan keselamatan diri dari setiap kehendak yang bisa menghalangi niat-Nya, serta selamat dari setiap pemutus yang memisahkan dari Allah ﷻ. Inilah hati yang bersih, yang menjadi surga di dunia, menjadi surga di alam barzakh, dan menjadi surga di hari kebangkitan.

Sumber: أحاديث إصلاح القلوب Halaman - 53 [Download أحاديث إصلاح القلوب]

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم