بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian 'Adawatusy Syaithan Lil Insan Kama Ja'at Fil Qur'an
Karya: Dr. Abdul Aziz bin Shalih Al-Ubaid
🎙 Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid An-Naafi Dago Pakar Bandung
🗓 Bandung, 1 Rabi’ul Akhir 1447 / 23 September 2025
Telah berlalu pembahasan 18 cara-cara syaithan menggoda manusia. Kita masuk pembahasan Bab baru:
Sebab-sebab Syaitan Menguasai Manusia: #1 Kekufuran dan Syirik
Penguasaan syaithan terhadap manusia pada dasarnya kembali kepada kedengkiannya terhadap Adam dan keturunannya, karena dialah yang mengeluarkan Adam dari Surga disebabkan oleh hasad (dengki) terhadapnya atas nikmat Allah ﷻ yang dianugerahkan kepadanya. Terkadang mereka menguasai karena mempermainkan dan jahat seperti terhadap orang-orang bodoh dari kalangan manusia.
Dan terkadang pula melalui hawa nafsu, rasa cinta bangsa jin kepada wanita-wanita manusia atau rasa cinta wanita-wanita jin kepada laki-laki bangsa manusia.
Seringkali jin juga merasuki manusia disebabkan karena tindakan manusia yang menyakitinya, seperti karena seseorang kencing pada suatu lubang sementara mereka ada di situ, atau ia menuangkan air panas, atau melemparkan batu dan mengenai mereka.
Bisa juga disebabkan karena perbuatan tukang sihir, di mana jin berkhidmah kepada tukang sihir dalam rangka menguasai seseorang yang dimaksudkan, dan mereka tidak akan bisa membahayakan seorang pun melainkan dengan izin Allah ﷻ.
Dan di antara hikmah penguasaan jin terhadap manusia adalah dalam rangka ujian dan cobaan serta seleksi terhadap orang-orang yang beriman dari yang lain, sebagaimana Allah ﷻ berfirman:
وَمَا كَانَ لَهُۥ عَلَيْهِم مِّن سُلْطَٰنٍ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يُؤْمِنُ بِٱلْءَاخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِى شَكٍّ ۗ وَرَبُّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ حَفِيظٌ
“Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Rabb-mu Maha Memelihara segala sesuatu.” (QS. Saba': 21)
Allah ﷻ telah menyebutkan dalam al-Qur'an beberapa perbuatan manusia yang dapat menjadi penyebab penguasaan syaithan terhadapnya. Sebab-sebab ini akan saya sebutkan dalam tujuh pembahasan:
Keduanya merupakan dosa paling besar yang dengan keduanya manusia durhaka kepada Allah ﷻ, dan pelakunya akan kekal abadi di dalam neraka jahannam, wal iyadzubillah. Keduanya adalah penyebab yang paling utama dari penguasaan syaithan terhadap manusia, Allah ﷻ berfirman:
إِنَّا جَعَلْنَا ٱلشَّيَٰطِينَ أَوْلِيَآءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaithan-syaithan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A'raf:27)
Maksudnya, Allah ﷻ menjadikan iblis dan anak keturunannya sebagai pelindung dan penolong bagi orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya dan kepada perintah-Nya. Allah ﷻ berfirman:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخْلَدَ إِلَى ٱلْأَرْضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ ۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا ۚ فَٱقْصُصِ ٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-a'raf: 176)
Ini adalah perintah Allah ﷻ kepada NabiNya agar beliau kisahkan kepada kita tentang seorang laki-laki yang Allah telah berikan kepadanya ayat-ayat-Nya sebagai karunia-Nya dan kebaikan dari-Nya, yaitu dalil-dalil dan bukti-bukti yang menunjukkan keesaan-Nya dan kebenaran Rasul-Rasul-Nya, sama saja laki-laki ini Bal'am bin Ba'ura atau Umayyah bin Abi ash-Shalt karena pelajaran yang dapat diambil yaitu apa yang terjadi pada dirinya, bahwa ia melepaskan diri dari sifat yang hakiki dengan mengetahui ayat-ayat (tanda-tanda) Allah. Karena mengetahui hal yang demikian itu menjadikan pelakunya memiliki akhlak yang mulia dan perbuatan-perbuatan baik serta dapat mengangkatnya ke derajat yang lebih tinggi dan posisi yang lebih luhur pula. Akan tetapi ia mengabaikan Kitabullah dan membelakanginya serta membuang dan melepas akhlak mulia yang diperintahkan oleh Kitab itu sebagaimana ia melepas baju. Maka ketika ia melupakan diri darinya, syaithan pun mengikuti dan menguasainya tatkala ia keluar dari benteng yang amat kokoh dan akhirnya ia mendapatkan tempat yang paling rendah.
- --------
Bal'am bin Ba'ura, dipanggil juga Ibnu Ba'ur. Dia adalah orang yang mustajabud da'wah (dikabulkan do'a). Kaumnya meminta kepadanya agar ia mendo'akan untuk kebinasaan Musa alaihissalam ketika ia datang ke Baitul Maqdis. Namun lidahnya kelu tidak bisa melakukannya, akhirnya ia mendo'akan untuk kehancuran kaumnya. Kemudian ia berkata kepada kaumnya: “Dunia dan akhirat telah sirna dariku dan tidak ada lagi selain tipu daya.” Maka ia memerintahkan kepada kaumnya agar menghiasi para wanita. Hingga akhirnya sebagian Bani Isra'il terjerumus (berzina) dengan wanita-wanita tadi. Lihat al-Bidayah wan Nihayah 1/300-301. - Umayyah bin Abi ash-Shalt al-Tsaqafi, seorang ahli sya'ir pada masa jahiliyah. Sempat bertemu Nabi. Dia hampir masuk Islam. Ia menyebutkan dalam sya'irnya tentang penciptaan langit, bumi dan Malaikat. Lihat Tadzhib Ibni 'Asakir 3/118-131, al-Bidayah wan Nihayah 2/205-213. Atsar yang menyebutkan bahwa dia yang dimaksud dalam Tafsimya 1/508-511 dengan dua sanad, ath-Thabari 13/255-257 dari berbagai jalur. Al-Haitsami berkata dalam Majma'uz Zawa'id 7128: HR. ath-Thabarani dan perawinya adalah perawi shahih, kesemuanya dari 'Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash, Ibnu Katsir berkata: “Ini shahih kepadanya." Lihat kitab al-Ta'rif wal I'lam fima Ubhima minal Asma wal I'lam fil Qur'anil Karim 61-62.
--------
Syaithan pun mendorongnya untuk berbuat maksiat, hingga ia termasuk orang yang sesat padahal sebelumnya termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk dan memberi bimbingan (ulama). (Lihat Tafsir as-Sa'di 3/57).
Jika Allah menghendaki untuk mengangkatnya dengan ayatayat yang diberikan-Nya, niscaya Dia akan mengangkatnya dengan sebab itu. Tetapi Allah tidak menghendaki hal itu karena ia melepaskan diri darinya dan tidak mengamalkan sesuai dengan ilmu yang diajarkan Allah kepadanya. Jadilah ia terjatuh ke derajat yang paling hina, sama seperti binatang yang paling hina dengan sifat yang paling buruk, yaitu selalu menjulurkan lidahnya. Orang yang melepaskan diri ini, bagaimana pun tidak mau berhenti dari berbuat maksiat. Sama saja ketika diingatkan, dinasehati, dilarang ataupun tidak. Hal itu lebih disebabkan karena syaithan menggerakkan dan mendorongnya untuk berbuat maksiat, serta membuatnya memandang indah, hingga ia tetap melakukannya, seperti firman Allah ﷻ:
أَلَمْ تَرَ أَنَّآ أَرْسَلْنَا ٱلشَّيَٰطِينَ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا
"Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh?" (QS. Maryam: 83)
Dan orang seperti ini yang dikhawatirkan oleh Nabi ﷺ terhadap umatnya dengan sabdanya:
إِنَّ مِمَّا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ رَجُلُ قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتُّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ وَكَانَ رِدَثُهُ الْإِسْلَامَ اعْتَرَاهُ إِلى مَا شَاءَ اللهُ، انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ.
“Sesungguhnya yang aku khwatirkan atas kalian adalah seseorang yang membaca Al-Qur'an hingga apabila sudah bisa terlihat keindahannya pada dirinya dan selendangnya adalah Islam, dia meninggalkannya kepada apa yang dikehendaki oleh Allah, dan dia melepaskan diri darinya, dia melemparkannya di belakang punggungnya (tidak mengamalkannya), dia mengangkat pedang terhadap tetangganya serta menuduhnya berbuat syirik.”
Ibnu Katsir menyebutkannya dalam Tafsimya 2/266 dan menisbatkannya kepada Musnad Abi Ya'la, ia berkata: “Ini adalah sanad yang baik. Namun aku tidak menemukannya di Musnadnya yang telah dicetak".
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم