بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab Al-Qaulul Mubin fi Akhthaa'il Mushallin
🎙️ Bersama Ustadz Abu Haidar As-Sundawy 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
📌 Masjid Umar bin Khathab Ma'had Tarbiyah Sunnah Bandung Barat
🗓️ Bandung, 26 Syawal 1446 / 25 April 2025
Agungnya Shalat
Shalat adalah salah satu bentuk ibadah yang special karena shalat adalah perantara komunikasi antara hamba dan Allah ﷻ. Hal ini seperti kedudukan kepala diantara badan kita, jika hilang, maka putuslah kehidupan.
Shalat Ibarat Kepala bagi Jasad
Seperti itulah kedudukan shalat, tanpa shalat agama akan runtuh. Abdullah Ibnu Umar mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
لا إيمان لمن لا أمانة له، ولا صلاة لمن لا طهور له، ولا دين لمن لا صلاة له، إنما موضع الصلاة من الدين كموضع الرأس من الجسد
”Tidak ada iman bagi yang tidak amanah, tidak ada shalat bagi yang tidak bersuci, tidak ada agama bagi yang tidak shalat, sesungguhnya kedudukan shalat pada agama adalah seperti kepala pada jasad” (HR.Thabrani).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Alloh dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfaal: 27)
Shalat: Pembeda antara Iman dan Kafir
وَعَنْ جَابِرٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، يَقُولُ : (( إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالكُفْرِ ، تَرْكَ الصَّلاَةِ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kufur itu adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 82]
Shalat adalah Tiang Agama
Suatu bangunan tanpa tiang penyangga, akan ambruk. Di dalam hadits yang telah diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
ألا أخبرك برأس الأمر كله وعموده ، وذروة سنامه ؟ قلت : بلى يا رسول الله ، قال : رأس الأمر الإسلام ، وعموده الصلاة وذروة سنامه الجهاد .. رواه الترمذي 2616 وصححه الألباني في صحيح الترمذي 2110.
“Tidakkah mau saya kabarkan kepadamu pangkal urusan semuanya, tiang dan ujung tombaknya ?, saya menjawab: “Mau wahai Rasulullah”, beliau bersabda: “Pangkal semua urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan ujung tombaknya adalah jihad”. (HR. Tirmidzi: 2616 dan telah ditashih oleh Albani didalam shahih Tirmidzi: 2110)
Islam telah mengagungkan kedudukan shalat, menempatkannya dalam posisi yang mulia dan meninggikan derajatnya, dia adalah rukun Islam yang paling agung setelah dua kalimat syahadat.
عن ابن عمر رضي الله عنهما؛ أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Islam itu didirikan atas lima pondasi, bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla dan bersaksi bahwa Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam adalah utusan Allah Shubhanahu wa ta’alla, mendirikan shalat, menunaikan zakat , berhaji dan melaksnakan puasa ramadhan”.
(Shahih Bukhari 1/20 no: 8 dan shahih Muslim 1/45 no: 16 no: 16)
Shalat adalah penghubung (sillah) antara hamba dengan Rabbnya
Hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل
Allah berfirman, “Saya membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku apa yang dia minta.
Apabila hamba-Ku membaca, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.”
Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahiim.”
Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Maaliki yaumid diin.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.” Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in.”
Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat.”
Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”
(HR. Ahmad 7291, Muslim 395 dan yang lainnya)
Inilah wujud amalan hati dalam shalat, menghayati apa yang dibaca dan dilakukan. Kita bersedekap saat berdiri karena inilah sikap tunduk dan patuh kepada Allah yang telah Allah ﷻ tetapkan.
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِى الصَّلاَةِ.
“Dahulu manusia diperintahkan untuk meletakkan tangan kanan di atas lengan tangan kiri dalam shalat.” (HR. Bukhari, no. 740)
Demikian juga sikap ruku dan sujud yang merupakan bentuk perendahan diri kita dihadapan Allah ﷻ. Maka, jika hati kita tidak khusyuk, maka esensi shalat tidak ada. Itulah shalatnya orang-orang munafik.
Orang-orang yang menjadikan shalat hanya sebagai penggugur kewajiban, cenderung akan tertanam sifat munafik dalam hatinya. Sebagaimana Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS. An-Nisa: 142). Akan tetapi, shalat ‘Isya dan shalat Shubuh lebih berat bagi orang munafik karena rasa malas yang menyebabkan enggan melakukannya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا في العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوَاً
“Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada shalat Isya’ dan shalat Shubuh, tentu mereka akan mendatanginya sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437)
Juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657).
Shalat sebagai Penyejuk Mata
Lain halnya dengan yang dilakukan Rasulullah ﷺ. Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُم النِّسَاءُ وَالطِّيْبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِيْ الصَّلَاةِ٠
Dijadikan sesuatu yang aku cintai dari dunia kalian berupa wanita dan minyak wangi, dan dijadikan penyejuk pandanganku berupa shalat. [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (Lihat: Al Musnad 4/201, hadits No. 13623), dan An-Nasa’i dalam kitab ‘Usyratunnisa’, Bab Hubbunnisa’ (7/72, hadits No. 3949). Dan Syaikh Al-Albani berkata: “Isnadnya hasan”]
Hingga Rasulullah ﷺ kakinya bengkak karena shalat. Rasulullah ﷺ pernah mengalami kaki bengkak karena sering melakukan shalat malam (qiyāmul lail). Aisyah Radhiyallahuanha bertanya kepada beliau, "Mengapa engkau berbuat demikian, wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?". Rasulullah ﷺ menjawab, "Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?".
Kisah ini menunjukkan betapa besar rasa syukur dan kerinduan Rasulullah ﷺ untuk beribadah kepada Allah ﷻ , bahkan sampai mengorbankan fisik beliau. Shalat malam (qiyāmul lail) merupakan salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Shalat Pencegah Perbuatan Keji dan Mungkar
Jika Kita sudah mandi sampai bersih, pakai baju bersih dan minyak wangi, maka setelahnya dia akan menghindari segala jenis kotoran atau jalan yang becek.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا »
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Bacalah Kitab (Al-Qur-an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan ketahuilah mengingat Allâh (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allâh mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al-Ankabut/29:45]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala (Sesungguhnya Shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar) lalu menjawab: Siapa yang Shalatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar maka tidak ada Shalat baginya.
Riwayat ini lemah karena adanya perbedaan para ulama tentang al-Hasan tidak mendengar langsung dari Imrân Radhiyallahu anhu , juga adanya perawi yang majhul bernama Umar bin Abi Utsmân.
Celaka bagi Orang-orang yang Shalat
Maka binasa dan celakalah orang yang shalat yang memiliki sifat-sifat tercela berikut: Yaitu orang-orang yang lalai terhadap salatnya, di antaranya dengan tidak memenuhi ketentuannya, mengerjakannya di luar waktunya, bermalas-malasan, dan lalai akan tujuan pelaksanaanya.
Hal itu bisa demi mengharap pujian atau agar mendapatkan status sosial di masyarakat, sebagaimana hal tersebut dijelaskan di dalam surah Al-Ma'un ayat 4-7:
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ
"Celakah orang-orang yang melaksanakan salat (yaitu) yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya, dan engga (memberi) bantuan."
Neraka Wail adalah neraka yang telah dipersiapkan oleh Allah ﷻ bagi mereka yang suka lalai dalam shalatnya.
Maka, jangan sampai kita masuk ke dalam golongan orang yang menyia-nyiakan shalat. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Maryam ayat 59:
فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلشَّهَوَٰتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan,
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam (dasar neraka).
Dalam ayat ini, Allah menjadikan tempat ini –yaitu bagian neraka yang paling dasar- sebagai tempat bagi orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu).
Dalam surat Al-Furqan Ayat 68:
وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),
Atsam yang dimaksud adalah perasan darah penghuni ahhli Neraka.
Maka, sudah saatnya kita memperbaiki kualitas shalat kita, agar kita tidak termasuk dalam golongan orang yang lalai.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم